Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip, Siswanto Imam Santoso, mengembangkan penelitian gulma air yang dapat dijadikan pakan unggas. Hal ini bentuk pelestarian lingkungan melalui pendekatan agribisnis.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Pekerja mengangkut mesin yang digunakan untuk menggerakan perahu mereka saat mencari tanah gambut di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Kamis (10/10/2019). Selain sebagai media tanam untuk jamur, tanah gambut yang mereka dapatkan dijual untuk campuran pupuk kompos.
Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, melalui Program Studi Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, mengembangkan penelitian gulma air yang dapat dijadikan pakan unggas. Hal ini merupakan bentuk pelestarian lingkungan dengan pendekatan agribisnis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip, Siswanto Imam Santoso, menyampaikan hal itu pada pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Agribisnis, di Semarang, Rabu (3/3/2020). Agribisnis yang berkelanjutan merupakan pembangunan sektor agribisnis berbasis sumber daya dan ekosistem.
Siswanto memaparkan, salah satu permasalahan di bidang pertanian yakni kehadiran tanaman pengganggu, termasuk gulma air. Tanaman itu dapat mengakibatkan penurunan kualitas air, seperti pendangkalan sungai dan waduk. Selama ini, salah satu cara mengatasinya yakni dengan pengerukan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Alat berat mengeruk sedimentasi Rawapening, di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/10/2018). Rawapening masuk dalam daftar salah satu danau kritis dengan pendangakan setinggi 42 sentimeter setiap tahunnya.Kompas/P Raditya Mahendra Yasa22-10-2018
Namun, cara itu membutuhkan biaya cukup mahal. Hasil kerukan gulma juga ditampung di tempat pembuangan tanpa pengolahan. “Sementara dengan agribisnis, gulma dapat dimanfaatkan menjadi produk pakan hewan ternak maupun ikan dengan nilai tambah tinggi,” ujarnya.
Gulma air kerap ditemukan, salah satunya di Danau Rawa Pening di Kabupaten Semarang. Selama ini, eceng gondok (Eichhornia crassipes) sudah banyak diteliti dan dimanfaatkan, tetapi masih banyak spesies gulma yang masih jarang diteliti. Di antaranya, elodia (Egeria densa) dan ganggang (Ceratophyllum demersum).
Adapun tanaman gulma yang diteliti Siswanto ialah Pistia stratoites dan Salvinia molesta. “Dua ini bisa jadi bahan baku ternak yang kemudian bisa menurunkan harga pakan. Uji coba sudah dilakukan selama empat tahun pada ayam kampung, itik, ayam jantan, ayam broiler, dan lainnya,” kata dia.
Dalam pengamatannya, suplementasi Salvinia Molesta pada pakan ayam kampung membuat kualitas kimia daging ayam kampung itu meningkat. Suplementasi sebesar 6 persen menghasilkan tingkat kolesterol LDL 45.2+/-0.49. Sementara dengan suplementasi 18 persen, turun menjadi 33.56+/0.86.
Siswanto menuturkan, pendekatan agribisnis untuk pemanfaatan gulma air akan meningkatkan kedaulatan pakan ternak dan penurunan biaya pakan. “Juga, peningkatan kualitas produk dan peningkatan pendapatan,” katanya.
Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono berharap, penelitian yang dilakukan Siswanto dapat terus dikembangkan. Dengan demikian, pelestarian lingkungan dengan pendekatan agribisnis ini manfaatnya dapat lebih banyak dirasakan masyarakat.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Hamparan tanaman enceng gondok yang hampir menutupi sebagian besar permukaan danau alami Rawapening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/11/2018). Keberadaan enceng gondok tersebut sebagai ancaman besar bagi kelangsungan ekosistem kawasan Rawapening. Sampai saat ini proses pengendalian enceng gondok dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan.Kompas/P Raditya Mahendra Yasa23-11-2018
Gaet kandidat
Selain Siswanto, terdapat tiga guru besar lain yang akan dikukuhkan pada Rabu besok. Mereka yaitu Ari Pradhanawati dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Aristi Dian Purnama Fitri dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Hadi Sasana dari Fakultas Ilmu Ekonomika dan Bisnis.
Dengan tambahan empat guru besar, Undip kini memiliki 142 guru besar aktif. Jumlah tersebut pun akan terus ditingkatkan. Terlebih, saat ini, Undip memiliki program One Professor One Candidate. Namun, beberapa guru besar juga bisa membimbing hingga 5-6 orang.
Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, peningkatan jumlah guru besar sejalan dengan upaya Undip untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di era digital. “Jadi, tidak hanya yang di pucuk (sudah doktor) saja, tetapi sejak awal kami dorong untuk bisa,” kata Yos.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Sejumlah guru besar baru Universitas Diponegoro Semarang memberi keterangan pers menjelang pengukuhannya, di Kota Semarang Jawa Tengah, Selasa (3/3/2020). Mereka akan dikukuhkan Rabu (4/3).
Oleh ADITYA PUTRA PERDANA
Sumber: Kompas, 4 Maret 2020