Asap; Dampak pada Kesehatan

- Editor

Selasa, 15 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebakaran lahan dan hutan, selama puluhan tahun, mendera Indonesia hampir setiap tahun. Kebakaran ini menimbulkan kerugian sangat besar.

Sebagai gambaran, Luca Tacconi dari Center for International Forestry Research (Cifor), tahun 2003, melaporkan, kebakaran hutan Indonesia pada 1997-1998 yang menghanguskan 11,7 juta hektar lahan menimbulkan kerugian 2,3 miliar dollar AS-3,2 miliar dollar AS. Kerugian itu mencakup kerusakan pada lahan, hutan, bangunan, biaya pengendalian kebakaran, serta kerugian akibat dampak pada pariwisata, transportasi, dan terutama kesehatan.

Asap kebakaran hutan mengandung berbagai zat kimia dalam jumlah besar yang bisa mengganggu kesehatan, yakni partikel halus (particulate matter/PM) dan gas. Yang dominan, gas karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Partikel halus merupakan campuran karbon organik, komponen karbon, serta sejumlah kecil zat anorganik. Partikel halus berbahaya adalah yang berukuran 10 mikrogram (PM10) ke bawah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Laporan Michael Brauer dan Kathryn Ostermann dari Universitas British Columbia Kanada menyatakan, terjadi peningkatan kadar partikel halus sejak Juli 1997. Kadar tertinggi ditemukan September 1997. Di sejumlah wilayah, kadar partikel halus meningkat lebih dari 15 kali kadar normal. Sebagai perbandingan, di Sarawak, Malaysia, PM10 mencapai 930 mikrogram per meter kubik (m3); Singapura 230 mikrogram per m3; Sumatera 3.546 mikrogram per m3; dan Kalimantan 3.645 mikrogram per m3.

237946KOMPAS/NASRUL THAHAR–Kabut asap yang menyelimuti Jambi hingga hari Rabu (8/10/1997) masih pekat dengan jarak pandang 10-20 meter.

Situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, PM10 atau lebih kecil berbahaya karena bisa masuk ke saluran pernapasan bawah dan menempel di paru-paru.

Sandra Duran dari British Columbia Center for Disease Control Kanada menuliskan, NO2 merupakan gas beracun yang mengganggu fungsi paru, terutama pada penderita asma. Paparan dalam waktu lama menyebabkan bronkitis pada orang sehat, serta gangguan perkembangan fungsi paru pada anak-anak. SO2 juga mengganggu paru, pernapasan.

CO merupakan gas tak berbau, tak berwarna, dan tak berasa yang bersifat mengikat oksigen sehingga mengganggu distribusi oksigen dalam jaringan tubuh. Penelitian kepada para pemadam kebakaran hutan menunjukkan, paparan CO menyebabkan nyeri dada dan aritmia (ketidakteraturan detak) jantung. Paparan CO selama 3-4 jam pada konsentrasi 35 ppm bisa menimbulkan sakit kepala, disorientasi, dan keletihan pada manusia. Gas lain, O3, bisa mengganggu fungsi paru, pembengkakan paru, dan keletihan.

Diperkirakan terjadi rata-rata 339.000 (260.000-600.000) kematian di dunia setiap tahun akibat asap kebakaran.

Tim Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah meneliti dampak kebakaran hutan terhadap kesehatan pada 2011. Penelitian dilakukan di Kabupaten Batanghari dan Tanjung Jabung Timur, Jambi, serta Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau, Kalteng.

Hasil penelitian menunjukkan, angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berhubungan dengan jumlah titik panas dan kualitas udara. Saat makin memburuk, angka kejadian ISPA meningkat.

WHO telah menerbitkan Health Guidelines for Episodic Vegetation Fire Events yang didesain untuk meningkatkan kewaspadaan juga kerangka kerja bagi pemerintah, serta penyusunan rencana aksi nasional. Rencana aksi harus diumumkan kepada masyarakat sebelum ada asap. Pemerintah bertugas mengembangkan prosedur operasional, mempersiapkan tenaga kesehatan, dan melakukan penyuluhan bagi masyarakat.

Namun, yang terpenting, kemauan kuat semua pihak mengakhiri pembakaran untuk membuka lahan. Dampak buruk asap kebakaran lahan pun bisa ditiadakan. (ATIKA WALUJANI MOEDJIONO)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 September 2015, di halaman 1 dengan judul “Dampak pada Kesehatan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB