Dua Eksoplanet Ada di Bintang Tetangga Terdekat Matahari

- Editor

Senin, 20 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proxima Centauri merupakan bintang terdekat dari Matahari. Jaraknya hanya sekitar 4,2 tahun cahaya. Kini, bintang ini terbukti memiliki 2 eksoplanet, yaitu Proxima b yang ditemukan pada 2016 dan Proxima c yang keberadaannya diumumkan pada 15 Januari lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/LORENZO SANTINELLI/SPACE.COM–Ilustrasi artis tentang sistem keplanetan bintang Proxima Centauri. Benda paling kanan adalah kandidat ekso

planet Proxima c yang baru diumumkan keberadaannya. Proxima c mengorbit bintang Proxima Centauri yang merupakan bintang katai merah, setiap 5,2 tahun sekali. Kepastikan keberadaan Proxima c ini masih menunggu konfirmasi dari penelitian lain.

Meski paling dekat dengan Matahari, masyarakat tidak bisa menyaksikan bintang ini dengan mata telanjang karena Proxima Centauri adalah bintang katai merah yang redup. Katai merah adalah kelas bintang terendah, tetapi paling banyak jumlahnya, yaitu 20-30 persen dari seluruh bintang di semesta.

Meski bintang ini tak terlihat, masyarakat dapat dengan mudah mencari perkiraan posisinya. Cukup perhatikan dua bintang paling terang di rasi Centaurus atau di sebelah kiri rasi Layang-layang, Ikan Pari, Crux, Salib Selatan, atau Gubug Penceng. Masyarakat Jawa menyebut dua bintang terang itu sebagai Wulanjar Ngirim.

Bintang paling kiri dari dua bintang di samping kiri rasi Layang-layang itu adalah Bintang Alfa Centauri. Ini adalah bintang terterang ketiga di langit malam, setelah Sirius dan Canopus. Sebelum Proxima Centauri ditemukan, Alfa Centauri selalu disebut sebagai bintang terdekat Matahari.

Meski secara kasatmata Alfa Centauri terlihat sebagai sebuah bintang, pengamatan dengan teleskop yang memiliki sensitivitas tinggi menunjukkan Alfa Centauri adalah sistem tiga bintang, yaitu Alfa Centauri A, Alfa Centauri B, dan Proxima Centauri, dengan Proxima Centauri sebagai yang terdekat dengan Matahari.

Pada 2016, astronom menemukan eksoplanet layak huni pertama di Proxima Centauri yang dinamai Proxima b. Keberadaan eksoplanet itu sudah diketahui astronom yang bekerja di Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Gurun Atacama, Cile, sejak tahun 2000. Proses verifikasi yang memakan waktu 15 tahun membuat kepastian eksoplanet Proxima b itu baru diumumkan pada 24 Agustus 2016.

Temuan itu menjadikan Proxima b sebagai eksoplanet terdekat dari Bumi karena berada di bintang yang paling dekat dengan Matahari. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1992, hingga kini sudah ada 4.168 eksoplanet yang berasal dari 3.093 sistem keplanetan.

KOMPAS/ESO/M. KORNMESSER–Ilustrasi artis tentang gambaran permukaan eksoplanet Proxima b. Bintang terang besar di kiri adalah sang bintang Proxima b, yaitu Proxima Centauri. Eksoplanet ini diperkirakan berupa planet batuan, tetapi keberadaan air dan atmosfer sebagai penopang kehidupan masih diperdebatkan.

Jarak dekat
Proxima b hanya berjarak 7,5 juta kilometer dari bintang induknya hingga hanya perlu 11,2 hari untuk sekali mengitari sang bintang. Sebagai perbandingan, Merkurius sebagai planet yang paling dekat Matahari memiliki jarak 58 juta kilometer ke Matahari.

Jarak yang dekat justru menguntungkan karena Proxima Centauri adalah bintang yang redup. Suhu permukaan Proxima Centauri hanya 2.700 derajat celsius, bandingkan dengan suhu permukaan Matahari yang mencapai 5.500 derajat celsius.

Selain itu, Proxima b memiliki massa 1,3 kali massa Bumi. Massa yang mirip Bumi itu membuat eksoplanet ini diduga berbentuk mirip Bumi, yaitu planet batuan, bukan planet raksasa yang biasanya berupa planet gas.

Meski demikian, keberadaan air yang bisa menopang kehidupan di Proxima b, minimal kehidupan yang paling primitif, masih menjadi perdebatan para ahli. Jarak yang dekat membuat radiasi sinar X di planet menjadi sangat besar hingga bisa mengikis atmosfernya.

KOMPAS/DIGITIZED SKY SURVEY 2/DAVIDE DE MARTIN/MAHDI ZAMANI/SPACE.COM–Potret bintang Alfa Centauri (kiri atas) yang merupakan sistem bintang ganda, Alfa Centauri A dan Alfa Centauri B atau disebut juga Alfa Centauri AB, serta bintang Proxima Centauri (kanan bawah) yang mengitari bintang ganda Alfa Centauri AB. Ketiga bintang tersebut membentuk sistem tiga bintang.

Namun, peluangnya adanya atmosfer dan air sebagai penopang kehidupan di Proxima b tetap ada. Peluang itu sangat ditentukan oleh evolusi bintang induk dan planetnya.

Jika di awal pembentukan sistem keplanetan itu, sang bintang Proxima Centauri amat aktif, paparan radiasi energi tinggi bintang akan menendang atmosfer dan menguapkan air di planetnya. Selain itu, jika Proxima b di masa lalu terbentuk lebih dekat ke bintang induknya dibandingkan posisi sekarang, maka air juga tidak akan terbentuk.

Selain itu, Proxima b terikat oleh gaya pasang surut oleh bintang induknya sehingga bagian yang menghadap bintang akan senatiasa sama, sama seperti Bulan yang terikat gaya pasang surut Bumi. Kondisi ini memang tak mendukung kehidupan, tetapi studi menunjukkan angin di atmosfernya bisa mendistribusikan panas hingga mengurangi suhu ekstrem di eksoplanet tersebut.

Belum terbukti adanya kehidupan di Proxima b, para astronom pada Rabu (15/1/2020) mengumumkan adanya eksoplanet lain di Proxima Centauri yang dinamai Proxima c. Eksoplanet Proxima c yang sudah diketahui keberadaannya sejak April 2019 ini ditemukan dengan metode yang sama dengan Proxima b, yaitu dengan metode kecepatan radial.

KOMPAS/ESO/M. KORNMESSER–Citra artis tentang bintang Proxima Centauri (kiri) dilihat dari eksoplanet Proxima b (kanan). Di antara keduanya terdapat bintang Alfa Centauri AB.

Tim peneliti yang dipimpian Mario Damasso dan Fabio Del Sordo menemukan bukti sang bintang induk, Proxima Centauri sedikit ditarik oleh planet-planetnya. Dari analisis data yang ada, peneliti menduga selain Proxima b, masih ada eksoplanet lain yang menarik bintang induk tersebut.

Namun, berbeda dengan Proxima b yang berukuran mirip Bumi dan berada di zona layak huni, Proxima c justru memiliki kerapatan enam kali lebih masif dari Bumi hingga dia dikelompokkan sebagai Bumi super. Selain itu, Proxima c juga butuh 5,2 tahun untuk satu kali mengitari bintang induk.

Dengan jarak sangat jauh dari bintang induk dan bintang induknya yang berupa katai merah, bisa dipastikan suhu di Proxima c sangat rendah. Suhu di permukaan Proxima c diperkirakan hanya sekitar 40 derajat kelvin alias minus 233 derajat celsius.

”Kecerlangan bintang induk yang rendah dan jari-jari orbit planet yang besar, maka Proxima c akan menerima paparan panas yang sangat rendah,” kata Damasso, yang berasal dari Observatorium Astrofisika Turin, Italia, seperti dikutip space.com, Rabu (15/1/2020).

Meski Proxima c tidak berada di zona layak huni, peluang adanya kehidupan meski tidak seperti kehidupan yang dikenal manusia di Bumi, tetap ada. Hal sama berlaku di Tata Surya. Satelit Jupiter Europa dan satelit Saturnus Enceladus yang ditutupi selubung es memiliki lautan air berbentuk cair di bawah permukaannya hingga peluang adanya kehidupan tetap ada.

Walau temuan tentang Proxima c itu sudah dipublikasikan di jurnal Science Advances, 15 Januari lalu, masih dibutuhkan konfirmasi oleh astronom lain untuk memastikan eksoplanet itu benar-benar ada, baik dengan metode yang sama atau metode pencarian eksoplanet yang lain.

”Dari perhitungan, sistem keplanetan dengan dua planet lebih mungkin lima kali lipat dibanding sistem keplanetan dengan satu planet,” tambah Del Sordo, yang berasal dari Universitas Crete, Yunani.

Karena itu, data dari berbagai teleskop lain, baik teleskop landas Bumi maupun teleskop luar angkasa akan sangat membantu membuktikan keberadaan Proxima c.

Makin banyak eksoplanet di dekat Bumi membuat harapan adanya tambahan pengetahuan untuk mencari planet lain yang bisa menopang kehidupan, seperti di Bumi makin besar. Jika kehidupan di luar Bumi itu nyata adanya, artinya manusia memiliki kawan di semesta yang mahaluas.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 19 Januari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB