Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada Minggu ini, 22 April 2018, ditandai dengan gerakan internasional Break Free from Plastic (Bebas dari Plastik). Perusahaan-perusahaan besar didesak agar mengurangi sehingga akhirnya menghentikan penggunaan plastik sekali pakai.
”Kita telah mencapai titik kritis penggunaan plastik sekali pakai, dan sudah waktunya bagi setiap perusahaan yang peduli pada planet yang sehat melakukan lebih dari sekadar daur ulang. Plastik sekali pakai terus mengalir ke lautan, sungai, dan masyarakat kita dalam skala yang mengkhawatirkan,” kata juru kampanye plastik Greenpeace Amerika Serikat (AS), Graham Forbes.
REUTERS/DARREN STAPLES–Sedotan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Forbes mengajak untuk memanfaatkan momentum Hari Bumi untuk menghadapi kenyataan bahwa kita tidak bisa ”mendaur ulang” jalan keluar dari kekacauan ini. ”Kita harus mengatasi kecanduan korporat pada plastik sekali pakai dan bergerak ke arah yang lebih baik,” katanya.
Greenpeace, sebagai bagian dari gerakan #BreakFreeFromPlastic, mendorong individu-individu di seluruh dunia berkontribusi dalam ”Million Acts of Blue”-aksi besar yang mendorong bisnis lokal, perusahaan, restoran, dan pengecer mengurangi ketergantungan mereka pada plastik sekali pakai.
Menjelang Hari Bumi, para seniman di sejumlah negara di Eropa telah membuat karya seni di pantai untuk menarik perhatian publik pada masalah pencemaran plastik di laut. Berbagai unggahan di media sosial juga turut mengampanyekan pengurangan plastik sekali pakai.
Di AS, aktivis Greenpeace menggelar dua spanduk di dekat jembatan Golden Gate di San Francisco yang bertuliskan ”Break Free from Plastic” dan ”Stop Corporate Plastic Pollution”. Mereka menampilkan logo tujuh perusahaan yang memiliki ”jejak kaki” plastik yang sangat besar. Greenpeace AS juga membawa balon udara dengan pesan ”Break Free from Plastic” ke festival lingkungan terbesar di dunia di Texas.
Di Rusia, para aktivis memasang tiga papan reklame di luar lokasi supermarket yang merupakan pengecer terbesar di negara itu. Mereka meminta perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan terhadap kantong plastik sekali pakai.
Di Filipina, Greenpeace bermitra dengan seniman lokal secara kolektif untuk menggelar kegiatan ECOlta Fair dan Plastic-Free. Kegiatan itu melibatkan individu-individu yang berkeinginan hidup bebas dari plastik atau mengurangi limbah mereka.
Di Afrika Selatan, Senegal, Kamerun, dan Kenya, Greenpeace Afrika bekerja dengan para relawan untuk melakukan pembersihan pantai dan kota serta audit merek untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab atas polusi plastik.
Di Spanyol, sebagai bagian dari gerakan #DesnudalaFruta, kelompok lokal mengunjungi sejumlah peritel untuk menuntut solusi dan edukasi konsumen mengenai kemasan plastik.
Di Meksiko, sekelompok aktivis mengumpulkan dan memotret kemasan dari tujuh perusahaan terbesar di dunia. Di Veracruz, seniman plastik Francisco Javier Calvillo membuat patung pasir penyu raksasa dengan sebuah pesan untuk perusahaan.
AFP PHOTO/VICTORIA RAZO–Aktivis Greenpeace berpose di depan penyu pasir sepanjang 12 meter karya seniman Francisco Javier Calvillo di Boca del Rio, Veracruz, Meksiko, Minggu (15/4/2018). Mereka menuntut perusahaan-perusahaan besar agar mengendalikan penggunaan plastik sekali pakai.
AFP PHOTO/VICTORIA RAZO–Aktivis Greenpeace memegang spanduk bertuliskan “Wadah Tidak Menghilang, Semua Ada di Sini!” sambil berpose di depan penyu pasir sepanjang 12 meter di Boca del Rio, Veracruz, Meksiko, Minggu (15/4/2018). Mereka menuntut komitmen perusahaan-perusahaan besar untuk menghentikan penggunaan wadah plastik dan menggantinya dengan alternatif yang tidak merusak lingkungan.
Polusi plastik berbahaya bagi kehidupan laut, termasuk burung laut, penyu, dan paus. Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan bahwa sampah plastik di laut telah mengakibatkan kematian ratusan ribu makhluk laut setiap tahun.
”Meningkatnya keresahan publik terhadap plastik sekali pakai harus dilihat pembuat kebijakan dan regulator. Hal ini merupakan indikasi bahwa warga menginginkan perlindungan yang lebih baik dari para pemimpin mereka terhadap serangan gencar industri, yang berusaha mengejar keuntungan lebih besar dengan mengorbankan lingkungan,” kata Von Hernandez, koordinator global gerakan Break Free from Plastic.–NASRU ALAM AZIZ
Sumber: Kompas, 22 April 2018