Pengembang teknologi seluler domestik harus diberi akses untuk mengembangkan perangkat lunak mutakhir. Tanpa akses itu, industri teknologi domestik sulit mengejar target konten lokal.
“Ekosistem Indonesia belum mendukung untuk produksi perangkat keras. Tetapi, ada peluang untuk mengembangkan perangkat lunak,” ujar Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong di sela-sela peluncuran prosesor Qualcomm Snapdragon 820 untuk pasar Asia Tenggara, Kamis (31/3), di Singapura.
Indonesia belum punya industri pendukung untuk menghasilkan beragam perangkat keras gawai. Sebagian besar komponen masih harus diimpor. “Kalau terus berharap pada perangkat keras, dengan fakta sekarang, Indonesia akan bertahan menjadi perakit. Target pemerintah meningkatkan kandungan lokal pada gawai nasional sulit tercapai,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebaliknya, pengembangan perangkat lunak dimungkinkan oleh pelaku industri di Indonesia. Qualcomm Technologies sudah menjajaki beberapa pengembang domestik untuk bersama-sama membuat perangkat lunak. “Mereka punya rencana pengembangan bagus dan insinyur yang memadai. Kami memberi akses kepada mereka,” katanya.
Qualcomm membuka akses pengodean pada beberapa seri prosesornya. Akses itu memungkinkan pengembang Indonesia membuat perangkat lunak yang mengoptimalkan produk Indonesia dengan prosesor-prosesor buatan Qualcomm. Tanpa akses terhadap kode di prosesor, perangkat lunak tidak bisa dikembangkan.
Untuk tahap awal, Qualcomm memberi akses kepada prosesor menengah. Hal itu disesuaikan dengan pasar Indonesia yang masih sensitif harga. “Penggunaan prosesor premium akan berpengaruh pada harga,” ujarnya.
Meski demikian, Qualcomm membuka peluang pelaku industri teknologi Indonesia mengakses produk premium, seperti Snapdragon 820. Kemarin, di Singapura, Qualcomm meluncurkan prosesor yang dipakai sejumlah gawai premium terbaru tersebut.
Wakil Presiden Qualcomm Technologies Jim Cathey menyatakan, Asia Tenggara ialah pasar potensial untuk prosesor telepon pintar. Porsi penduduk berusia di bawah 35 tahun, kelompok yang antusias terhadap perkembangan teknologi ponsel, mencapai 60 persen dari populasi. Selain itu, teknologi seluler 4G juga terus berkembang di Asia Tenggara. Empat tahun ke depan, jumlah gawai 4G di Asia Tenggara akan meningkat hingga 30 persen.
Jim Cathey menjelaskan, besarnya populasi di Asia Tenggara semakin menjanjikan dengan perkembangan teknologi ponsel pintar, terutama pengembangan perangkat 4G. Teknologi itu akan optimal dimanfaatkan jika didukung perangkat memadai.
Snapdragon 820 menawarkan pengolahan suara, gambar, koneksi nirkabel, dan keamanan lebih baik. Pengolah gambar pada prosesor itu bekerja dengan cara mengadaptasi setiap piksel di layar. Teknologi tersebut memungkinkan penghematan daya hingga 40 persen. Ini karena hanya bagian tertentu yang perlu adaptasi, bukan di keseluruhan layar.
Modem yang diotaki Snapdragon 820 bisa mencapai 600 Mbps. Padahal, saat ini modem tercepat di pasar baru 300 Mbps. Sementara kecepatan koneksi di Indonesia belum menembus 30 Mbps. Jim menambahkan, Snapdragon 820 tidak hanya ditawarkan untuk telepon pintar. Ada beragam proyek di luar ponsel pintar yang sedang dikembangkan dengan Snapdragon 820 sebagai prosesornya. (RAZ)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 April 2016, di halaman 19 dengan judul “Buka Akses Pengembang Domestik”.