Dunia Kehilangan Greenland Lebih Cepat

- Editor

Kamis, 12 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lapisan es pada Greenland menghilang tujuh kali lebih cepat dibandingkan tahun 1990-an. Pada tren saat ini, pencairan es Greenland akan menyebabkan 100 juta orang dibanjiri setiap tahun pada akhir abad ini.

Lapisan es pada Greenland menghilang tujuh kali lebih cepat dibandingkan tahun 1990-an. Peristiwa ini menurut panel ahli antarpemerintah tentang perubahan iklim atau IPCC memiliki keterkaitan dengan bencana banjir pesisir yang akan mengancam 40 juta jiwa pada tahun 2100.

KOMPAS/MADINA NUSRAT–Foto ilustrasi. Perjalanan menuju Grau Roig, salah satu tempat berski di Resor Ski Grandvalira, Andorra, Kamis (28/2/2019), disuguhkan pemandangan deretan pegunungan yang diselimuti salju. Pemandangan ini bisa dijumpai setelah melalui perbatasan Spanyol-Andorra.Andorra merupakan negara kecil yang terselip di antara Spanyol dan Perancis ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tim yang terdiri dari 96 ilmuwan kutub dari 50 organisasi internasional telah menghasilkan gambaran paling lengkap tentang hilangnya es Greenland hingga saat ini. Tim The Ice Sheet Mass Balance Inter-comparison Exercise (IMBIE) tersebut menggabungkan 26 survei terpisah untuk menghitung perubahan massa lapisan es Greenland antara tahun 1992 dan 2018. Secara keseluruhan, data dari 11 misi satelit yang berbeda digunakan, termasuk pengukuran perubahan lapisan es. volume, aliran, dan gravitasi.

Temuan itu, yang diterbitkan 10 Desember 2019 di Nature Today, menunjukkan Greenland kehilangan 3,8 triliun ton es sejak 1992. Jumlah ini cukup untuk mendorong permukaan laut global naik 10,6 milimeter. Tingkat kehilangan es telah meningkat dari 33 miliar ton per tahun pada 1990-an menjadi 254 miliar ton per tahun dalam dekade terakhir – peningkatan tujuh kali dalam tiga dekade.

Penilaian yang dipimpin oleh Prof Andrew Shepherd di Universitas Leeds dan Erik Ivins di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, didukung Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).

Kenaikan permukaan laut
Pada 2013, IPCC memperkirakan bahwa permukaan laut global akan naik 60 sentimeter pada tahun 2100 yang menempatkan 360 juta orang dalam risiko banjir pantai tahunan. Tetapi studi baru ini menunjukkan bahwa kehilangan es Greenland naik lebih cepat dari yang diperkirakan dan skenario pemanaasan iklim IPCC memperkirakan kenaikan air laut 7 sentimeter lebih tinggi.

“Sebagai patokan, setiap sentimeter kenaikan permukaan laut global, enam juta orang lagi terkena banjir pantai di planet ini,” kata Prof Shepherd. Pada tren saat ini, pencairan es Greenland akan menyebabkan 100 juta orang dibanjiri setiap tahun pada akhir abad ini.

Tim menggunakan model iklim regional untuk menunjukkan bahwa setengah dari kehilangan es disebabkan oleh pencairan permukaan karena suhu udara meningkat. Setengah lainnya disebabkan oleh peningkatan aliran gletser, yang dipicu oleh kenaikan suhu lautan.

Kehilangan es memuncak pada tahun 2011 sebesar 335 miliar ton – sepuluh kali lipat dari tahun 1990-an – selama periode pencairan permukaan yang hebat. Meskipun tingkat kehilangan es turun menjadi rata-rata 238 miliar ton per tahun sejak itu, ini tetap tujuh kali lebih tinggi. Jumlah tersebut tidak termasuk kehilangan pada tahun 2019 yang dapat menetapkan tinggi baru karena pencairan musim panas yang meluas.

“Pengamatan satelit es kutub sangat penting untuk memantau dan memprediksi bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi kehilangan es dan kenaikan permukaan laut,” kata Ivins. Ini ditambah simulasi computer untuk membuat proyeksi dari skenario perubahan iklim dari pengukuran satelit.

Guðfinna Aðalgeirsdóttir, Profesor Glasiologi di Universitas Islandia dan penulis utama dari laporan penilaian keenam IPCC, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan analisa Tim IMBIE tentang hilangnya es Greenland tepat waktu untuk IPCC. Pemantauan lapisn es menurutnya sangat penting untuk mengetahui peningkatan permukaan air laut setiap tahun.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 12 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB