Bunga Bangkai Kembali Mekar di Cibodas

- Editor

Rabu, 6 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bunga bangkai (Amorphophallus titanum Becc) koleksi Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali mekar, Senin (4/3/2019). Sebelumnya, bunga anakan ini pernah mekar sekitar empat tahun lalu.

Teknisi Perkebunrayaan Kebun Raya Cibodas-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Daseng Ahmad, di Cianjur, Selasa (5/3/2019), mengatakan, bunga mekar sempurna Senin dini hari. Adapun kuncup bunga pertama kali teramati akhir Januari 2019.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Bunga bangkai mekar di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Spatha (selundang bunga) akan bertahan sekitar lima hari, sedangkan spandix (tongkol) bunga bisa dua minggu. Setelah itu bunga akan layu,” kata Daseng.

Berdasarkan pengukuran oleh Kebun Raya Cibodas, tinggi bunga bangkai endemik Sumatra itu 2,81 meter dengan lebar selundang bunga 1,244 meter. Tongkol bunga kuning pucat dengan gradasi ungu, sedangkan selundang bunga kuning kehijauan dengan perpaduan merah keunguan di bagian ujungnya.

Hari kedua setelah mekar, bau bangkai yang berasal dari dalam bunga tidak lagi tercium dari kejauhan. Bau baru tercium ketika menengok ke bagian dalam bunga. Menurut orang Kebun Raya Cibodas yang pernah mengamati, bau bangkai sangat pekat ketika bunga baru saja mekar.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Dua pengunjung memfoto bunga bangkai yang mekar di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019).

Daseng menjelaskan, umumnya butuh waktu sekitar empat tahun bagi bunga bangkai untuk mekar. Di Kebun Raya Cibodas, bunga anakan yang ditanam dari biji induknya pada tahun 2000 baru mulai mekar pada usia 11-14 tahun.

Ada tiga fase hidup bunga bangkai, yaitu fase vegetatif (berdaun), fase dorman (istirahat), dan fase generatif (berbunga). Fase berdaun berlangsung berkisar 2-3 tahun, fase dorman 9-14 bulan, dan fase berbunga dalam hitungan minggu.

“Di sini juga ada satu kuncup bunga yang muncul. Perkiraannya akan mekar akhir bulan ini,” ujarnya.

Peneliti Kebun Raya Cibodas-LIPI Destri mengatakan, ada 14 individu bunga bangkai yang dikoleksi Kebun Raya Cibodas, termasuk satu induknya. Induknya merupakan hasil eksplorasi flora di Bukit Sungai Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 2000.

Di lokasi asalnya, tanaman itu tumbuh pada ketinggian sekitar 840 meter di atas permukaan laut (dpl). Adapun di Kebun Raya Cibodas, bunga itu tumbuh pada ketinggian sekitar 1.300 meter dpl.

Humas Kebun Raya Cibodas Dwi Novia Puspitasari mengatakan, karena jumlahnya belasan, hampir setiap tahun ada bunga bangkai yang mekar di Kebun Raya Cibodas. Terakhir kali ada bunga bangkai yang mekar, yakni 17 Desember 2018 dengan tinggi 3,20 meter. Bunga itu juga merupakan anakan yang ditanam tahun 2000.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Kuncup bunga bangkai yang diperkirakan mekar sekitar sebulan lagi di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019).

Adapun bunga tertinggi mekar tahun 2016. Tinggi bunga yang muncul dari induknya itu mencapai 3,735 meter. “Melewati rekor dunia. Dari penelusuran kita, yang paling tinggi di Amerika Serikat 3,2 meter. Sayangnya, rekor itu tidak tercatat dalam Museum Rekor Indonesia karena Kebun Raya Cibodas sedang keterbatasan dana. Harus ada dana 30 jutaan kalau tidak salah,” kata Dwi.

Dwi menambahkan, selain Kebun Raya Cibodas, bunga bangkai juga dikembangkan di Kebun Raya Bogor. Meski demikian, hasilnya tidak semaksimal di Kebun Raya Cibodas.

Konservasi
Di alam, kelestarian bunga bangkai terancam sehingga dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan termasuk tumbuhan langka di Indonesia. Menurut Destri, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan bunga bangkai dalam daftar merah.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Bunga bangkai yang sedang pada fase vegetatif di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019).

Meski demikian, Destri mengatakan, Kebun Raya Cibodas dengan koleksi yang bagus dan sehat sudah berhasil memperbanyak jumlah tumbuhan ini dari biji. Hal itu tentunya akan lebih bagus untuk konservasi. “Hingga sekarang kita sudah punya sekitar 500 bibit bunga bangkai,” ujarnya.

Habitat bunga bangkai berada di ketinggian 0-1.200 mdpl dengan daya toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 220 spesies bunga bangkai yang tersebar di bagian subtropis Himalaya timur hingga Australia timur laut yang beriklim tropis. Dari seluruh spesies tersebut, 11,81 persen (26 spesies) ada di Indonesia dan sebanyak 17 spesies hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis Sumatera.

Ironisnya, menurut Red List IUCN, flora ini termasuk dalam kategori rentan atau terancam. Kebun Raya Cibodas menjadi salah satu lokasi pelestarian eksitu flora ini, dengan total 14 spesimen. (YOLA SASTRA/YOESEP BUDIANTO/LITBANG KOMPAS)–KHAERUDIN

Editor KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 5 Maret 2019
————————————————–
Memburu Momen Si Bau Mekar di Cibodas

Bau, namun mekarnya ditunggu-tunggu orang. Momen langka ini hanya terjadi empat tahun sekali dan hanya terjadi dalam hitungan hari. Karena alasan itu, Meutia Hatta (71) menyempatkan diri datang ke Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019) siang. Keinginannya hanya satu, melihat kemolekan bunga bangkai saat mekar.

”Selama ini saya hanya melihat dari media massa,” kata Meutia, putri sang proklamator kemerdekaan Indonesia Mohammad Hatta itu. Seminggu yang lalu, Meutia sempat ke Kebun Raya Cibodas untuk melihat bunga bangkai jenis Amorphophallus titanum Becc itu mekar. Sayangnya, dia datang pada saat yang tidak tepat. Puspa yang dilihatnya belum mekar.

Karenanya, dia kegirangan saat mendapat kabar bunga endemik Sumatera itu mekar, Senin (4/3/2019). Meutia bersama sejumlah orang kembali mendatangi Cibodas. Meutia tidak ingin melewatkan kesempatan itu karena masa mekar bunga bangkai hanya sekitar seminggu.

Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ini beruntung. Dia dapat melihat dari dekat bunga yang dicintainya. Tak ketinggalan, dia mengabadikan bungai itu menggunakan gawai miliknya.

YOLA SASTRA UNTUK KOMPAS–Meutia Hatta (tengah) dan dua anggota rombongannya berfoto dengan latar bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019).

Meutia menaruh perhatian pada bunga-bunga langka. Sebagai buktinya, dia pamerkan foto bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor tahun lalu. Foto bunga bangkai di Cibodas itu menambah koleksinya selama ini.

Bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas mekar sempurna pada Senin dini hari. Hal ini disampaikan teknisi Perkebunrayaan Kebun Raya Cibodas-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Daseng Ahmad. Adapun kuncup bunga pertama kali teramati akhir Januari 2019. ”Spatha (selundang bunga) akan bertahan sekitar lima hari, sedangkan spandix (tongkol) bunga bisa dua minggu. Setelah itu bunga akan layu,” kata Daseng.

Staf Kebun Raya Cibodas mengukur tinggi bunga bangkai yang sedang mekar itu 2,81 meter dengan lebar selundang bunga 1,244 meter. Tongkol bunga kuning pucat keunguan, sedangkan selundang bunga kuning kehijauan dengan perpaduan merah keunguan di bagian ujungnya.

Seperti namanya, bunga itu memang mengeluarkan bau bangkai. Akan tetapi, pada hari kedua mekar, bau itu tidak lagi tercium dari kejauhan. Bau baru tercium ketika menengok ke bagian dalam bunga. ”Kemarin, ketika baru-baru mekar, baunya sangat pekat, bahkan dari kejauhan,” kata Dwi Novia Puspitasari dari bagian Humas Kebun Raya Cibodas.

Momen langka
Momen mekarnya bunga bangkai memang langka. Bayangkan, bunga itu umumnya hanya mekar sekali dalam empat tahun. Kata Daseng, ada tiga fase hidup bunga bangkai, yakni fase vegetatif (berdaun), fase dorman (istirahat), dan fase generatif (berbunga). Fase berdaun berlangsung berkisar 2-3 tahun, fase dorman 9-14 bulan, dan fase berbunga dalam hitungan minggu.

Meski bunga itu langka, para pengunjung Balai Konservasi Tumbuhan LIPI itu cukup beruntung. Karena jumlahnya belasan, hampir setiap tahun ada bunga bangkai yang mekar. Terakhir kali ada bunga bangkai yang mekar, yakni pada 17 Desember 2018 dengan tinggi 3,20 meter. ”Di sini juga ada satu kuncup bunga yang muncul. Perkiraannya akan mekar akhir bulan ini,” ujar Daseng.

Peneliti Kebun Raya Cibodas-LIPI Destri mengatakan, ada 14 spesimen bunga bangkai yang dikoleksi Kebun Raya Cibodas. Satu spesimen merupakan induk, sisanya anakan yang ditanam dari biji induknya. ”Induknya merupakan hasil eksplorasi flora di Bukit Sungai Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada 2000,” kata Destri.

Di lokasi asalnya, tanaman itu tumbuh pada ketinggian sekitar 840 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun di Kebun Raya Cibodas, bunga itu tumbuh pada ketinggian sekitar 1.300 mdpl.

Data yang dihimpun Litbang Kompas menyebutkan, habitat bunga bangkai hidup pada ketinggian 0-1.200 mdpl dengan daya toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 220 spesies bunga bangkai yang tersebar di bagian subtropis Himalaya timur hingga Australia timur laut yang beriklim tropis.

Dari seluruh spesies itu, 26 spesies atau 11,81 persen ada di Indonesia. Adapun sebanyak 17 spesies hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis Sumatera, salah satunya bunga bangkai Amorphophallus titanum.

Terancam
Di alam, kelestarian bunga bangkai terancam sehingga dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan termasuk tumbuhan langka di Indonesia. Menurut Red List International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), flora ini termasuk dalam kategori rentan atau terancam.

Meutia dalam kunjungannya sempat berpesan kepada para generasi muda. Kekayaan Indonesia, salah satunya kekayaan flora eksotis, harus dijaga. Menurutnya, sering kali orang tidak menghargai karena tidak memahaminya.

Meutia pun mengungkapkan pengalaman salah seorang asisten rumah tangganya. Kepada Meutia, sang asisten bercerita bahwa ketika kecil dirinya sering melihat bunga bangkai (jenis lain) di kampung halamannya di Cilacap. Akan tetapi, setelah maraknya pembangunan rumah, sekarang tidak pernah terlihat lagi.

”Alangkah sayangnya. Mudah-mudahan dengan terus diekspose, anak-anak muda sekarang akan tergerak dan menghargai. Flora eksotis Indonesia perlu dilindungi. Kalau sudah hilang, apalagi kita yang kita miliki?” (YOLA SASTRA)–ANDY RIZA HIDAYAT

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 5 Maret 2019
—————————————————
Bunga Raflesia Akan Mekar Lagi

DOKUMENTASI KEBUN RAYA BOGOR–Bunga raflesia ke-11 mekar di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, pekan lalu.

Bunga raflesia koleksi Kebun Raya Bogor akan mekar lagi pada pekan ini. Jika mekar, ini menjadi bunga raflfesia ke-12 yang mekar sejak 2004.

”Dari 30 knop raflesia yang muncul dari pohon inangnya, satu sudah mekar dan satu lagi akan mekar pada pekan ini. Yang mekar duluan pada 4 September kini sudah hitam membusuk karena mekarnya hanya bertahan satu-dua hari,” kata Sofi Mursidawati, Selasa (11/9/2018).

DOKUMENTASI KEBUN RAYA BOGOR–Knop bunga raflesia yang siap mekar.

Peneliti raflesia KRB LIPI ini menjelaskan, knop bunga yang akan mekar tidak bisa dipastikan waktu atau hari akan mekar. Sofi hanya dapat memprediksi knop kedua akan mekar pada pekan ini.

Yang mekar duluan pun mekar penuh tidak diduga karena pada sore hari atau sembilan jam setelah kelompak bunga terbuka. ”Biasanya mekar pada malam hari dan bertahan satu-dua hari. Yang ini mekar penuh sore hari, bertahan hanya sehari, lalu menghitam kemudian membusuk,” kata Sofi.

Bunga yang mekar itu adalah bunga jantan. Ini menjadi bunga raflesia jantan ketiga yang pernah mekar di KRB sejak pertama kali terjadi bunga raflesia mekar di KRB pada 2010. Delapan bunga lain adalah bunga betina yang tidak memiliki serbuk sari sebagaimana bunga jantan.

Bunga yang telah mekar ini berkelopak enam. Bunga-bunga sebelumnya berkelopak lima. Di alam liarnya, bunga ini memang ada yang berkelopak lima dan enam. Bibit pohon inang raflesia koleksi KRB diambil dari hutan di Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, pada 2004.

”Pohon inangnya kami ambil sedikit, lalu kami perbanyak di sini. Waktu itu tahun 2004 dan akhirnya dari salah satu pohon inang muncul knop bunga raflesia dan mekar petama kali di sini tahun 2010,” kata Sofi yang juga Ketua Forum Raflesia dan Amhophallus ini.

Sejak Oktober lalu mulai bermunculan knop bunga, hingga total berjumlah 30 buah. Satu knop sudah mekar, satu lagi sudah terlihat bentuk kelopaknya yang siap akan terbuka, dan 28 buah sisanya masih dalam bentuk knop, bulatan yang besarnya beragam dari sebesar kelereng hingga bola tenis.

DOKUMENTASI KEBUN RAYA BOGOR–Sofi Mursidawati, peneliti senior bunga raflesia dan Amhophallus dari KRB LIPI, di areal penelitian bunga itu di KRB.

”Yang dipastikan akan mekar lagi hanya satu itu. Sebanyak 28 sisanya masih sulit diprediksi. Untuk mereka menjadi bunga, knop akan bulat gepeng membesar, seperti kol gepeng, karena kelopak-kelopaknya semakin besar. Ketika kelopaknya terbuka dan mekar, diameternya bisa 30 sampai 50 cm. Yang pekan lalu mekar diameternya 40 cm. Yang akan mekar nanti diameternya kayaknya akan lebih pendek mungkin 30 cm. Diameter yang paling panjang di sini 48 cm, tapi saya lupa tahun berapa mekarnya,” kata Sofi.

Sofi berjanji, jika kelopak knop kedua sudah mulai terbuka, ia akan mengabarkan kondisi bunga raflesia itu via media massa dan media sosial. Dengan demikian, masyarakat yang belum pernah melihat bunga langka ini mekar dapat menggunjungi dan melihatnya di KRB.

Kalau kelopak bunga mulai terbuka, mekar penuhnya minimal butuh waktu sembilan jam. ”Kalau mekar, bunga ini mengeluarkan aroma busuk. Seperti bau ikan busuk atau bangkai tikus. Kami baru saja memagari knop-knop bunga khawatir dimakan tupai atau tikus karena ada tanda-tanda hewan itu datang ke areal raflesia. Kami khawatir knop bunga dimakan juga,” katanya.–RATIH P SUDARSONO

Sumber: Kompas, 12 September 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB