Bimasakti Miliki Aliran Bintang Berumur Lebih dari 1 Miliar Tahun

- Editor

Kamis, 21 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekitar 1 miliar tahun lalu, sebuah gugus bintang berisi banyak bintang terbentuk di galaksi Bimasakti. Sejak saat itu, gugus bintang itu telah dicabik-cabik oleh empat lengan galaksi melingkar yang ada di tepi galaksi. Pada saat itu, gravitasi Bimasakti telah merentangkan gugus bintang itu hingga bentuknya berubah dari gumpalan menjadi aliran bintang yang panjang.

Saat ini, gugus bintang itu berada relatif dekat dengan Matahari, hanya berjarak sekitar 330 tahun cahaya. Sebagai perbandingan, jarak bintang terdekat dari Bumi setelah Matahari adalah Alfa Centauri yang berjarak 4,2 tahun cahaya. Keberadaan gugus bintang itu bisa dimanfaatkan untuk menentukan massa Bimasakti yang lebih baik.

Meski sudah lama mendeteksi keberadaan bintang-bintang tersebut yang bercampur dengan bintang-bintang di sekitarnya, hingga kini, astronom tidak menyadari bahwa bintang-bintang itu adalah anggota satu gugus bintang tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keberadaan bintang-bintang itu sebagai bagian dari satu gugus yang sama diperoleh setelah dilakukan pemetaan tiga dimensi menggunakan observatorium luar angkasa Gaia milik Badan Antariksa Eropa. Hasilnya, bintang-bintang itu bergerak bersama-sama dengan arah dan kecepatan yang sama hingga membentuk aliran bintang-bintang mirip seperti sungai di Bumi.

ASTRONOMY & ASTROPHYSICS–Dalam proyeksi stereografis ini, galaksi Bimasakti terlihat melengkung dalam satu lengkungan besar. Aliran bintang-bintang yang termasuk dalam satu gugus bintang yang sama ditampilkan dalam titik-titik berwarna merah. Dari proyeksi terlihat, bintang-bintang yang bergerak dengan arah dan kecepatan yang sama itu terkumpul di belahan selatan galaksi Bimasakti.

Aliran bintang-bintang itu terentang sepanjang 1.300 tahun cahaya dan lebar 160 tahun cahaya. Mereka berkelok-kelok di tengah medan bintang Bimasakti yang luas dan padat. Meski terentang panjang, aliran bintang itu tetap selama mengitari pusat galaksi Bimasakti selama miliaran tahun.

Jumlah bintang dalam gugus itu yang sudah diketahui keberadaannya mencapai sekitar 4.000 bintang. Namun, jumlah sebenarnya diperkirakan lebih banyak lagi dibandingkan data awal bintang yang sudah ditemukan Gaia.

João Alves dari Universitas Vienna, Austria, yang terlibat dalam penelitian itu, mengatakan, mengidentifikasi aliran bintang-bintang itu di piringan Bimasakti bagaikan mencari jarum yang patah di tumpukan jerami.

”Astronom telah melihat dan melalui aliran bintang itu untuk waktu yang lama karena alirannya terentang luas di langit malam. Namun, baru sekarang mereka menyadari keberadaan aliran bintang itu yang ternyata terletak di dekat Matahari,” ujar Alves seperti dikutip Livescience, Selasa (19/2/2019).

NASA–Model galaksi Bimasakti dilihat dari atas.

Hasil studi tentang aliran bintang-bintang di Bimasakti itu dipublikasikan di jurnal Astronomy & Astrophysics, Jumat (15/2/2019).

Menemukan benda-benda langit dengan segala karakternya di sekitar Matahari, termasuk gugus bintang itu, amat berguna untuk mengetahui bagaimana galaksi memperoleh bintang-bintangnya. Namun, untuk galaksi besar dan berat seperti Bimasakti, gugus bintang itu umumnya akan tercabik-cabik dan tarikan gravitasi antarbintang akan membuat bintang bergerak dalam arah berbeda-beda.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 21 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB