Bioteknologi; Hasil Riset LIPI Disampaikan ke Industri

- Editor

Kamis, 21 November 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil riset bioteknologi dari Pusat Penelitian Bioteknologi di Cibinong Science Center Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Selasa (19/11), disampaikan kepada industri. Sejumlah hasil penelitian lembaga ini berpotensi industri.

”Kami menginformasikan hasil-hasil riset untuk membuka kemungkinan diterapkan industri,” kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Witjaksono dalam open house Cibinong Science Center LIPI, Cibinong, Jawa Barat.

Hasil riset bioteknologi yang dinilai berpotensi untuk diindustrialisasikan antara lain 5.000 mutan padi untuk mengatasi berbagai kendala lahan ataupun gangguan cuaca dan eritroprotein (EPO) berupa hormon protein sintetis penumbuh sel darah merah untuk mengatasi anemia.

Hasil riset lain adalah tagatosa untuk mengendalikan gula darah penderita diabetes, juga obat kardiovaskular dari daun sukun. Selain itu, ada teknologi antitransferrin receptor immunoliposome untuk mengurangi risiko kerusakan sel sehat pada pasien kanker saat menjalani kemoterapi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di bidang peternakan, ditawarkan inseminasi buatan sperm sexing untuk menghasilkan jenis kelamin ternak sesuai kebutuhan, juga ada teknologi transfer embrio yang dapat dibekukan.

Di bidang energi, ada biorefineri untuk mengintegrasikan dan mengonversikan biomassa menjadi sumber energi. ”Penerapan hasil riset dari dalam negeri masih lemah. Pemerintah semestinya membuat kebijakan untuk mempermudah penerapan hasil riset yang dibutuhkan masyarakat,” kata Witjaksono.

Peneliti eritroprotein Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Adi Santoso, mengatakan, industri farmasi Biofarma menjajaki produksi eritroprotein ini. Diharapkan, produknya lebih murah dengan kualitas sama baik.

Wien Kusharyoto, Koordinator Program Kompetitif Molecular Farming dan Bahan Baku Obat lembaga itu, mengatakan, hasil riset memang menarik bagi industri. Namun, tidak jarang yang terjadi justru penawaran alih kerja bagi peneliti ke perusahaan bersangkutan.

Menurut Witjaksono, selain masalah penerapan hasil, kegiatan riset masih menemui kendala seperti ketiadaan bahan-bahan riset produk dalam negeri sehingga harus mengimpor. (NAW)

Sumber: Kompas, 21 November 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB