Di era digital saat ini, dosen diarahkan menjadi pembentuk bingkai pemikiran mahasiswa dalam menyerap materi pengajaran.
Perkembangan teknologi digital yang pesat membuat dosen tidak lagi menjadi sumber utama dalam pengajaran. Mahasiswa memiliki alternatif sumber yang tersebar di internet dan media lainnya. Dosen pun diarahkan menjadi pembentuk bingkai pemikiran mahasiswa dalam menyerap materi sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan.
Rektor Universitas Parahyangan (Unpar) Mangadar Situmorang, dalam sambutan Dies Natalis Unpar ke-65, Jumat (17/1/2020), menyatakan, digitalisasi membuat teknologi informasi tidak hanya dianggap sebagai alat, tetapi juga identitas. Manusia menjadi tidak bisa terlepas dari teknologi tersebut sehingga membentuk pola pikir dan tindakan seseorang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itu, proses pendidikan dengan budaya digital perlu diadopsi.
Mangadar melanjutkan, kondisi tersebut perlu disikapi dalam bidang pendidikan. Budaya digital perlu diterapkan di kampus dengan menyesuaikan pola kegiatan perkuliahan. Arus informasi yang cepat membuat sumber materi perkuliahan tidak hanya didapatkan dari proses ceramah kelas.
“Manusia menjadi berpikir serba instan dan tidak lagi terafiliasi dengan kelembagaan atau suatu lokasi. Mereka bergerak lebih bebas dan cenderung impersonal. Karena itu, proses pendidikan dengan budaya digital perlu diadopsi,” ujarnya.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA–Rektor Unpar Mangadar Situmorang memberikan pemaparan dalam Dies Natalis Unpar ke-65, di Bandung, Jabar, Jumat (17/1/2020).
Menurut Mangadar, budaya digital di perguruan tinggi diharapkan bisa menyesuaikan perubahan tersebut, terutama dalam proses belajar-mengajar. Perubahan dalam kultur belajar-mengajar diarahkan menjadi diskusi dengan membahas semua materi yang didapatkan mahasiswa. Jika hal tersebut bisa dilakukan, pertemuan kelas bisa diminimalisasi karena waktu pemaparan materi bisa dipangkas.
“Jadi, dosen tidak berfungsi sebagai pemberi materi karena semua bisa didapatkan di internet. Pengajar berfungsi untuk framing atau bingkai pemikiran dan memberikan landasan konseptual sehingga materi yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan,” tuturnya.
Budaya digital tersebut diterapkan oleh hampir seluruh program studi (prodi) berbasis eksakta di Unpar, seperti teknik informatika, fisika, dan teknik industri. “Saat ini, penerapannya 60-100 persen, tergantung kesiapan jurusan. Namun, untuk prodi sosial, materi kelas masih lebih dominan. Kami mengupayakan dan sedang mempersiapkan diri mengarah ke sana (budaya digital),” tuturnya.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA–Wagub Jabar Uu Ruzhanul memberikan sambutan dalam Dies Natalis Unpar ke-65, di Bandung, Jumat (17/1/2020).
Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum, yang turut memberikan sambutan dalam Dies Natalis ke-65 Unpar, menyebut, teknologi digital telah masuk ke berbagai bidang kehidupan. Dengan pembentukan budaya digital yang bijak dan produktif dari ranah perguruan tinggi, diharapkan lulusan kampus bisa memberikan kontribusi yang baik terhadap masyarakat.
“Kalau bisa dimanfaatkan lebih baik, lulusan yang ada bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi ketimpangan di Jabar. Selama ini, peningkatan perekonomian ini tidak dibarengi pemerataan,” tuturnya.
Di samping itu, Uu berujar, digitalisasi dalam berbagai aspek tersebut perlu disikapi dengan bijak. Dia berharap mahasiswa dan para pengajar bisa memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan teknologi digital. “Setiap mahasiswa harus mampu berkomunikasi. Komunikasi tersebut akan timbul kepercayaan,” tuturnya.
Oleh MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Editor: MOHAMAD FINAL DAENG
Sumber: Kompas, 17 Januari 2020