Tim Eliminate Dengue Project Yogyakarta melanjutkan penelitian penanggulangan demam berdarah dengue dengan bakteri Wolbachia. Senin (8/12), tim menyebar ratusan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah dimasuki Wolbachia di Dusun Jomblangan, Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
”Seperti kami lakukan sebelumnya, penyebaran ini untuk mengetahui apakah nyamuk yang mengandung Wolbachia bisa bertahan hidup jika disebarkan di populasi nyamuk biasa,” kata peneliti utama Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta, Riris Andono Ahmad, di lokasi kegiatan.
Program EDP merupakan penelitian di sejumlah negara yang bertujuan mencari metode baru penanggulangan demam berdarah dengue (DBD). Fokus utama EDP mencegah penularan virus dengue menggunakan bakteri Wolbachia. Wolbachia merupakan bakteri alami yang biasa terdapat pada serangga dan terbukti mampu menghambat pertumbuhan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti yang bisa menyebabkan DBD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Metode baru penanggulangan DBD dibutuhkan karena cara pencegahan konvensional dengan memberantas sarang nyamuk dirasa kurang efektif. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 390 juta orang di dunia terinfeksi virus dengue setiap tahun dan 22.000 orang berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia, jumlah orang yang terinfeksi virus dengue meningkat dari 90.245 orang pada tahun 2012 menjadi 105.545 orang pada 2013.
Hasil sebelumnya
Riris menjelaskan, pada Januari-Juni 2014, tim peneliti EDP Yogyakarta sudah menyebarkan nyamuk yang mengandung Wolbachia ke wilayah Nogotirto dan Kronggahan di Kecamatan Gamping, Sleman, DI Yogyakarta. Hasilnya, nyamuk yang mengandung Wolbachia mampu bertahan hidup di antara populasi nyamuk biasa.
”Penelitian kami, dari sepuluh nyamuk Aedes aegypti di sana, sembilan nyamuk merupakan nyamuk yang mengandung Wolbachia,” ujarnya.
Atas dasar keberhasilan itu, penyebaran nyamuk yang mengandung Wolbachia dilanjutkan ke Dusun Jomblangan dan Singosaren di Desa Banguntapan, Bantul. ”Namun, berbeda dengan penyebaran di Sleman, yang kami sebarkan di Bantul adalah telur, bukan nyamuk dewasa, agar lebih mudah dilakukan dan tak terlalu mengganggu kenyamanan warga,” kata Riris.
Telur-telur nyamuk itu diletakkan di dalam ember kecil berisi air, lalu diletakkan di depan rumah warga. Penyebaran akan dilakukan secara periodik setiap dua minggu sekali. ”Penyebaran dilakukan di dekat rumah warga yang sudah menyetujui hal ini,” lanjut Riris.
Peneliti pendamping EDP Yogyakarta, Eggi Arguni, menyatakan, berdasarkan penelitian, pemasukan Wolbachia ke tubuh nyamuk Aedes aegypti tidak menimbulkan efek samping membahayakan. Kemungkinan munculnya virus dengue jenis baru karena proses itu, misalnya, dinilai tidak akan terjadi.
Wolbachia juga tidak bisa ditularkan nyamuk ke manusia karena ukuran bakteri itu lebih besar daripada ukuran mulut pengisap nyamuk. (HRS)
Sumber: Kompas, 9 Desember 2014