Generasi Y Mengubah Wajah Korporasi

- Editor

Senin, 14 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Efisiensi Kerja Makin Didorong
Generasi Y mulai mengubah lanskap korporasi di Indonesia. Kultur korporasi, gaya kepemimpinan, hingga urusan perekrutan dan metode memotivasi karyawan pun berubah, seiring makin besarnya peran generasi yang lahir setelah tahun 1980 ini dalam perusahaan.

Angkatan kerja yang berusia sekitar 30 tahun-kerap disebut generasi Y atau generasi milenial-kini mendorong perubahan besar dalam pengelolaan bisnis. Generasi ini memiliki karakter berbeda dengan pendahulunya. Mereka pun fasih mengadopsi teknologi digital dalam beragam aspek bisnis.

Perubahan lanskap itu terkonfirmasi oleh beberapa kalangan yang ditemui Kompas sepanjang pekan lalu hingga Minggu (13/3), di Jakarta, antara lain Direktur Grup Royal Golden Eagle Anderson Tanoto yang lahir tahun 1989, Direktur Grup Lippo John Riady yang lahir pada 1985, CEO BrideStory.com Kevin Mintaraga yang lahir pada 1985, dan CEO Bahaso.com Tyovan Ari Widagdo yang lahir pada 1990.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berdasarkan data yang dikumpulkan, di perusahaan yang sudah mapan, seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Bank OCBC NISP Tbk, saat ini 70-80 persen dari karyawan yang ada tergolong generasi Y. Sementara di perusahaan-perusahaan rintisan berbasis digital, hampir semua karyawannya adalah generasi Y.

Sebagian generasi Y ini melanjutkan bisnis orangtua mereka dengan pendekatan berbeda dari generasi pendahulunya yang membangun perusahaan. Pendekatan baru ini umumnya mengarah pada upaya mengefisienkan proses kerja dan memberi nilai tambah. Mereka juga lebih tidak nyaman jika dikaitkan dengan nama besar orangtuanya.

Suasana berbeda dapat ditangkap ketika Kompas mengunjungi beberapa perusahaan yang dipimpin generasi Y ini. Mulai dari tampilan kantor yang lebih segar dan dinamis dibandingkan kantor para pendahulunya hingga alur kerja dan aturan yang tak lagi terlalu mengekang.

Aset perusahaan yang semula didominasi aset fisik juga bergeser ke aset sumber daya manusia. Sistem perekrutan karyawan, komunikasi, pemantauan hasil kerja, dan beragam aspek lain diwarnai teknologi digital dan terkoneksi baik.

Kondisi lebih ekstrem tampak pada korporasi yang merupakan usaha rintisan (start up) berbasis digital. Tempat kerja di bidang bisnis ini terkesan bak tempat bermain. Acara seperti makan siang dan nonton film bersama menjadi kebutuhan pokok. Ciri mereka adalah gaya tidak birokratis, kreatif, dan inspiratif. Pola kerja dibangun dengan keterampilan interpersonal yang kuat, antusiasme, dan kemudahan berkolaborasi.

“Teknologi digital diterapkan di perusahaan untuk mendukung proses efisiensi dan pembelajaran. Contoh, di kebun sawit kami, semua mandor sejak awal 2014 dilengkapi sabak elektronik. Semua informasi yang didapat mandor di-input ke dalam tablet langsung dari lapangan. Proses ini jauh lebih cepat ketimbang pencatatan data dilakukan sekembali mandor dari lapangan ke kantor,” kata Anderson.

d2a28b0d7a28425590c99153210e8d82Anderson juga mengatakan, dirinya memakai pesawat nirawak untuk mengawasi dan memeriksa tanaman-tanaman perkebunan perusahaan. Proses ini jauh lebih efisien ketimbang mengamati satu per satu pohon dengan jangkauan pengamatan yang terbatas. Penggunaan teknologi di perusahaan itu tidak mengganti peran manusia, tetapi lebih ditujukan pada peningkatan produksi dan efisiensi.

“Di perusahaan kami bahkan ada ruang pemantau berita tersendiri yang digawangi sejumlah anggota staf untuk memantau apa yang sedang terjadi di luar,” katanya. Di ruangan itu, enam layar besar berisikan data dan informasi situs berita dikelola oleh enam karyawan.

Peluang bisnis
Besarnya jumlah generasi Y dan karakter mereka merupakan aset berharga apabila perusahaan mampu mengelolanya. Inovasi dan ide mereka menjadi nilai lebih yang bisa menjadikan korporasi makin berkembang.

Komisaris Matahari Department Store dan Hypermart John Riady (30) menilai, perkembangan dunia digital saat ini merupakan revolusi industri keempat. Pada era ini, teknologi didemokratisasi, dapat diakses semua orang, setidaknya dalam bentuk telepon genggam yang makin canggih. Akses teknologi oleh penduduk Indonesia yang berjumlah besar mendongkrak skala ekonomi Indonesia.

“Dengan teknologi digital, kerja sama lebih mudah dibangun perusahaan atau organisasi. Kalau pada era sebelumnya, bentuk kerja sama lebih top down. Sekarang tidak hanya top down, ide-ide kreatif dari karyawan harus didengar,” kata John yang juga menjabat sebagai Direktur Grup Lippo.

Teknologi digital juga membuat perusahaan menjadi transparan dan akuntabel. “Konsumen akan tahu track record perusahaan. Hal itu mendorong perusahaan menjadi bertanggung jawab, tidak sekadar make money,” kata John.

Di sisi lain, perusahaan juga lebih mudah mengenal tren pasar atau mengetahui keinginan serta kebutuhan konsumen. Berkait itu, menurut John, perkembangan teknologi digital saat ini sangat berdampak terhadap perusahaan, termasuk Grup Lippo.

Grup Lippo saat ini mengembangkan beragam sektor usaha, antara lain properti, ritel seperti Hypermart dan Matahari, multimedia, rumah sakit, dan usaha jasa finansial.

Revolusi
Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, generasi Y mendorong perubahan kultur dan cara kerja korporasi, antara lain karena mereka berpendidikan tinggi. Mereka juga menyadari perkembangan korporasi global seperti Google yang menantang, tetapi berkultur kerja menyenangkan.

Dari situ timbul semacam pemberontakan di kalangan generasi Y. Mereka mendesain kantor berbeda, lebih egaliter, dan terkoneksi dengan pasar global.

“Dulu, hubungan orangtua dengan pejabat bersifat kolusi, kini mereka tidak bersedia lagi berkolusi. Ketika bertemu pejabat, generasi milenial merasa setara dan saling membutuhkan. Mereka benar-benar membongkar kultur usaha orangtuanya,” kata Rhenald.

Perkembangan ini perlu dicermati pemerintah dan dunia usaha. Kegiatan generasi milenial yang melahirkan berbagai inovasi akan membongkar, bahkan mengguncang, model-model bisnis lama yang tidak efisien. Hal ini antara lain juga dapat dilihat pada perkembangan bisnis Gojek, Uber, dan lain-lain.(MED/APO/IDR/FER/MAR)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2016, di halaman 1 dengan judul “Generasi Y Mengubah Wajah Korporasi”.

—————-

Generasi Y Bawa Perubahan Sosial

Kehadiran generasi Y atau generasi milenial, di samping mengelola bisnis, juga membawa perubahan sosial. Kehadiran mereka yang bersamaan dengan ledakan teknologi digital telah mampu membuat kolaborasi untuk peduli terhadap masalah di masyarakat.

Mereka yang ditemui dan dihubungi Kompas sejak pekan lalu hingga Senin (14/3) mengakui, kehadiran teknologi digital membuat mereka bisa mudah berkolaborasi dan ikut menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat.

Muhammad Alfatih Timur (24), pendiri Kitabisa.com, laman kumpul dana publik (crowdfunding) pertama di Indonesia, menyatakan, di lamannya sudah ada 900 kampanye berbagai kegiatan sosial dan dana terkumpul mencapai Rp 10 miliar. Target nilai dana yang terkumpul adalah Rp 30 miliar sampai akhir tahun 2016.

Alfatih adalah satu di antara “30 Under 30 Asia” yang dikeluarkan majalah Forbes untuk kategori wirausaha sosial. Saat menentukan pemenang, Forbes menilai pencapaian mereka untuk masyarakat, selain catatan keberhasilan mereka sendiri.

Contoh kampanye adalah terkait keikutsertaan Rio Haryanto di ajang lomba Formula 1. Alfatih mengaku di Kitabisa.com sudah terdapat dana Rp 270 juta. Kampanye itu berasal dari 1.200 penggemar.

Di tempat terpisah, Group CEO of Mayapada Healthcare Group Jonathan Tahir (29) menilai tren digital dalam bisnis sudah tidak bisa dihindari. Ia mencontohkan layanan jasa kesehatan. Mayapada Healthcare Group saat ini mengembangkan klinik berbasis aplikasi internet.

Dengan demikian, menurut Jonathan, nantinya diharapkan lebih banyak masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan melalui aplikasi tersebut. Dengan aplikasi digital, klinik yang dibangun di suatu tempat diharapkan dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih banyak dan luas.

Dengan perkembangan teknologi digital di Indonesia, menurut Jonathan, ia tidak terlalu mengkhawatirkan persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ataupun di tingkat global. Dengan teknologi digital, potensi pasar di Indonesia masih besar dan perlu dijangkau.

Secara terpisah, CEO Pasarlaut.com, usaha rintisan komoditas ikan, Farid Naufal Aslam (22), mengungkapkan, teknologi digital membuat manajemen bisnis lebih transparan dan bisa membantu nelayan. Ia mencontohkan, selama ini, stok ikan di suatu daerah atau tempat pelelangan ikan sulit diketahui.

Akan tetapi, lanjut Farid, melalui kerja sama dengan koperasi nelayan dan penerapan aplikasi digital dalam distribusi atau penjualan tangkapan ikan, pihaknya dapat mengetahui pasokan ikan di suatu koperasi nelayan atau tempat pelelangan ikan. Melalui kerja sama sistem aplikasi itu, manajemen koperasi pun dapat menjadi lebih maju dan transparan. “Melalui aplikasi digital, sistem manajerial, pencatatan, dan akses informasi menjadi lebih baik dan efisien,” kata Farid. Oleh karena itu, pihaknya terus menjalin kerja sama dengan koperasi-koperasi nelayan.

Direktur Grup Royal Golden Eagle Anderson Tanoto (27), terkait dengan kepedulian sosial generasi Y, membentuk Program Desa Bebas Api sebagai antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Perusahaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pelalawan dan Pemerintah Provinsi Riau, kepolisian, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat.

Bentuk program tersebut antara lain pembekalan dan penyuluhan bagi masyarakat desa dalam hal pembukaan lahan, serta pemasangan alat pengukur kualitas udara, dan memberikan insentif bagi desa yang setiap musimnya bebas dari kebakaran api senilai Rp 100 juta dalam bentuk program infrastruktur dan pengembangan pertanian.

Dalam hal restorasi lahan gambut di Riau, ia berkomitmen mengucurkan dana 100 juta dollar AS untuk program restorasi selama 10 tahun ke depan. Lahan gambut yang hendak dipulihkan seluas 150.000 hektar.

Antisipasi KKN
Menurut Anderson, ada tiga hal penting dalam perusahaan keluarga, yaitu keluarga, kepemilikan, dan manajemen. Ketiga hal itu harus punya batasan jelas, tak bisa dicampur-campur. Perusahaan dijalankan atas dasar profesionalisme. “Bukan karena saya menyandang nama Tanoto lantas bisa menjalankan perusahaan ini. Hanya yang profesional dan pekerja keras yang mendapatkan kesempatan memimpin perusahaan ini,” ucapnya.

Anderson menambahkan, perusahaan yang ia pimpin menerapkan apa yang disebut dengan orang menilai proses. Dalam proses itu, ia akan dinilai oleh semua pihak dalam perusahaan, mulai dari tingkat paling atas sampai bawah. Menurut dia, semua orang di dalam perusahaan akan mengalami proses tersebut.

Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali berpendapat, generasi Y membutuhkan sebuah ruang untuk berkreasi dan beropini. Untuk menciptakan pemimpin masa depan, mereka membutuhkan mentor yang mampu mengakomodasi kreasi maupun opini sehingga menjadi kanvas model bisnis baru. (MED/APO/FER)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Maret 2016, di halaman 1 dengan judul “Generasi Y Bawa Perubahan Sosial”.

————

Generasi Y Menggerus Model Bisnis Lama

Perusahaan Ventura Marak
Generasi Y atau generasi milenial yang lahir setelah 1980 mengutamakan teknologi digital. Teknologi ini menyebabkan timbul model bisnis baru yang lebih efisien dan cepat. Dampaknya model bisnis lama bisa tergerus. Aturan biasanya tertinggal dengan perkembangan ini.

Beberapa kalangan yang ditemui dan dihubungi Kompas, pekan lalu dan Selasa (15/3), menyatakan, gelombang perubahan model bisnis itu tak bisa lagi dicegah. Teknologi digital yang dikembangkan generasi milenial telah membuat beragam masalah bisa diselesaikan dengan lebih efisien.

CEO Bahaso.com Tyovan Ari Widagdo mengatakan, kehadiran aplikasi digital telah membuat masalah sehari-hari bisa terselesaikan. Ia mencontohkan, persoalan transportasi menjadi mudah dan cepat. Pembelian tiket pesawat juga makin sederhana dan efisien.

Ke depan teknologi digital bisa menggerus industri perbankan, industri asuransi, industri perhotelan, dan lain-lain.

Chief Marketing Officer GDP Venture Danny Oei Wirianto (41) menyampaikan, karakteristik teknologi digital berpengaruh terhadap pola kerja di perusahaan, dengan keterbukaan sangat dijunjung tinggi.

“Generasi milenial dan teknologi digital itu tak terpisahkan. Kami mencoba selalu memberi ruang mereka berkreasi, mengembangkan hasrat, dan berpendapat satu sama lain. Saat ini pun kami terus menekankan bahwa berbagi antarprofesi adalah penting bagi masa depan,” tutur Danny.

Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengemukakan, rintisan usaha yang memanfaatkan teknologi informasi terus tumbuh. Bisnis daring bahkan menjadi euforia usaha di tengah pelambatan ekonomi.

Tertinggal
Di sisi lain, inovasi mereka berbenturan dengan aturan yang ada. Dampaknya aturan yang ada tertinggal dengan perkembangan ini.

Ketua Badan Start Up Technology Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Patrick Waluyo berpendapat, regulasi terhadap industri digital tidak bisa diterapkan secara keras, seperti sektor umumnya. Industri itu sedang bertumbuh sehingga membutuhkan pendekatan berbeda.

Patrick menegaskan, tidak perlu ada undang-undang baru, tetapi peraturan mengacu ke jenis sektor di bawah kementerian dan lembaga.

“Jika sudah ada regulasinya, kami harap pemerintah perlu segera menyesuaikan dengan perkembangan industri digital,” kata Patrick.

Modal ventura
Kemunculan industri digital mendorong maraknya pendanaan dari perusahaan modal ventura ataupun grup investor. Keberadaan mereka merupakan hal biasa di industri rintisan usaha (start up).

Sebagian orang menganggap kemunculan mereka adalah alternatif saat perbankan tidak bisa terlibat. Pemerintah melalui OJK mulai menaruh perhatian terkait dengan pembiayaan tersebut.

Pada akhir 2015 lalu, OJK mengeluarkan empat peraturan, yaitu POJK Nomor 34 Tahun 2015 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Modal Ventura (PMV), POJK No 35/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha PMV, POJK No 36/2015 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi PMV, dan POJK No 37/2015 tentang Pemeriksaan Langsung PMV.

Fadjar Hutomo menyampaikan beberapa poin penting dari keempat POJK tersebut. Sebagai contoh, POJK No 35/2015 mempersoalkan PMV diperkenankan mengelola kontrak investasi bersama dengan jumlah investor maksimal 25 orang.

Jumlah dana kelolaan minimal Rp 1 miliar dengan melibatkan bank sebagai bank kustodian. Kemudian, POJK No 34/2015 mengatur perizinan PMV, termasuk asing. Kepemilikan asing maksimal 85 persen.

Ketentuan OJK itu merupakan terobosan permodalan yang akan mendorong lahirnya rintisan usaha, khususnya di bidang industri kreatif. (MED/LKT/MAR)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Maret 2016, di halaman 17 dengan judul “Generasi Y Menggerus Model Bisnis Lama”.

———-

Beri Ruang Generasi Y untuk Berkiprah

Perkembangan zaman dan teknologi menjadikan populasi generasi milenial dominan pada beberapa tahun ke depan. Karena itu, perusahaan membutuhkan strategi khusus dalam mempekerjakan mereka supaya mereka loyal dan memberikan kontribusi berarti.

Hal tersebut disampaikan Direktur Grup Solusi Pasar Kecil dan Menengah Microsoft Indonesia Pieter Lydian Sutiono dalam seminar bertema “Retensi Generasi Milenial”, Jumat (18/3), di Jakarta.

Forum yang digelar Universitas Bina Nusantara itu juga menampilkan Kurator Tim Bakat LinkedIn Asia Pasifik Christina Southgate dan Kepala Manajemen Bakat PT Maybank Indonesia Paulus Danang Yanri Hatmoko. Acara dipandu Direktur Marketing Bina Nusantara Judi Arto.

Generasi milenial atau biasa disebut generasi Y merupakan populasi manusia yang lahir dalam kurun waktu 1980-1999. Generasi itu memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan pendahulunya, seperti generasi X dan generasi baby boom. Perusahaan konvensional perlu berbenah untuk menyikapi hal ini.

Pieter mencontohkan, perusahaan teknologi perlu merekrut generasi Y karena inovasi yang mereka miliki dan mereka pun mendominasi pasar. Microsoft Indonesia juga menghadapi tantangan akibat pesatnya perkembangan teknologi kehadiran generasi Y. “Pasar kami akan jatuh jika tidak segera merekrut mereka,” kata Pieter.

Namun, sejumlah strategi harus dipikirkan oleh perusahaan untuk mempertahankan mereka. Pieter menekankan, tantangan dari atas ke bawah menjadi hal penting agar memicu kinerja generasi Y. Pengelolaan tersebut bertujuan untuk merangsang eksistensi generasi Y.

“Generasi Y harus mendapat dukungan yang baik, seperti desain kantor yang menarik. Lulusan terbaik kampus bisa ditempatkan pada tingkat menengah perusahaan,” kata Pieter seraya menambahkan, pembuatan peta jalan karier juga diperlukan agar generasi milenial tahu posisi mereka ke depan.

Kondisi serupa dialami sektor perbankan. Paulus mengutarakan, perusahaan perlu melakukan program kolaboratif untuk mengurangi kesenjangan antargenerasi.

Karakter dasar generasi Y yang ingin didengar dan mendapat kepercayaan harus disiasati dengan komunikasi berbeda. “Kondisi perbankan yang selama ini formal dan birokratis harus beradaptasi dengan generasi milenial,” katanya.

Ia menambahkan, nasabah merasa senang jika dilayani anak-anak muda dengan kemampuan dan kematangan mumpuni.

Tujuan bekerja
Generasi Y memiliki berbagai alasan dalam memilih pekerjaan. Karena itu, Christina Southgate mengingatkan, tujuan kerja menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. “Generasi milenial punya keinginan kuat untuk meninggalkan warisan,” kata Christina.

Ia menjelaskan, generasi Y akan bekerja dengan perusahaan yang memiliki kesamaan visi dengan mereka. Perusahaan diminta untuk menarik generasi milenial bergabung dengan misi dan budaya yang dimiliki. Selain itu, Christina menuturkan, kebutuhan generasi Y dalam bekerja adalah kesejahteraan.

LinkedIn mencatat, saat ini terdapat 379.000 mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam situs jejaring profesional itu. Sebanyak 66 persen di antaranya akan lulus pada 2017. Selain itu, lulusan baru saat ini banyak bekerja di sektor perbankan dan pelayanan finansial. (C02)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Maret 2016, di halaman 11 dengan judul “Beri Ruang Generasi Y untuk Berkiprah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB