Penyakit jantung pada perempuan lebih sulit dideteksi. Sebab, serangan jantung pada perempuan tidak memunculkan gejala khas seperti pada laki-laki. Akibatnya, sering kali terlambat ditangani.
Didie SW
Hal itu disampaikan Anna Ulfah Rahajoe dari dewan Penasihat Perhimpunan Kardiovaskular Indonesia (Perki) di sela-sela The 24th Annual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association (Asmiha), di Jakarta, Sabtu (11/4).
Anna mengatakan, penyakit kardiovaskular nomor satu pada perempuan di Indonesia ialah penyakit jantung koroner. Berbeda dengan yang terjadi pada laki-laki, serangan jantung pada perempuan tidak menunjukkan gejala khas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gejala serangan jantung yang biasanya muncul pada perempuan ialah napas pendek, lemas, nyeri punggung, keringat berlebih, mual, dan rasa lelah berlebih. Sementara gejala tipikal serangan jantung ialah nyeri dada kiri yang menjalar hingga ke lengan kiri. Selain itu, pembuluh koroner perempuan lebih kecil daripada laki-laki sehingga dokter lebih sulit memeriksa penyakitnya.
“Perempuan yang terkena serangan jantung lebih banyak yang meninggal dibandingkan laki-laki. Di hadapan keluarganya mereka cenderung menahan rasa sakit,” ujar Anna.
Oleh karena itu, perempuan harus lebih waspada. Ketika mengalami gejala serangan jantung, harus segera berobat dan tidak menunda waktu lagi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara sebagai faktor risiko penyakit jantung meningkat dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Kemudian prevalensi penyakit stroke berdasarkan wawancara 8,3 per 1.000 orang tahun 2007 menjadi 12,1 per 1.000 orang di tahun 2013.
Promosi kesehatan
Anna menyebutkan, di negara maju insiden penyakit jantung bisa ditekan bukan karena pelayanan kesehatan yang bagus, tetapi 60 persen-70 persen disebabkan oleh promosi kesehatan yang bagus.
Menurut Anna, diperkirakan di masa depan sebanyak 80 persen penyakit kardiovaskular terjadi di negara-negara berkembang. Untuk mencegahnya, diperlukan pola hidup dan pola makan yang sehat. “Kewaspadaan masyarakat akan penyakit jantung harus meningkat,” katanya.
Pemerintah seharusnya membangun fasilitas publik yang memungkinkan masyarakat berolahraga. Sebab, gaya hidup yang terlalu banyak duduk dan minim aktivitas berkontribusi pada penyakit kardiovaskular.
Ketua Panitia The 24th Asmiha Antonia Anna Lukito menambahkan, penyakit jantung pada perempuan mendapat perhatian dalam Asmiha tahun ini. Pada salah satu sesi, Perkumpulan Ahli Jantung Wanita Indonesia akan mengeluarkan konsensus penanganan penyakit jantung perempuan di Indonesia.
Yang tak kalah penting, dalam Asmiha akan dibahas penanganan penyakit kardiovaskular akut. Akan ada sesi khusus tentang model sistem pelayanan jejaring serangan jantung yang telah dilakukan selama enam bulan di Jakarta Barat.
Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Sunarya Soerianata menuturkan, kota yang ramah jantung perlu diciptakan. Semua pihak perlu bekerja sama dan berperan dalam menciptakan jejaring sistem pelayanan serangan jantung. Harapannya, penanganan serangan jantung bisa cepat dilakukan dan angka kematian akibat serangan jantung yang terlambat ditangani bisa turun.
Adhitya Ramadhan
Sumber: Kompas Siang | 11 April 2015