Danau-danau di Indonesia Tercemar

- Editor

Rabu, 26 Maret 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Danau-danau di Indonesia tercemar. Akibatnya, air dan biota di dalamnya tidak layak konsumsi.

Pencemaran di danau mayoritas berasal dari keramba ikan. Selain itu, juga limbah rumah tangga. ”Air tercemar tak bisa diminum meski direbus dan tak bisa dipakai mandi karena menyebabkan gatal-gatal,” kata peneliti kualitas air LIPI, Cynthia Henny, di Cibinong, Jawa Barat.

Limbah dari permukiman dan perhotelan di sekitar danau, misalnya sisa sabun dan feses, menambah kandungan besi pada air. Adapun area persawahan menyuplai pestisida, nitrogen, dan fosfor ke air seperti terjadi di Danau Batur, Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, keramba jaring apung menambah endapan belerang dari sisa-sisa pakan ikan yang meniadakan oksigen dan membunuh ikan. Ini seperti terjadi di Danau Toba (Sumatera Utara), Ranau (Lampung), dan Maninjau (Sumatera Barat).

Danau Toba dan Danau Maninjau berbentuk palung, berkedalaman 590 meter dan 170 meter. Kondisi itu menyulitkan terjadinya aliran air untuk menggelontorkan endapan berbahaya. Data LIPI, butuh 25 tahun bagi Maninjau dan 80 tahun bagi Toba agar kondisi air seperti semula. Namun, itu sulit terlaksana.

ikan1Di Maninjau, setiap hari keramba memproduksi sekitar 10 ton limbah organik. ”Dulu, di Maninjau, endapan sulfat pada kedalaman 70-80 meter. Sekarang, 8 meter,” ujar Cynthia. Jika angin kencang bertiup, air danau berombak, membuat endapan beracun naik ke permukaan.

Menurut Kepala Bidang Produktivitas Perairan LIPI Lukman, jumlah fitoplankton di Maninjau meningkat akibat bertambahnya zat-zat di air. Fitoplankton mengeruhkan air sehingga sinar matahari tak menembus permukaan air. ”Ketiadaan sinar matahari menyebabkan tak terjadinya proses fotosintesis untuk membentuk oksigen,” ujarnya.

Bebas keramba
Berdasarkan penelitian Universitas Bung Hatta, Januari 2014, limbah Maninjau 9.324,98 ton per tahun dan 91 persennya dari pakan ikan. Penelitian LIPI, metode paling efektif memperbaiki kondisi danau adalah meniadakan keramba. ”Ini sulit dilakukan karena menyerap banyak tenaga kerja. Harus dipikirkan alternatif ekonomi selain keramba,” kata Lukman.

Peneliti bidang perikanan perairan darat Triyanto mengusulkan, salah satu alternatif adalah membudidayakan ikan dari ekosistem asal, seperti ikan bada dan rinuak. Namun, perlu penelitian lanjut soal itu. (A15)

Sumber: Kompas, 26 Maret 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB