Energi Nuklir dan Mudaratnya

- Editor

Rabu, 24 Juni 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Total kebutuhan energi nasional mencapai 60.000 megawatt. Nuklir pun dilirik untuk dijadikan sumber energi alternatif guna memenuhi kekurangan energi sebesar 25.000 MW.

Keinginan itu disuarakan kembali, baru-baru ini, oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. Presiden Joko Widodo dikabarkan tinggal memberi restu pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Apakah memang harus PLTN? Untuk Indonesia, sebaiknya rencana ini dibatalkan karena lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya. Negeri ini masih mempunyai sumber energi lain, dan Indonesia masih menghadapi kesulitan ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bocornya reaktor nuklir bukan tidak mungkin, walaupun reaktor tersebut mendapatkan ketelitian dan pengamanan yang ketat. Bocornya reaktor nuklir terjadi di beberapa negara, seperti Three Mile Island (Harrisburg, Pennsylvania) Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.

Sewaktu reaktor atom Chernobyl, Rusia, bocor, warga Washington State (Negara Bagian AS di Pacific Norwest) khawatir sekali. Saya yang pada waktu itu sedang melanjutkan studi di Universitas Washington merasakan bagaimana warga Seattle menghadapi kebocoran Chernobyl pada tahun 1986. Mereka khawatir akan turun hujan karena angin dari Rusia bertiup sampai ke Seattle.

Masyarakat diperingatkan jangan meminum air leding karena kemungkinan terkena radiasi (di AS air leding bisa langsung diminum), jangan makan sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging ternak karena kemungkinan ada radiasi akibat turun hujan (Seattle kota hujan). Ternak dikhawatirkan memakan rumput dan daun-daunan yang terkena air hujan.

Bencana Chernobyl adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Partikel radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan.

Akibat bocornya reaktor nuklir Fukushima di Jepang pada 2011, yang disebabkan gempa dan tsunami, rakyat Jepang menjadi gelisah. Tingkat radiasi di tangki yang menyimpan air yang terkontaminasi meningkat 18 kali lipat dan bisa menyebabkan kematian bagi seseorang setelah empat jam.

Australia pernah khawatir kalau Indonesia membangun reaktor nuklir di daerah Gunung Muria. Anginnya akan sampai ke Australia dan bisa turun hujan di sana yang dapat membawa radiasi nuklir.

Indonesia masih kaya sumber energi lain. Sebutlah, seperti tenaga surya (matahari), panas bumi (geotermal), air terjun, angin, dan ombak.

Masih banyak pilihan
Pemerintah diberitakan segera melakukan lelang pengadaan infrastruktur pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (matahari) tahun ini di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, kota besar di Aceh dan Bali. Pembangunan itu bukan di atas tanah, tetapi dipasang di atap sejumlah gedung instansi pemerintah. Hal ini sudah dipraktikkan di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua (Kompas, 8 Juni 2015).

Indonesia yang banyak gunung berapi diperkirakan mempunyai sumber energi tenaga panas bumi (geotermal) yang melimpah. Dengan bantuan pemerintah Perancis dan Selandia Baru, Direktorat Vulkanologi, dan Pertamina melakukan survei pendahuluan. Hasilnya, terdapat 217 titik prospek panas bumi di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian barat Sumatera terus ke pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan kemudian membelok ke daerah utara melalui Maluku dan Sulawesi.

Secara keseluruhan jumlahnya mencapai 255, yaitu 84 di Sumatera, 76 di Jawa, 51 di Sulawesi, 21 di Nusa Tenggara, 3 di Papua, 15 di Maluku, dan 5 di Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai terperatur tinggi >225o C (Nenny Saptadji-ITB).

Negeri Belanda menggunakan tenaga angin untuk pembangkit listrik. Jika Anda berada di gedung bertingkat lima, di mana- mana terlihat kincir angin pembangkit listrik di daerah itu. Indonesia juga tidak kekurangan tenaga angin, terutama di daerah pantai selatan Sumatera, Jawa sampai pantai selatan Papua.

Penting bagi Indonesia, negara berpenduduk terbesar keempat dunia, untuk tetap konsisten kepada Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir.

Jika Sonny Keraf mengatakan PLTN adalah pilihan terakhir bagi Indonesia (Kompas, 13 Juni 2015), saya sebaliknya, malah menolaknya sama sekali mengingat akibat yang timbul dari bocornya PLTN. Kita masih mempunyai berlimpah-limpah tenaga surya (matahari), panas bumi (geotermal), angin, dan ombak. Hukum di samping menciptakan keadilan juga berfungsi memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Teknologi nuklir yang bisa menimbulkan radiasi mengakibatkan kesengsaraan, bertentangan dengan tujuan hukum.

Erman Rajaguguk, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia
————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2015, di halaman 6 dengan judul “Energi Nuklir dan Mudaratnya”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB