Dimetil Eter Potensial Gantikan Elpiji

- Editor

Kamis, 14 November 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemenuhan sebagian kebutuhan bahan bakar elpiji yang digunakan terutama untuk rumah tangga saat ini masih bergantung pada impor. Teknologi pengolahan dimetil eter untuk menggantikan elpiji dari biomassa atau batubara muda pun terus dipacu.

”Dimetil eter merupakan bahan bakar terbarukan ramah lingkungan. Teknologi produksinya sudah tersedia dari berbagai negara,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan Azis Iskandar dalam Konferensi Dimetil Eter Asia Ke-8, di Jakarta, Rabu (13/11).

Dimetil eter diperoleh dari proses gasifikasi dan purifikasi biomassa, batubara muda, atau gas alam. Karakternya sama dengan elpiji, tetapi dengan harga produksi yang lebih murah berkisar 20-25 persen.

Saat ini, konsumsi elpiji mencapai 47,2 juta barrel setara minyak. Sekitar 50 persennya masih dipenuhi dengan cara impor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa negara seperti Jepang, Korea, dan China saat ini sudah memproduksi dimetil eter. Di dalam konferensi tersebut dibahas mengenai teknologi produksi dimetil eter yang efisien.

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Unggul Priyanto mengatakan, penerapan dimetil eter sudah diriset dengan hasil yang sama dengan pemanfaatan elpiji. Dimetil eter dapat diproduksi untuk bahan campuran elpiji atau penggunaannya murni 100 persen.

dimetil-eterDirektur Pengembangan Proyek PT ARRTU Mega Energie Guntur Sumaryono mengatakan, perusahaannya di Riau menargetkan pembangunan konstruksi pengolahan dimetil eter pada tahun 2014 dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. Bahan baku yang akan digunakan adalah batubara muda, tetapi bisa diganti dengan biomassa.

”Batubara muda memiliki kalori rendah dan mudah hancur. Selama ini batubara muda terbuang karena sulit didistribusikan,” kata Guntur.

Ketersediaan batubara muda masih melimpah. Menurut Guntur, dengan kapasitas produksi 1 juta per tahun dimetil eter, ketersediaan batubara muda bisa mencapai 100 tahun. (NAW)

Sumber: Kompas, 14 November 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 53 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB