Instagram memunculkan tren para jago gambar. Para perupa ataupun bukan perupa ramai-ramai mengunggah karya-karya mereka di media sosial tersebut. Bahkan ada yang menjadikan Instagram sebagai media belajar bersama.
Suatu kali sejumlah perupa, termasuk RE Hartanto, berbagi hasil corat-coret gambar atau mengunggah proses penggarapan beragam karya. Ia melakukan ”kesalahan” yang tak pernah disesalinya. Menantang para pengikut akun Instagramnya untuk mengikuti kursus realisme fotografis, gratis dan via Instagram.
Jelang tengah malam 21 Oktober 2014, Hartanto mengunggah foto aktor film Danny Trejo, menantang siapa saja menafsir foto itu menjadi karya realisme fotografis. ”Silakan dengan media apa saja yang Anda sukai—pensil grafit, pensil warna, arang, cat air, cat poster, gouache, cat akrilik, cat minyak atau apa saja, terserah Anda,” tulis Hartanto. Kursus akan diberikan Hartanto dengan mengomentari teknik gambar setiap pengirim dengan tenggat pengiriman karya satu pekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak terduga, dalam hitungan jam berpuluh-puluh orang mengunggah gambar-gambar Danny Trejo ke Instagram lengkap dengan hashtag #klinikrupadrrudolfo dan menyitir akun @rehartanto. Hartanto yang sudah kerap membuka kelas melukis cat air sejak 1994 tiba-tiba kebanjiran murid baru, baik teman lama sesama perupa maupun orang yang belum dikenalnya.
”Awalnya saya mengomentari setiap karya yang dikirimkan kepada saya. Tetapi ternyata semakin lama jumlah karya yang diunggah ke Instagram semakin melimpah, tak mungkin lagi saya komentari semua,” kata Hartanto yang juga lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.
Sensasi visual
Sejak diluncurkan pada 2010, Instagram digemari pengguna media sosial. Berbeda dengan Twitter dan Facebook yang condong menjadi tempat berbagi teks dan diakses melalui komputer, Instagram mengkhususkan diri sebagai media sosial tempat berbagi foto dan hanya bisa diakses utuh melalui gawai cerdas.
Media sosial seperti Instagram dimanfaatkan sebagai media tutorial untuk belajar menggambar.—KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Hartanto yang sebelumnya sudah tiga kali membuat-tutup akun Facebook lantaran jengah dengan berbagai komentar negatif seperti menemukan surga baru. Sebagai tempat berbagi foto, pengguna Instagram cenderung mengunggah hal-hal yang mereka sukai dan mereka apresiasi. ”Awalnya saya hanya mengunggah karya rupa atau foto. Klinik Rupa Dr Rudolfo tercipta secara tak sengaja, murni hasil interaksi para pengguna Instagram,” kata Hartanto.
Itu pula yang dialami Nella Mareti, pemilih akun Instagram @sibebo. Nella punya alasan lain untuk jatuh cinta kepada Instagram, merasa tak piawai menulis panjang. Di Instagram, Nella cukup mengunggah foto karya cat airnya tanpa bicara panjang lebar. Hal- hal yang ingin ia sampaikan terwakili secara visual. Awalnya ia mengunggah foto berbagai craft karyanya dan belakangan gambar-gambar cat air.
”Yang mengejutkan memang respons sesama pengguna Instagram atas sejumlah foto karya yang saya unggah. Banyak yang bertanya bagaimana cara menggambar dengan cat air. Saya jelaskan sebisanya di Instagram,” kata Nella.
Para pengguna Instagram juga antusias merespons karya-karya kaligrafi yang diunggah Chia Tjong, pemilik akun Instagram @cforcalligraphy. Berlatar belakang pendidikan di bidang keuangan, Chia belajar kaligrafi secara otodidak dari Youtube dan Instagram yang diampu pengguna dari luar negeri. Ketika ia mengunggah kaligrafi karyanya, ternyata tanggapan pengguna Instagram positif. ”Mereka selalu antusias bertanya bagaimana cara membuat dan di mana bisa membeli peralatan kaligrafi,” kata Chia.
Urusan konsultasi membuat karya cat air dan karya kaligrafi ternyata semakin serius membuat Nella dan Chia memberanikan diri membuka workshop cat air dan kaligrafi. ”Interaksinya sungguh akrab. Kami tak saling mengenal tetapi berasa seperti teman lama. Tawaran kelas workshop Nella Mareti lebih laris manis lagi, tiket workshop selalu ludes dalam hitungan tiga-empat jam. Padahal, sebelumnya saya tidak pernah membuka kelas workshop cat air,” kata Nella.
Dari mana-mana
Satu yang khas dari interaksi diskusi karya rupa di antara sesama pengguna Instagram. Semua pengguna yang mengunggah karya sangat terbuka dan lapang dada menerima kritikan dan masukan. ”Sekarang semakin banyak pengguna Instagram yang mengunggah karya dan justru meminta kritik. Mereka ini kalau dikritik dan diberi masukan tidak pernah marah, interaksi yang menyenangkan dan justru membuat semakin akrab,” kata Nella.
Buka saja akun Instagram Hartanto, @rehartanto, yang kerap mengirim ulang kiriman gambar pengguna lain dengan ulasan panjangan lebar. Untuk sebuah kiriman gambar pensil misalnya, Hartanto mengulas beragam karakter berjenis-jenis pensil, tekanan tangan si pemakai pensil, goresan pensil, hingga permainan kontras gelap- terang gambar itu. ”Itu sebenarnya dendam pribadi saya,” kata Hartanto tertawa.
Ketika kuliah, ia tidak diajari teknik menggunakan cat air atau pensil. Ia lalu habis-habisan berbagi teknik menggunakan berbagai media untuk membuat karya rupa. ”Hasilnya, saya menemukan banyak orang berbakat, datang dari berbagai kota kecil, tak terbayangkan,” kata Hartanto.
Penemuan bakat-bakat seperti itu membuat Hartanto selalu bergairah mengulas berbagai karya yang diunggah sesama pengguna Instagram. Bakat-bakat dari berbagai penjuru itu juga membuat Nella dan Chia terpacu untuk selalu mengembangkan teknik menggambar cat air dan kaligrafinya.
”Gara-gara mengulas karya, juga membuka kelas workshop, saya terpacu untuk belajar lebih keras. Mengajari orang justru membuat kita sadar bahwa ternyata kemampuan kita terbatas. Hasilnya, kemampuan saya ikut berkembang pesat,” kata Nella.
Kian lama, demam berbagai karya rupa di Instagram memang kian menjadi. Para pengguna Instagram juga semakin menemukan konvensi untuk memudahkan pencarian karya-karya rupa di Instagram, dengan menggunakan hashtag (tanda pagar) #illustration, #watercolor, #fanart, #portrait, #pencil, #sketching, #practice, #instadraw, #drawing, ataupun #klinikrupadrrudolfo.
Orang semakin percaya diri membuat karya rupa. ”Memang mudah kok. Kalau tahu tekniknya pasti gampang,” kata Nella. Tertarik mencoba? (ARYO WISANGGENI G)
———————–‘
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juni 2015, di halaman 30 dengan judul “Berbagi Rupa di Instagram”.
Posted from WordPress for Android