Indonesia tergolong negara yang unggul dalam aplikasi teknologi nuklir di bidang pangan, pertanian, kesehatan, dan industri. Karena itu dalam kaitan dengan kerjasama negara berkembang di kawasan Selatan-Selatan yang dicanangkan di Argentina, Indonesia diharapkan dapat membantu negara lain di kawasan ini dalam pelatihan dan penerapan nuklir untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama di masa depan.
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) Yukiya Amano menyampaikan hal ini dalam sambutannya seusai penandatanganan kerjasama dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, di Jakarta, Senin (5/2), di bidang pendidikan dan penerapan teknologi nuklir untuk maksud damai.
Dalam kerjasama dengan Indonesia, dalam hal ini Kemenristek, Badan tenaga Atom nasional (Batan), dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), lanjut Amano, IAEA akan membantu Indonesia dalam pendirian laboratorium aplikasi nuklir di bidang tersebut. Dalam hal ini termasuk pemantauan emisi karbon dan pembangunan pabrik skala kecil pembuatan tempe dengan teknologi radiofarmaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Unggul
Badan Tenaga Atom Internasional ini juga mengakui keunggulan Indonesia pengelolaan dan pengembangan riset aplikasi nuklir. Sebagai apresiasi IAEA terhadap Indonesia, maka ditetapkan wakil Indonesia sebagai Ketua Board of Governor di IAEA periode September 2017-September 2018.
KOMPAS/YUNI IKAWATI–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir bersama Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Wisnubroto (kiri) dan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jazi Eko Istiyanto (kedua dari kanan) mendampingi Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Yakiya Amano, (kedua dari kiri) dalam jumpa pers seusai penandatanganan kerjasama antara Menristekdikti dan Dirjen IAEA dalam bidang pendidikan dan penerapan teknologi nuklir untuk maksud damai, Senin (5/2), di Jakarta.
Sementara itu Nasir menjelaskan, penguasaan teknologi nuklir untuk maksud damai telah dirintis Indonesia sejak tahun 1960-an melalui pendirian program pendidikan terkait di perguruan tinggi yaitu UGM, UI, dan ITB, serta di Batan untuk program D4.
Tahun lalu Indonesia dalam hal ini Batan ditunjuk IAEA sebagai pusat pelatihan pemuliaan tanaman pangan bagi negara-negara di Asia Pasifik dan Afrika dalam meningkatkan kapasitas teknologi nuklir di bidang pemuliaan tanaman. Batan dinilai berhasil menciptakan banyak varietas unggul tanaman seperti padi, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, sorgum dan gandum. Berbagai varietas yang ditanam dengan teknik iradiasi ini sudah ditanam di berbagai daerah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan kelompok tani.
Selain itu kolaborasi IAEA dan Batan juga dijalin untuk pelatihan di bidang teknik Pengujian Tidak Merusak (NDT) menggunakan radioisotop. Penetapan Batan sebagai pusat pelatihan untuk NDT pada 2014 karena dinilai sudah menguasai teknik aplikasi nuklir dan bisa membantu negara lain yang kurang mampu.
Kunjungan
Dalam kunjungannya ke Indonesia, kemarin Amano juga hadir sebagai pembicara pada seminar yang diselenggarakan Institut Pertanian Bogor di Kampus Darmaga. Dia menyampaikan peran iptek nuklir bagi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Dalam kunjungannya Amano didampingi Duta Besar Indonesia untuk Austria yang juga Ketua BOG, Darmansyah Djumala, dan Direktur Kerjasama Teknik Asia Pasifik IAEA Najad Mukhtar.
Amano juga akan bertemu dengan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk membahas tindak lanjut kerja sama rencana pembangunan Iradiator gamma untuk karantina produk kelautan dan perikanan.
Iradiator salah fasilitas iradiasi yang dapat dimanfaatkan untuk pengawetan bahan makanan, produk perikanan dan kelautan, bahan herbal, peralatan medis, bahan farmasi, dll. Penggunaan radiasi ini dapat mencegah penggunaan bahan pengawet yang bisa megganggu kesehatan.
Amano akan mengunjungi IAEA CC untuk pemuliaan tanaman yang berlokasi di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN, serta Iradiator Gamma Merah Putih dan Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka yang berlokasi di Puspiptek Serpong. Iradiator Gamma Merah Putih adalah Iradiator pertama kali yang dibangun oleh Indonesia dengan kandungan lokal 84 persen.–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 6 Februari 2018