Cegah Covid-10 dengan Jambi Biji dan Kain Disinfetor Berlapis Tembaga

- Editor

Jumat, 5 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan riset untuk pencegahan Covid-19, yaitu minuman suplemen dari jambu biji untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta masker kain disinfetor berlapis tembaga.
Sebelum vaksin untuk Covid-19 ditemukan, upaya pencegahan menjadi cara paling efektif untuk mengendalikan penularan penyakit tersebut. Untuk itu, berbagai riset yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pencegahan di masyarakat terus dikembangkan.

Setidaknya terdapat dua riset yang telah dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk pencegahan Covid-19. Riset itu antara lain, minuman suplemen dari jambu biji untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta masker kain disinfetor berlapis tembaga.

“Untuk menghadapi kondisi new normal (normal baru) kita harus bisa menjaga pola hidup yang baik untuk mencegah penularan Covid-19. Riset yang dikembangkan saat ini diharapkan dapat membantu mengoptimalkan upaya pencegahan yang dilakukan,” tutur Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono di Jakarta, Kamis (4/6/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, Yati Maryati, menuturkan, salah satu riset yang sedang dilakukan adalah pembuatan minuman suplemen dari jambu biji merah untuk mengingkatkan daya tahan tubuh. Minuman ini dikembangkan melalui teknik fermentasi dengan kultur konsorsium bakteri dan khamir.

Menurut Yati, proses fermentasi yang dilakukan pada jambu biji merah dapat meningkatkan kandungan bioaktif seperti polifenol, flavonoid, dan alkoloid. Kandungan polifenol dapat melawan pembentukan radikan beban dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini. Sementara, kandungan flavonoid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta kandungan alkaloid berfungsi sebagai detoksifikasi dan menetralisir racun dalam tubuh.

Selain itu, proses fermentasi pada jambu biji juga mampu meningkatkan kandungan erat dan asam organik seperti asam laktat, asam asetat, asam malat, glukonat, glukoronat, dan asam hialuronik. Asam organik ini juga berpotensi tinggi memperkuat sistem imun, meningkatkan energi, dan mendetoksi racun dalam tubuh,” katanya.

Riset lain yang dikembangkan oleh LIPI adalah masker kain disinfector berbasis lapisan tembaga sebagai anti Covid-19. Peneliti dari Pusat Penelitian Fisika LIPI, Deni Shidqi Khaerudin mengatakan, masker disinfektor yang sedang dikembangkan ini dirancang dengan menggunakan bahan baku yang mudah didapatkan di dalam negeri. Dengan begitu, hasil riset ini nantinya lebih mudah diproduksi secara massal.

Ia menjelaskan, material aktif tembaga yang digunakan pada masker ini berperan untuk mematikan virus yang melekat. Selain itu, tembaga ini juga dapat mereduksi ukuran pori masker kain sehingga potensi masuknya virus Sars-Cov-2 yang menjadi penyebab Covid-19 semakin kecil.

“Pengaplikasian tembaga dilakukan dengan cara pelapisan langsung atau penyisipan lembaran tembaga ke dalam masker kain. Meski dilapisi komponen tembaga, masker ini tetap nyaman digunakan untuk bernapas,” tutur Deni.

Pemeriksaan spesimen
Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Tjandrawati Mozef menambahkan, penelitian lain yang sedang dilakukan adalah pemanfaatan alat deteksi RNA virus Sars-CoV-2 dengan teknik RT-LAMP (reverse transcription loop-mediated isothermal amplification). Metode ini dinilai lebih akurat dibandingkan dengan metode pemeriksaan spesimen lain.

Jika dibandingkan dengan metode real time Polymerase chain reaction (RT-PCR), metode RT LAMP lebih mudah dilakukan di rumah sakit ataupun laboratorium dengan fasilitas yang lebih sederhana. Dengan begitu, hasil pemeriksaan yang didapatkan bisa lebih baik secara kualitatif dan kuantitatif.

“Pengembangan untuk pemanfaatan metode ini masih dilakukan, terutama untuk merancan sistem RT-LAMP yang paling optimal. Saat ini masih diperlukan optimasi dan validasi reaksi dari metode ini. Pengujian pada spesimen pasien perlu lebih banyak dilakukan untuk analisa statistik,” tutur Tjandrawati.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Editor ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 5 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB