Google I/O adalah perhelatan tahunan yang paling ditunggu dalam industri teknologi global karena di sana bakal dipaparkan visi perusahaan teknologi bernama Google untuk menjadi bandar informasi dunia. Bermula dari layanan mesin pencari, Google menjadi pemain yang diperhitungkan dengan layanan yang menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia, mulai komunikasi, hiburan, navigasi, hingga produktivitas. Tidak terkecuali bagi Google I/O 2015 yang digelar sejak 28 Mei lalu.
Ambil contoh Android, sistem operasi terbuka dengan Google sebagai salah satu inisiatornya, yang kini menjadi sistem operasi dominan dunia. Senior Vice President Product Sundar Pichai memberi gambaran bahwa delapan dari 10 ponsel pintar di dunia berjalan pada sistem operasi Android. Kini, sistem operasi tersebut berjalan di 500 operator telekomunikasi dan 4.000 jenis perangkat berbeda sehingga memunculkan jargon “bersama namun tak sama”.
“Sejak perhelatan tahun lalu, sudah ada 600 juta orang yang menggunakan ponsel pintar untuk pertama kalinya,” ujar Pichai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Android tidak berhenti di ponsel pintar. Pichai mengungkapkan tingginya adopsi ke perangkat lain, seperti jam tangan pintar, televisi, dan otomotif. Tren internet untuk segalanya (internet of things) juga direngkuh Google dengan memperkenalkan Brillo dan Weave. Brillo adalah sistem operasi berbasis Android untuk perangkat IoT. Sementara Weave adalah kerangka bagi perangkat-perangkat tersebut untuk berkomunikasi dalam bahasa yang sama dan lintas platform.
Skenario yang digambarkan Pichai adalah seorang petani yang menjalankan sawahnya dari layar ponsel, pengelola kota mengatur lalu lintas, dan kemungkinan lain. Tren tersebut tidaklah mustahil mengingat makin banyak perangkat yang terhubung ke internet dan bisa dikendalikan dari ponsel. Brillo dan Weave adalah inisiatif untuk membuat perangkat-perangkat itu terhubung dalam bahasa yang sama.
Peserta berdatangan untuk registrasi di ajang tahunan Google I/O 2015 di San Francisco, California, 27 Mei.–REUTERS/ROBERT GALBRAITH
Director Google Photos Anil Sabharwal melontarkan layanan terbaru dari Google bagi pengguna untuk mengunggah semua gambar yang dibuat ponsel untuk dikelola Google. Layanan Google Photos menawarkan kapasitas tanpa batas untuk mengunggah foto dengan resolusi maksimal 16 megapiksel atau video dengan resolusi 1.080 piksel sehingga pengguna bisa mendaftarkan seluruh kenangan yang dibuat dalam bentuk gambar dan video pada Google.
Kembali ke ponsel pintar, Jen Fitzpatrick, Vice President Engineering Google, mengatakan, 1,2 miliar ponsel diperkirakan dijual sepanjang 2016. Salah satu inisiatif yang sudah dilakukan Google adalah menghadirkan Android One, ponsel pintar dengan spesifikasi mencukupi dan harga terjangkau, untuk dipasarkan ke negara-negara berkembang demi mendongkrak penetrasi ponsel pintar. Saat ini sudah ada tujuh negara yang menjadi sasaran pemasaran Android One dan Indonesia termasuk di antaranya.
Tidak berhenti di peranti keras, Google juga mendorong agar layanan mereka bisa diakses dengan kondisi infrastruktur terbatas. Dia mencontohkan Indonesia dengan optimalisasi jaringan internet sehingga halaman bisa dibuka empat kali lebih cepat, tetapi lebih irit data 80 persen.
“Tahun ini, kami juga mempersiapkan layanan Google Maps yang bisa dipergunakan dari luar jaringan (luring),” kata Fitzpatrick.
Android M
Bagian yang paling ditunggu selama perhelatan Google I/O adalah pengumuman seri terbaru Android yang akan diluncurkan tahun ini. Tahun lalu dilontarkan istilah Android L yang kemudian disebut sebagai kode untuk Lollipop, versi 5 dari sistem operasi Android.
Tidaklah mengherankan jika versi selanjutnya sudah bisa ditebak, yakni kode berawalan huruf M, mengingat Google selalu memberi kode untuk sistem operasi mereka dengan huruf berurutan. K untuk Kitkat sebelum Lollipop sehingga selanjutnya pastilah diawali huruf M. Sayangnya, namanya secara utuh belum ketahuan.
Adalah Dave Burke, Vice President Engineering Android, yang mengungkapkan versi terbaru Android tersebut. Hanya, sekilas Android M tidak membawa perombakan menyeluruh seperti ditawarkan Android Lollipop dari versi sebelumnya. Umumnya fitur yang diperkenalkan adalah perbaikan dari yang sudah ada tanpa meninggalkan Material Design yang menjadi garis panduan untuk desain aplikasi Android.
Burke menyebutkan, versi terbaru ini ditujukan untuk memberikan pengalaman yang baik bagi para pengguna. Perubahan pertama yang dilontarkan adalah fitur untuk mengatur izin secara terpisah dari sebuah aplikasi.
Sebelum mengunduh aplikasi, pengguna Android versi sebelumnya hanya diberi sederet permintaan untuk menggunakan berbagai hal dari ponselnya, seperti membaca daftar kontak, tersambung dengan internet, mengoperasikan kamera, atau mengirimkan pesan singkat. Dalam Android M, satu per satu izin tersebut bisa diulik oleh pengguna dan bisa dinonaktifkan jika mengganggu.
Dihubungi secara terpisah, Google Developer Expert untuk aplikasi Android asal Indonesia, Andrew Kurniadi, mengatakan, fitur ini membuat Android kian transparan terhadap pengguna. Setiap orang bisa mengetahui bahwa aplikasi yang mereka pasang mengakses bagian apa saja dari ponsel mereka.
“Permintaan akan disodorkan kepada pengguna saat dipergunakan untuk pertama kali. Misalkan saya menggunakan layanan percakapan dan ingin mengunggah gambar, aplikasi akan menanyakan apakah saya memberi izin untuk menggunakan kamera ponsel,” kata Andrew.
Dia menuturkan, pembuatan aplikasi Android akan lebih mudah karena tahun ini Google meluncurkan beberapa fasilitas yang bisa dinikmati, seperti pembaruan versi dari Android Studio versi 1.3 dengan proses lebih cepat dibandingkan dengan versi sebelumnya. Cloud Test Lab adalah fasilitas yang nantinya bisa dinikmati, yakni mencoba aplikasi yang dibuat 25 perangkat paling populer di dunia melalui komputasi awan.
David Singleton, Director Android Wear, berbicara dalam ajang Google I/O 2015 pada akhir Mei.–AP PHOTO/JEFF CHIU
Yang harus dilakukan adalah mengirimkan file aplikasi ke server dan Google akan mengirimkan hasilnya tanpa pengembang harus memiliki perangkat penguji sendiri.
Polymer
Selain aplikasi untuk ponsel, pengembangan situs juga tidak ditinggalkan karena Google juga mengumumkan Polymer versi pertama. Pada dasarnya Polymer adalah komponen web yang bertujuan untuk memudahkan pembuatan situs web. Yohan Totting, Google Developer Expert untuk Chrome asal Indonesia, yang juga hadir dalam perhelatan di San Francisco itu menyatakan, Polymer memudahkan para ahli program dengan mengetikkan baris kode lebih sedikit daripada sebelumnya.
Dia menambahkan, ada beberapa komponen dari Google yang sudah tersedia untuk dipakai, mulai dari elemen besi, elemen kertas, elemen emas, elemen neon, hingga komponen web dari Google. Setiap elemen memiliki fungsi berbeda.
“Contohnya elemen emas terkait dengan fungsi e-dagang, seperti formulir kartu kredit, sedangkan elemen kertas berisi komponen situs web dengan gaya Material Design,” kata Yohan.
Manfaat dari Polymer adalah pengembang lebih mudah membuat situs yang bisa dioperasikan layaknya sebuah aplikasi di ponsel. Menurut dia, timnya bisa memangkas waktu yang dibutuhkan untuk menggarap sebuah situs dari seminggu menjadi tiga hari karena kemudahan tersebut.
Fitur-fitur ini kemungkinan baru diluncurkan secara terbuka pada paruh kedua tahun ini. Dengan konten lebih banyak, ekosistem yang dibentuk kian menaungi pengguna dan menjadi muara informasi yang muncul dari sana. Tidak berlebihan bahwa cita-cita Google untuk mengelola informasi dari dunia bukanlah sesuatu yang mustahil.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 23 Juni 2015