Apa yang kami coba lakukan di Facebook adalah menolong manusia untuk saling berhubungan dan berkomunikasi dengan lebih efisien.
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook
Mark Zuckerberg—lahir di White Plains, New York, 14 Mei 1984—baru saja bertemu dengan presiden terpilih Indonesia Joko Widodo. Sebagai pemilik salah satu jaringan komunikasi sosial terbesar saat ini, ia rupanya melihat Indonesia sebagai mitra yang potensial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Siapa pernah menyangka, media komunikasi yang dikerjakannya di kamar asrama mahasiswa dengan server sewaan 85 dollar AS per bulan menjadi penghubung manusia paling diminati saat ini. Zuckerberg semula membuat Facebook untuk membantu mahasiswa baru di Universitas Harvard di Boston, AS, agar lebih mudah untuk saling kenal.
Nama Facebook diambil dari buku biodata mahasiswa dan staf yang diturunkan dari angkatan ke angkatan. Ternyata sambutan luar biasa. Baru 24 jam diluncurkan pada Februari 2004, 1.200 mahasiswa sudah mendaftar. Dalam satu bulan, lebih dari separuh mahasiswa memasang profilnya. Kurang dari setahun, Facebook sudah meluas ke sejumlah universitas lain di Boston, termasuk Ivy League, hingga akhirnya menjalar ke seluruh universitas di AS (The Guardian, 25 Juli 2007).
Menjadi Facebook.com pada Agustus 2005, media komunikasi ini telah mempertemukan jutaan orang di seluruh dunia. Statistik Facebook menunjukkan, lebih dari 1,32 miliar orang aktif menggunakan account-nya. Dari jumlah itu, 1,07 miliar adalah pengguna telepon seluler. Kehadiran telepon pintar membuat anggota Facebook meningkat 14 persen setiap tahunnya.
Meski lebih banyak yang menggunakan profil diri asli, CNN mencatat, ada 83 juta profil palsu. Oleh karena itu, pengguna Facebook perlu selalu waspada, terutama terhadap orang-orang yang tidak dikenal. Facebook adalah ajang mengekspresikan diri yang penuh identitas pribadi sehingga mudah disalahgunakan.
Bukan yang pertama
Namun, Facebook bukanlah media sosial pertama di internet. Sejarahnya berawal dengan kehadiran CompuServe tahun 1969. Inilah provider internet komersial pertama di AS dengan teknologi dial-up yang memberi akses luas kepada penggunanya.
Tahun 1971 e-mail pertama diluncurkan, disusul dengan temuan bulletin board sistem yang bertujuan mempermudah diseminasi informasi undangan, hasil pertemuan, dan berbagai pengumuman lainnya. Inilah cikal komunitas dunia maya.
Perkembangan teknologi informasi yang pesat—terutama setelah kehadiran World Wide Web karya peneliti laboratorium partikel dan nuklir Eropa CERN yang semula untuk mengakses hasil percobaan dari sejumlah negara secara realtime, 1989—membawa manusia menjelajah dunia maya dalam berbagai bentuk media sosial: web, blog, Twitter, hingga Flickr dan Linkedin.
Dan, media sosial tumbuh menjadi peradaban baru abad ke-21. Kehadirannya menguak ruang-ruang pribadi seseorang dan membawanya ke ruang publik, menggiring masyarakat pada tatanan baru yang membuat tergagap-gagap belum siap.
Walau begitu, di antara tuntutan hukum ketika orang memaki di account pribadi yang dibaca publik dan foto-foto personal yang diunggah tanpa izin pemiliknya, media sosial juga membantu kita menemukan cara pengajaran matematika yang tidak tepat, kekerasan pada anak, hingga penggalangan kekuatan rakyat yang luar biasa pada Pemilu Presiden 2014.
Bak pisau bermata dua, kita memang perlu fokus pada sisi positif. Kata Zuckerberg, ”Dengan kehadiran ruang untuk berbagi, kita sedang menciptakan dunia yang lebih transparan.”
Oleh: Agnes Aristiarini
Sumber: Kompas, 15 Oktober 2014