Cincin Saturnus Masih Muda dan Tak Selamanya Ada

- Editor

Senin, 21 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di antara delapan planet di Tata Surya, Saturnus memiliki penampilan unik dengan cincin tebal yang mengelilinginya. Namun studi terbaru menunjukkan umur cincin Saturnus itu baru berkisar 10 juta sampai 100 juta tahun, sangat muda dibanding umur planet Saturnus yang mencapai 4,5 miliar tahun.

Perhitungan baru itu diperoleh sebuah tim ilmuwan berdasarkan data yang diperoleh wahana antariksa Cassini. Wahana yang dibuat bersama Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Antariksa Italia (ASI) itu dibuat khusus untuk mempelajari sistem planet Saturnus.

NASA/JPL-CALTECH/SPACE SCIENCE INSTITUTE–Cincin Saturnus yang diambil oleh wahana Cassini pada 13 Mei 2017 dari jarak 1,2 juta kilometer dari Saturnus. Bulatan kecil di kiri atas adalah Tethys, salah satu dari 62 satelit alam atau bulan Saturnus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misi Cassini yang berlangsung antara 1997-2017 itu telah menghasilkan banyak informasi tentang Saturnus beserta satelit-satelit dan cincinnya. Cassini sebenarnya terdiri atas dua wahana, yaitu Cassini sebagai wahana pengorbit dan Huygens sebagai wahana pendarat yang dijatuhkan di satelit terbesar Saturnus, Titan. Karena itu, misi ini juga sering disebut Cassini-Huygens.

Pemimpin studi, Luciano Iess dari Universitas Sapienza, Roma, Italia mengatakan perkiraan umur cincin Saturnus sebelumnya dilakukan berdasarkan sejumlah pemodelan dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.

Sejumlah ahli berpendapat, cincin Saturnus itu terbentuk bersamaan dengan pembentukan planetnya pada 4,5 miliar tahun lalu. Cincin terbentuk dari debu material sisa pembentukan planet yang tertinggal di orbit.

Sedangkan pendapat lain menduga cincin itu berasal dari sisa-sisa satelit alam Saturnus yang hancur atau komet yang menabrak Saturnus. Puing-puing sisa satelit alam atau komet itu tetap terikat gravitasi Saturnus dan mengorbit mengelilingi planet induknya.

Namun dengan data yang dikumpulkan Cassini, para peneliti bisa mengukur langsung sejumlah parameter untuk menentukan umur pasti cincin Saturnus. Salah satu parameter yang diukur itu adalah besaran gravitasi Saturnus terhadap material cincin Saturnus.

NASA/JPL-CALTECH–Konsep artis saat wahana Cassini mengorbit melintasi cincin Saturnus. Dari pergerakan di antara cincin Saturnus itu, Cassini bisa mengukur massa cincin untuk menentukan umur cincin Saturnus tersebut.

Jelang berakhirnya misi, Cassini terbang berulang-ulang diantara cincin Saturnus dan bagian atas awan Saturnus. Manuver itu memungkinkan Cassini mengukur gaya gravitasi Saturnus terhadap material cincin yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Manuver itu dilakukan Cassini untuk mengukur massa cincin Saturnus. Hasilnya, massa cincin Saturnus 20 kali lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Massa cincin Saturnus itu hanya 15.400 triliun ton atau sekitar 40 persen dari massa Mimas, salah satu bulan Saturnus.

Informasi tentang massa cincin Saturnus adalah kunci untuk menghitung umurnya. Data massa itu akan digabung dengan data proporsi debu di dalam cincin Saturnus serta laju penambahan debunya yang sudah diketahui sebelumnya.

Hasilnya, “Umur cincin Saturnus berkisar antara 10 juta tahun hingga 100 juta tahun,” kata Iess seperti dikutip BBC, Kamis (17/1/2019). Jika dibandingkan dengan umur Tata Surya yang terbentuk 4,5 miliar tahun lalu, maka umur 10 juta-100 juta tahun itu bisa dikatakan baru ‘kemarin sore’.

Dengan rentang umur itu, cincin Saturnus baru terbentuk setelah dinosaurus ada di Bumi, bahkan bisa jadi setelah dinosaurus punah. Dinosaurus tertua diperkirakan muncul antara 243 juta-233 juta tahun yang lalu dan punah sekitar 66 juta tahun lalu. Temuan Iess dan rekan itu dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (17/1/2019).

Tidak selamanya
Perhitungan yang dilakukan Iess dan rekan itu sama dengan yang dilakukan peneliti lain yang mengukur seberapa cepat partikel cincin Saturnus itu akan jatuh ke planet Saturnus. Jumlah material debu di cincin Saturnus yang jatuh ke planet Saturnus sebanyak satu kolam renang ukuran olimpiade setiap 30 menit.

Aliran material cincin ke planet Saturnus itu membuat cincin itu tidak akan ada selamanya. “Jika semua faktor diperhitungkan, maka cincin Saturnus itu akan hilang paling lama 100 juta tahun lagi,” tambah Tom Stallard dari Universitas Leicester, Inggris.

NASA/CASSINI/JAMES O’DONOGHUE–Konsep artis tentang bagaimana penampakan dan hilangnya cincin Saturnus pada beberapa ratus juta tahun mendatang.

Hilangnya cincin Saturnus itu sebenarnya sudah diprediksi dari pengamatan yang dilakukan wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2 pada 1980 dan 1981 atau hampir empat dekade lalu. Cincin itu akan hilang karena materialnya tertarik oleh gravitasi Saturnus. Akibat pengaruh medan magnet Saturnus, jatuhnya partikel cincin itu akan terlihat sebagai hujan partikel debu dan es di permukaan Saturnus.

“Jika hanya memperhitungkan jumlah material cincin yang jatuh ke Saturnus akibat tarikan gravitasinya saja, maka seluruh sistem cincin Saturnus akan hilang dalam 300 juta tahun,” kata James O’Donoghue dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, dikutip dari situs NASA, 21 Desember 2018. Jika perhitungan massa cincin yang dilakukan Cassini ditambahkan, cincin Saturnus itu memang hanya mampu bertahan kurang dari 100 juta tahun lagi.

Cincin Saturnus itu memang membuat penampilan Saturnus terlihat cantik dan menarik. Namun menurut Stallard, cincin Saturnus yang terlihat saat ini justru kurang menarik jika dibandingkan pada 50 juta-100 juta tahun lalu.

“Pada saat awal pembentukannya, cincin Saturnus akan terlihat bertambah besar dan cerah. Situasi itu membuat cincin Saturnus di masa lalu akan terlihat lebih menarik,” tambahnya.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 20 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB