Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh jurnal Evolution (International Journal of Organic Evolution), penelitian yang dipimpin oleh Catalina Pimiento dari Universitas Swansea, Inggris, memeriksa ciri-ciri biologis semua hiu dan pari sebelum menjalankan serangkaian model evolusi untuk mencari bagaimana gigantisme berevolusi dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian bersama ilmuwan internasional dari Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa agar hiu menjadi raksasa, pertama-tama perlu mengembangkan adaptasi yang meningkatkan pemberian makan seperti kemampuan untuk mengontrol – setidaknya sampai derajat tertentu – suhu tubuh mereka sendiri atau menjadi penyaring makanan.
KOMPAS–Sekumpulan hiu paus bergerombol mengitari perahu-perahu tradisional yang membawa pengunjung di Pantai Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (14/4). Pengaturan wisata minat khusus ini perlu diatur agar tak membahayakan fauna dilindungi ini serta keselamatan pengunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu hiu raksasa paling terkenal, Megalodon – topik film Hollywood 2018 The Meg – adalah predator aktif yang bisa mencapai panjang 18 meter dan punah sekitar dua juta tahun yang lalu. Sementara itu, hiu paus – yang masih ada sampai sekarang – juga bisa mencapai 18 meter, tetapi bukan predator aktif. Hiu paus memiliki cara makan dengan menyaring makanan (filter feeder) sejumlah makan plankton dan ikan kecil di laut.
“Hiu memberikan studi kasus yang ideal untuk memahami jalur evolusi yang mengarah ke gigantisme di lautan karena mereka menampilkan gaya hidup dan adaptasi yang berbeda, dan karena mereka memiliki sejarah evolusi setidaknya 250 juta tahun,” kata Catalina Pimiento, ketua tim peneliti dalam Sciencedaily, 24 Januari 2019.
Hasil penelitian ini dituliskan Pimiento dan kawan-kawan pada jurnal Evolution (The International Journal of Organic Evolution) dengan judul Evolutionary Pathyways Toward Gigantism in Sharks and Rays.
Memetakan karakteristik
Megalodon dan hiu paus menjadi bagian penting dari penelitian ini yang berpusat pada pohon kehidupan untuk hiu. Peneliti memetakan karakteristik yang berkaitan dengan ukuran tubuh, seperti kapasitas pengaturan suhu, mekanisme makan, dan pola makan.
Mereka menemukan bahwa hiu bisa menjadi raksasa dengan mengikuti salah satu dari dua jalur evolusi. Pertama, melalui jalur mesothermic yang terdiri dari pengembangan kemampuan untuk mengendalikan sendiri suhu organ paling pentingnya. Kedua, melalui jalur pola makan filter feeder yang terdiri dari pengembangan kemampuan untuk memakan plankton mikroskopis.
Adaptasi mesothermic memungkinkan hiu untuk hidup di berbagai jenis habitat – termasuk perairan dingin – dan juga berburu lebih efektif. Selain suhu, hiu ini memiliki pola penyaringan makan memungkinkan hiu untuk makan makanan paling berlimpah di laut – plankton.
CATALINA PIMIENTO DKK–Ukuran tubuh hiu dan pari dipetakan dalam pohon kehidupan.
Namun, ada risiko yang terlibat untuk hiu mengikuti jalur evolusi yang mengarah ke gigantisme. Spesies mesothermic perlu mengkonsumsi mangsa besar untuk mempertahankan kebutuhan energinya yang tinggi. Ketika jumlah mangsa berkurang/langka, hiu raksasa lebih rentan terhadap kepunahan. Kelangkaan mangsa besar di saat perubahan iklim yang cepat adalah diduga menjadi penyebab kepunahan megalodon.
Sementara pola makan filter feeder saat ini menunjukkan ketahanan yang lebih besar. Mereka beresiko memakan sejumlah besar mikroplastik beracun dan berbahaya yang sekarang dapat ditemukan di lautan di dunia. Ini bisa mengancam kehidupan hiu paus yang telah dilindungi penuh di Indonesia sejak tahun 2013.
Oleh ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 25 Januari 2019