Hormon Laki-laki Meningkat Saat Tim Favorit Menang

- Editor

Selasa, 27 Desember 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MENGAPA penonton fanatik setiap kesebelasan begitu bersemangat ketika tim mereka bermain? Tubuh terasa ”panas dingin” perasaan menjadi tegang, semangat begitu tinggi sehingga kadang-kadang kaki ikut menendang walaupun yang ditendang teman sendiri yang duduk di depannya.

RUPANYA ada hubungan psikologis kuat antara pendukung fanatik dengan tim favoritnya. ”Kita tahu pendukung fanatik memiliki afiliasi kuat dengan olahragawan. Misalnya, mereka membahasakan tim dengan istilah personal seperti, ‘Kita menang,” kata Paul Benhard, mahasiswa tingkat doktoral Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Utah, Amerika Serikati.

Tetapi apakah hubungan psikologis itu juga mempengaruhi reaksi fisiologis yang sama dalam tubuh pendukung dari olahragawan? Dr Theodore Kemper, guru besar sosiologi dari Universitas St John di New York mempunyai hipotesis para fans yang menonton pertandingan olahraga mengalami perubahan hormon testosteron atau hormon laki-laki seperti yang dialami oleh olahragawannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat Benhard masih mahasiswa tingkat master di Universitas Negeri Georgia tahun 1991 ia melakukan penelitian yang membuktikan kebenaran hipotesis itu. Hasil penelitian yang kemudian dimuat dalam jurnal Psysiology and Behavior belum lama ini.

Hasil penelitiannya menunjukkan penonton pertandingan olahraga meningkat jumlah hormon testosteron yang diproduksi saat mengantisipasi pertandingan dan ketika tim favoritnya menang. Laki-laki yang menonton tim favoritnya bertanding –dan menang— mengalami hentakan hormon testosteron seperti juga olahragawannya.

Selain itu, pendukung fanatik laki-laki (perempuan hanya sedikit sekali mengeluarkan hormon testosteron) juga meningkat hormon testosteronnya hanya ketika mengetahui kapan tim favorit mereka akan bertanding dibandingkan pendukung yang kurang fanatik.

UNTUK membuktikan hipotesis Dr Kemper, Benhard dan koleganya melakukan dua penelitian terpisah. Penelitian pertama mengukur tingkatan testosteron pada pendukung laki-laki yang menonton pertandingan bola basket antara tim basket Universitas Georgia Tech dengan tim lawan tahun 1991. Penelitian kedua melacak tingkatan hormon testosteron pada fans laki-laki yang menonton kesebelasan Brasil melawan kesebelasan Perancis dalam Piala Dunia 1994 lalu.

Dalam penelitian penonton bola basket, peneliti mengumpulkan contoh air liur delapan pendukung laki-laki kurang lebih dua jam sebelum pertandingan dan 15 menit setelah pertandingan usai.

Pertandingan bola basket diadakan di tempat yang netral, untuk memastikan penonton tidak didominasi oleh pedukung hanya dari satu universitas saja. Pertandingan menjadi sangat seru ketika tim Universitas
Georgia menang pada detik-detik terakhir.

Dalam pertandingan Pialai Dunia 94, para peneliti tidak mungkin menghadiri langsung, jadi mereka mengumpulkan sampel air liur dari 26 pendukung laki-laki yang menonton final Brasil-Italia melalui siaran televisi. Dari 26 penonton itu 12 di antaranya orang Brasil atau keturunan Brasil dan 14 lainnya orang Italia atau keturunan Italia. Akhirnya Brasil menang melalui adu penalti setelah pertambahan waktu masih juga seri.
Kedua penelitian menunjukkan tingkatan testosteron meningkat kurang lebih 20 persen pada pendukung tim yang menang dan menurun kurang lebih 20 persen pada pendukung tim yang kalah, tulis siaran pers Universitas Utah tanggal 19 Mei 1998 lalu.

Benhard juga meneliti tingkatan testosteron 14 anggota persaudaraan Universitas Georgia Tech sebelum sejumlah pertandingan bola basket dan sebelum sejumlah pertemuan organisasi. Mereka menemukan jumlah testosteron ke-14 mahasiswa itu lebih tinggi ketika sebelum pertandingan disbandingkan sebelum pertemuan.

TESTOSTERON adalah hermon laki-laki yang dikeluarkan testis dan kelenjar adrenalin. Meningkatnya hormon testosteron berhubungan dengan meningkatnya tingkah laku seksual dan tingkah laku menguasai, khususnya agresivitas.

Kelenjar adrenalin dan ovarium pada wanita juga mengeluarkan sedikit sekali hormon tosteron (hormon testosteron pada perempuan sepersepuluh dari jumlah testosteron pada laki-laki) tetapi hormon laki-laki pada perempuan ini tidak memiliki efek kuat pada sifat kelelakian. Tingkatan hormon testosteron pada laki-laki biasanya meningkat tidak lama setelah bangun tidur, kemudian menurun hingga kurang lebih 35 persen selama seharian. Dalam dua penelitian itu, efek pada pendukung tim yang menang cukup kuat untuk membalikkan pola normal penurunan jumlah testosteron.

”Efeknya nampaknya seketika, bukannya sedikit demi sedikit selama pertandingan, karena tanda-tandanya tidak terdeteksi sampai beberapa detik terakhir pertandingan,” ungkap Benhard.

Benhard berkesimpulan, berdasarkan pengamatan pribadi, ketika pendukung tim olahraga yang menang larut dalam kemenangan itu. Nampaknya keberhasilan tim berejahwantah menjadi perasaan positif dengan komponen psikologisnya.

Kenyataan adanya hubungan psikologis antara pendukung dan tim favoritnya juga tergambarkan dalam proses fisiologisnya, kata Benhard, suatu yang mengejutkan. “Mereka tidak melempar bola basket atau menendang bola tetapi mereka mengalami peningkatan testosteron yang sama seperti yang dialami olahragawannya,” kata Benhard.

”Saya kira hal ini menegaskan perhatian banyak orang bahwa pendukung fanatik sebuah tim olahraga dipengaruhi oleh tim favorit mereka. Kami memiliki bukti yang bisa dipercaya mengenai hubungan antara pendukung dan hasil pertandingan tim favorit mereka. Semua itu tidak hanya terjadi di
dalam jiwa tetapi di seluruh tubuhnya,” ujar Benhard.

(Harry Suryadi)

Sumber: Kompas, tahun 1994

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB