Pelajar Penelitinya Raih Juara Inovasi Industri
Penelitian atas biji kelumpang sebagai energi alternatif dan pemanfaatan cangkangnya sebagai briket menjuarai lomba karya tulis ilmiah pelajar bertema ”Inovasi untuk Pemberdayaan Industri”. Penelitian itu mengalahkan tiga penelitian lainnya pada babak final.
Juri lomba yang diadakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi menilai, penelitian itu menawarkan solusi krisis energi, pemberdayaan ekonomi, dan melestarikan lingkungan melalui pemanfaatan buah yang rontok untuk bahan bakar nabati (BBN).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Cakupannya banyak,” kata salah seorang juri, Basuki Djoeri, seusai penyerahan hadiah di Jakarta, Kamis (4/12).
Ide kreatif dan inovatif menjadi salah satu dasar penilaian lomba. Selain itu, karya juga harus memiliki potensi penerapan secara massal di tengah masyarakat.
Para peneliti juara pertama, Nur Hidayat Alam Fitrah dan Akmal, pelajar kelas III SMA Negeri 1 Bulukumba, Sulawesi Selatan, secara kreatif memodifikasi mesin manual penghancur es menjadi alat pengepres. Selain untuk menghancurkan buah kelumpang (Sterculia foetida) untuk diambil sari minyaknya, alat ini juga berfungsi sebagai pengepres briket. Sebelumnya, kedua pelajar itu menghancurkan biji kelumpang (Sterculia foetida) menggunakan palu.
Hasil uji coba, briket kulit kelumpang lebih cepat mendidihkan air daripada menggunakan briket arang. Kandungan minyak pada kelumpang masih diteliti.
Juara dua diraih pelajar kelas I SMAN 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Robby Adwa Fahlepi. Penelitiannya menghasilkan minyak tanah hasil penyulingan getah tanaman karet (lateks). Minyak hasil penyulingan itu langsung dapat digunakan seperti halnya minyak tanah dari fosil.
Dua juara tiga
Lomba kali ini menghasilkan dua juara tiga, masing-masing diraih pelajar SMAN 1 Boyolangu, Tulungangung, Jawa Timur, Nur Alfiana, dan pelajar SMAN 2 Bukittingi, Sumatera Barat, Mardhiyah Hayati.
Nur Alfiana meneliti pemanfaatan limbah gergajian marmer sebagai kerajinan mozaik, sedangkan Mardhiyah meneliti alat sederhana pengurang emisi karbon pada cerobong asap.
Kepala Bidang Budaya Iptek Menneg Ristek Siti Aminah menyatakan, lomba tersebut merupakan rangkaian dari wisata iptek dan temu pakar. Tahun 2008, sebanyak 450 siswa ikut dalam kegiatan wisata iptek yang diadakan di tiga kota, Medan, Lampung, dan Banten.
Namun, justru keempat pemenang lomba di luar peserta wisata iptek dan temu pakar. ”Justru siswa di luar kegiatan itu yang menang,” kata Siti.
Sumber: kompas.com/ (GSA)
Edisi: Jumat, 5 Desember 2008