Gangguan Jantung pada Perempuan Lebih Sulit Dideteksi

- Editor

Selasa, 14 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyakit jantung pada perempuan lebih sulit dideteksi. Sebab, serangan jantung pada perempuan tidak memunculkan gejala khas seperti pada laki-laki. Akibatnya, sering kali terlambat ditangani.
Didie SW

Hal itu disampaikan Anna Ulfah Rahajoe dari dewan Penasihat Perhimpunan Kardiovaskular Indonesia (Perki) di sela-sela The 24th Annual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association (Asmiha), di Jakarta, Sabtu (11/4).

Anna mengatakan, penyakit kardiovaskular nomor satu pada perempuan di Indonesia ialah penyakit jantung koroner. Berbeda dengan yang terjadi pada laki-laki, serangan jantung pada perempuan tidak menunjukkan gejala khas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gejala serangan jantung yang biasanya muncul pada perempuan ialah napas pendek, lemas, nyeri punggung, keringat berlebih, mual, dan rasa lelah berlebih. Sementara gejala tipikal serangan jantung ialah nyeri dada kiri yang menjalar hingga ke lengan kiri. Selain itu, pembuluh koroner perempuan lebih kecil daripada laki-laki sehingga dokter lebih sulit memeriksa penyakitnya.

“Perempuan yang terkena serangan jantung lebih banyak yang meninggal dibandingkan laki-laki. Di hadapan keluarganya mereka cenderung menahan rasa sakit,” ujar Anna.

Oleh karena itu, perempuan harus lebih waspada. Ketika mengalami gejala serangan jantung, harus segera berobat dan tidak menunda waktu lagi.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara sebagai faktor risiko penyakit jantung meningkat dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Kemudian prevalensi penyakit stroke berdasarkan wawancara 8,3 per 1.000 orang tahun 2007 menjadi 12,1 per 1.000 orang di tahun 2013.

Promosi kesehatan

Anna menyebutkan, di negara maju insiden penyakit jantung bisa ditekan bukan karena pelayanan kesehatan yang bagus, tetapi 60 persen-70 persen disebabkan oleh promosi kesehatan yang bagus.

Menurut Anna, diperkirakan di masa depan sebanyak 80 persen penyakit kardiovaskular terjadi di negara-negara berkembang. Untuk mencegahnya, diperlukan pola hidup dan pola makan yang sehat. “Kewaspadaan masyarakat akan penyakit jantung harus meningkat,” katanya.

Pemerintah seharusnya membangun fasilitas publik yang memungkinkan masyarakat berolahraga. Sebab, gaya hidup yang terlalu banyak duduk dan minim aktivitas berkontribusi pada penyakit kardiovaskular.

Ketua Panitia The 24th Asmiha Antonia Anna Lukito menambahkan, penyakit jantung pada perempuan mendapat perhatian dalam Asmiha tahun ini. Pada salah satu sesi, Perkumpulan Ahli Jantung Wanita Indonesia akan mengeluarkan konsensus penanganan penyakit jantung perempuan di Indonesia.

Yang tak kalah penting, dalam Asmiha akan dibahas penanganan penyakit kardiovaskular akut. Akan ada sesi khusus tentang model sistem pelayanan jejaring serangan jantung yang telah dilakukan selama enam bulan di Jakarta Barat.

Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Sunarya Soerianata menuturkan, kota yang ramah jantung perlu diciptakan. Semua pihak perlu bekerja sama dan berperan dalam menciptakan jejaring sistem pelayanan serangan jantung. Harapannya, penanganan serangan jantung bisa cepat dilakukan dan angka kematian akibat serangan jantung yang terlambat ditangani bisa turun.

Adhitya Ramadhan
Sumber: Kompas Siang | 11 April 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB