Ekspedisi Riset ke Sumba Didorong

- Editor

Selasa, 22 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia menjadi Ketua Asosiasi Kawasan Tepi Samudra Hindia (IORA) periode 2015-2017 mulai Oktober 2015. Kerja sama regional itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengusulkan ekspedisi riset ke Pulau Sumba, NTT, sebagai bagian dari kerja sama.

“Ini kerja sama yang cukup baru. Kita sebagai ketua mau mengarahkan kerja sama sesuai visi-misi pemerintah. Sangat dimungkinkan,” kata Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI yang juga Koordinator Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) Indonesia, Adriana Elisabeth, saat jumpa media di Jakarta, Senin (21/9). IORAG pilar kerja sama bidang penelitian di IORA.

IORA satu-satunya organisasi negara di tepi Samudra Hindia dan mencakup tiga benua: Asia, Australia, dan Afrika. Saat ini, ada 20 negara yang resmi bergabung. Indonesia bergabung sejak organisasi itu dibentuk tahun 1997.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Dirhamsyah mengatakan, LIPI usul ekspedisi riset bersama negara anggota IORA di kawasan Samudra Hindia dengan fokus di area Sumba.

Pulau itu salah satu pulau terdepan RI yang berbatasan dengan Australia di selatan. Penduduk Sumba masih relatif miskin sehingga ekspedisi riset akan turut menunjukkan kehadiran negara sesuai misi pemerintah membangun dari pinggiran.

Minim data
Dari sisi riset, Indonesia tak punya data dasar oseanografi terkait area perairan Sumba. Sejumlah kapal asing hilir mudik di sana, tetapi jauh di Samudra Hindia, bukan di pesisir Sumba. Penelitian oseanografi pun bisa dipadukan riset biologi terkait keanekaragaman hayati mengingat karakteristik satwa dan tumbuhan endemis di Sumba kemungkinan terpengaruh dari Australia sehingga menarik dikaji.

Menurut Dirhamsyah, berbeda dengan area Sumba, area pesisir dan laut lain berbatasan dengan Samudra Hindia sudah banyak diteliti. Area pantai barat Sumatera, misalnya, memikat banyak peneliti, termasuk asing karena aktivitas seismiknya, sehingga penting untuk riset kebencanaan. Area di selatan Jawa hingga Lombok, NTB, juga menarik karena terindikasi daerah pemijahan ikan tuna.

Di sisi lain, di timur Sumba, ada Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu, lintasan berbagai biota laut dilindungi. Jika data dasar Laut Sawu tak dikuasai, kelestarian biota laut di sana bisa terancam.

Karena itu, lanjut Dirhamsyah, LIPI mengajukan proposal ekspedisi riset ke Sumba kepada pemerintah sebagai bagian program IORAG selama kepemimpinan Indonesia. Ekspedisi bisa mengikutsertakan peneliti dari negara-negara anggota lain.

Total anggaran Rp 5 miliar, termasuk 30 hari layar menggunakan kapal riset dan analisis data usai berlayar. LIPI punya Kapal Riset Baruna Jaya VIII. “Tetapi ini bergantung pada ketersediaan dana. Jika usulan anggaran dipotong, tak tahu lagi,” ujarnya.

Peneliti politik dan keamanan internasional LIPI, Koordinator Penelitian IORAG Indonesia, Riefqi Muna menuturkan, Samudra Hindia strategis bagi global. Sebanyak 50 persen lalu lintas kapal dagang melalui lautan ini. Samudra itu juga rute lintasan sepertiga kargo dunia dan dua pertiga pengiriman minyak dunia. Ada 55 persen cadangan minyak dan 40 persen gas. (JOG)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 September 2015, di halaman 14 dengan judul “Ekspedisi Riset ke Sumba Didorong”.
——
Indonesia Pimpin Indian Ocean Rim Association

Mulai Oktober tahun ini Indonesia akan menjadi ketua Indian Ocean Rim Association (IORA), kerja sama regional negara-negara di kawasan Samudra Hindia, untuk periode 2015-2017. Salah satu misi Indonesia adalah meningkatkan kerja sama penelitian dari berbagai bidang dengan negara- negara anggota. Hal ini juga untuk mendorong negara-negara anggota memperoleh manfaat dari posisi strategis Samudra Hindia.

a16dcebe0a584da791ca6fc7051dc519KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Aktivitas Pelabuhan Ikan Nusantara Prigi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (14/6).

Terkait riset, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai Focal Point Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) di Indonesia. IORAG merupakan pilar kerja sama di bidang penelitian pada IORA. “Riset terdiri dari enam isu prioritas,” kata Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI yang juga Focal Point IORAG Indonesia, Adriana Elisabeth, saat jumpa pers di Jakarta, Senin (21/9).

Enam isu prioritas tersebut adalah interseksi budaya dan peradaban negara-negara di Samudra Hindia; hubungan luar negeri dan diplomasi maritim Indonesia; ekonomi maritim khususnya pada bidang perdagangan dan investasi; keamanan dan keselamatan maritim; manajemen sumber daya maritim; serta pemetaan potensi bencana dan adaptasi perubahan iklim. Adriana menambahkan, satu isu lagi kemungkinan akan masuk isu prioritas, yakni kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan.

IORA merupakan satu-satunya organisasi negara-negara di tepi Samudra Hindia dan mencakup tiga benua, yaitu Asia, Australia, dan Afrika. Terdapat 20 negara yang tergabung di asosiasi ini. Indonesia sudah bergabung dalam IORA sejak organisasi ini pertama kali terbentuk tahun 1997, yang diinisiasi Mauritius.

Peneliti Politik dan Keamanan Internasional LIPI sebagai Koordinator Penelitian IORAG Indonesia, Riefqi Muna, menuturkan, perhatian terhadap kawasan Samudra Hindia masih minim. Gaung publikasi terhadap keberadaan serta kegiatan IORA pun belum memadai. Padahal, kawasan Samudra Hindia bernilai strategis sehingga perlu ada upaya mengoptimalkan potensi dari kawasan ini.

Riefqi mencontohkan, jumlah penduduk dari negara-negara anggota IORA 2,6 miliar jiwa, jauh lebih besar dibandingkan dengan penduduk negara Anggota ASEAN di lingkup Asia Tenggara yang berjumlah 600 juta jiwa. “Artinya, potensi ekonomi dari kerja sama ini besar,” ujarnya.

Menurut Adriana, posisi Indonesia sebagai ketua di IORA berkorelasi dengan target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Walaupun organisasi ini belum begitu terkenal, termasuk dibandingkan dengan ASEAN, IORA memiliki potensi manfaat yang besar bagi Indonesia, salah satunya lebih leluasa untuk memadukan agenda-agenda kebijakan kemaritiman Indonesia dalam program-program IORA.

J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas Siang | 21 September 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB