Perguruan tinggi pertanian berperan penting mewujudkan hasil riset dan inovasinya. Langkah nyata dari institusi pendidikan diperlukan untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto mengatakan, dari pendataan selama 8 tahun yang dilakukan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, setidaknya ada 828 riset dan inovasi yang berpotensi untuk diterapkan. Pihak IPB menyumbang 326 inovasi atau sekitar 40 persen dari jumlah nasional.
”Sebagai institusi pendidikan, IPB berperan melahirkan inovasi bagi masyarakat ataupun komersialisasi bagi aktivitas ekonomi,” kata Herry seusai membuka acara rangkaian Dies Natalis Ke-53 IPB, di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagian besar hasil riset dan inovasi milik IPB diproduksi melalui perusahaan induk IPB bernama PT Bogor Life Science and Technologi. Beberapa produk yang diproduksi antara lain vaksin flu burung (HSNI), obat-obatan herbal, benih padi unggul IPB 38, dan alat penanganan tandan buah segar kelapa sawit. Vaksin flu burung memasok sekitar 55 persen dari kebutuhan nasional.
Komersialisasi rendah
Meski demikian, sebagian besar hasil inovasi belum digunakan masyarakat. Saat ini, hanya 10 persen inovasi yang berhasil dikomersialisasi. ”Ada kesulitan dalam mengantar inovasi jadi produk komersial,” ujarnya.
Sejauh ini, mayoritas perusahaan di Indonesia belum tertarik mengembangkan produk hasil inovasi. Sebab belum ada insentif nyata pemerintah. Itu menyebabkan inovasi kerap terhenti di tahap uji coba produk.
Karena itu, pemerintah perlu mengucurkan dana untuk tahap percobaan produk itu. Sebab, sebelum dipasarkan, produk perlu uji’materi kemasan dan uji ketertarikan pembeli. Selama ini, dana yang diberikan pemerintah berupa dana riset saja.
Meika Syahbana Rusli, Ketua Panitia Dies Natalis Ke-53 IPB, mengatakan, Dies Natalis Ke-53 IPB mengusung tema ”Inovasi Pertanian untuk Kesejahteraan Bangsa dalam Perspektif Konstitusi dan Perundang-undangan”. Sejumlah acara digelar mulai 1-28 September mendatang.
Berbagai inovasi pertanian harus digunakan untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang mandiri dan tangguh. Tema itu, kata Herry, sesuai tujuan IPB, yakni pengarusutamaan pertanian. Penerapan hasil inovasi digenjot agar hadir di tengah masyarakat. ”Ini wujud nyata menjalani tahap menuju kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Pada Minggu pagi, rangkaian dies natalis layaknya pesta, rakyat. Ribuan pengunjung memadati kampus IPB Darmaga, Bogor. Rangkaian acara, antara lain, aksi hijau kampus tanam 1 juta pohon dan pameran inovasi teknologi pertanian.
Arman (21), mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, misalnya, memamerkan inovasi fakultasnya. Mereka membuat sistem peringatan dini banjir secara otomtis bemama Andro Flood. Itu dikembangkan melalui sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air. (C05)
Sumber: Kompas, 19 September 2016