Eksoplanet Seukuran Bumi Makin Banyak Ditemukan

- Editor

Kamis, 4 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hingga Juni 2019, sebanyak 5.747 eksoplanet berhasil ditemukan walau dari jumlah tersebut baru 3.236 eksoplanet yang sudah terkonfrimasi. Sebagian besar eksoplanet yang ditemukan berukuran raksasa, seukuran Jupiter di Tata Surya. Jumlah eksoplanet berukuran mirip Bumi atau lebih kecil sangat sedikit.

NASA’S GODDARD SPACE FLIGHT CENTER–Perbandingan ukuran antara tiga eksoplanet di sistem keplanetan bintang L98-59, yaitu eksoplanet L98-59b, L98-59c dan L98-59d dengan dua planet di Tata Surya, yaitu Bumi dan Mars.

Lebih banyaknya eksoplanet berukuran besar yang ditemukan merupakan konsekuensi dari keterbatasan peralatan dan metode observasi yang dimiliki saat ini. Padahal, jumlah eksoplanet seukuran Bumi atau lebih kecil diyakini juga banyak jumlahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pencarian eksoplanet seukuran Bumi menjadi penting karena eksoplanet yang berukuran besar atau raksasa umumnya berupa planet gas yang tidak bisa dihuni. Situasi itu didasarkan pada kondisi planet-planet besar di Tata Surya, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus yang semua berupa planet gas.

Karena itu, pencarian eksoplanet seukuran Bumi menjadi incaran para astronom. Meski demikian, ukuran yang kecil belum tentu jadi jaminan bahwa planet tersebut berupa planet batuan yang bisa dihuni. Jaraknya dengan bintang induk menjadi faktor penentu lain yang membuat atmosfernya lebih ramah bagi makhluk hidup serta keberadaan air dalam bentuk cair.

Teleskop luar angkasa terbaru milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat NASA, Satelit Survei Transit Eksoplanet atau Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) untuk pertama kalinya berhasil menemukan eksoplanet seukuran Bumi. Eksoplanet tersebut dinamai L98-59b.

Eksoplanet tersebut berada di bintang L98-59 yang berjarak 35 tahun cahaya dari Bumi. Bintang tersebut berada di rasi Volans, rasi yang terletak di belahan langit selatan, di dekat rasi Carina.

STELLARIUM–Rasi Volans yang bisa dilihat dari belahan langit selatan.

Sebenarnya, TESS menemukan tiga eksoplanet di bintang L98-59, yaitu L98-59b yang jadi planet paling dekat dengan bintang induknya, L98-59c diurutan kedua dan L98-59d yang berada paling jauh dari bintang induknya.

Studi yang dipublikasikan di The Astronomical Journal, Kamis (27/6/2019) menyebut L98-59b berukuran 0,8 Bumi, lebih kecil dari Bumi tetapi masih lebih besar dibanding Mars. Sedangkan dua planet lainnya, yaitu L98-59c dan L98-59d masing-masing berukuran 1,4 dan 1,6 dari ukuran Bumi.

Temuan sistem keplanetan di L98-59 menambah jumlah eksoplanet seukuran Bumi yang ditemukan. Penemuan ketiga eksoplanet itu tidak dilakukan dengan metode observasi langsung karena akan sulit ditengah cerlangnya bintang induk. Eksoplanet itu ditemukan dengan teknik transit, yaitu ketika eksoplanet lewat di depan bintang induk.

“Temuan eksoplanet seukuran Bumi ini merupakan capaian besar dalam bidang keilmuan dan rekayasa bagi teleskop TESS,” kata pimpinan studi sekaligus astrofisikawan di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard milik NASA di Greenbelt, Maryland, AS, Veselin Kostov seperti dikutip dari situs NASA.

Meski demikian, L98-59b bukan eksoplanet terkecil yang pernah ditemukan. Rekor eksoplanet terkecil saat ini dipegang Kepler-37b yang ukurannya hanya 1,2 kali ukuran Bulan, satelit Bumi, atau 0,35 ukuran Bumi.

Bintang induk eksoplanet ini adalah Kepler-37, bintang seukuran Matahari yang terletak di rasi Lyra dan berjarak 209 tahun cahaya dari Bumi. Sistem keplanetan ini ditemukan oleh teleskop luar angkasa milik NASA yang sudah pensiun pada November 2018 lalu, Kepler.

Tidak Layak Huni
Nyatanya, eksoplanet L98-59b tidak termasuk planet yang layak huni karena terlalu dekat dengan bintang induknya L98-59.

Sebenarnya bintang L98-59 adalah bintang katai yang masuk kelas M, jauh lebih kecil dibanding Matahari yang termasuk bintang kelas G. Populasi bintang katai kelas M di galaksi Bimasakti jumlahnya mencapai tiga perempat dari seluruh bintang di Bimasakti. Namun redupnya cahaya bintang membuat bintang ini sulit terdeteksi.

Bintang kelas M punya massa hanya dari setengah dari massa Matahari. Temperatur permukaannya pun hanya 70 persen dari suhu permukaan Matahari yang berkisar 5.500 derajat celsius.

NASA’S GODDARD SPACE FLIGHT CENTER–Citra artis tentang Satelit Survei Transit Eksoplanet atau Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat NASA.

Walau lebih dingin dari Matahari, namun jarak planet L98-59b terlalu dekat dengan bintang induknya. Eksoplanet itu hanya butuh 2,25 hari untuk mengorbit bintangnya, bandingkan dengan Bumi yang butuh 365,25 hari untuk satu kali mengelilingi Matahari. Akibatnya, L98-59b harus menerima paparan radiasi dari bintang induknya hingga 22 kali dari paparan radiasi yang diterima Bumi dari Matahari.

Kondisi serupa juga dialami L98-59c dan L98-59d yang masing-masing secara berurutan butuh 3,7 hari dan 7,5 hari mengelilingi bintang induknya. Akibatnya, paparan radiasi yang mereka terima pun sebanyak 11 kali dan 4 kali dari radiasi yang diterima Bumi.

Situasi itu membuat ketiga eksoplanet yang dimiliki sistem keplanetan L98-59 semuanya tidak ada yang berada di zona layak huni. Pada jarak sedekat itu, air akan sulit berada dalam bentuk cair karena akan dengan cepat menguap.

Para ilmuwan menilai, eksoplanet di L98-59 masuk dalam zona Venus, bukan zona Bumi. Artinya, suhu yang sangat tinggi akibat tingginya paparan radiasi dari bintang induk akan membuat atmosfer eksoplanet itu mengalami efek gas rumah kaca yang sangat tinggi dan menjadikannya mirip atmosfer Venus saat ini.

“Jika kita melihat sistem keplanetan Matahari dari L98-59, maka Venus dan Bumi akan mirip dengan eksoplanet yang ada di L98-59. Namun nyatanya, mereka berbeda,” tambah peneliti lain yang juga dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard, Joshua Schlieder.

Peneliti masih mencari jawaban mengapa Bumi menjadi layak huni, sedangkan saudaranya Venus menjadi tidak layak huni. Jawaban atas pertanyaan itu bisa juga dipelajari dari sistem bintang lain, termasuk L98-59. Karena itu, studi lebih lanjut sistem keplanetan L98-59 masih menarik untuk dipelajari, seperti sistem atmosfernya dengan menggunakan teleskop luar angkasa James Webb yang sudah menemukan sejumlah eksoplanet lain.–M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 2 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB