Anggrek Baru Ditemukan di Pulau Waigeo, Raja Ampat

- Editor

Rabu, 28 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jenis anggrek baru subspesies ”Dendrobium lancilabium J.J.Sm.” yang berwarna merah cerah telah ditemukan di Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat.

Jenis anggrek baru subspesies Dendrobium lancilabium J.J.Sm. yang berwarna merah cerah telah ditemukan di Pulau Waigeo. Selain itu, dalam ekspedisi pada 2020 ini juga ditemukan kembali Dendrobium azureum Schuit., anggrek biru yang tidak terlihat selama hampir 80 tahun sejak pertama kali dikumpulkan pada 1938 oleh ahli entomologi Inggris, Evelyn Cheesman.

Penemuan anggrek baru ini dilaporkan di Orchideen Journal pada 13 Desember 2022. Charlie Danny Heatubun, Guru Besar Botani Hutan dan Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Papua yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, mengabarkan temuan baru ini dengan mengirim publikasinya di jurnal terkait, Rabu (14/12/2022). Charlie menjadi salah satu penulis publikasi di jurnal ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

YANUAR ISHAQ DWI CAHYO, DKK. (ORCHIDEEN JOURNAL)–Subspesies baru Dendrobium lancilabium (Orchidaceae) dari Pulau Waigeo, Raja Ampat, Indonesia.

Dalam laporan ini disebutkan, anggrek jenis baru ini ditemukan dalam ekspedisi yang dilakukan tim Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BBKSDA Papua Barat) dan tim Flora & Fauna International pada Februari 2020 di Pulau Waigeo. Pulau ini berada di gugusan Kepulauan Raja Empat, dengan luas sekitar 3.155 kilometer persegi.

Dalam ekspedisi ini, tim mengunjungi Gunung Nok, gunung api purba yang sudah tidak aktif lagi, setinggi 880 meter. Di gunung inilah, anggrek biru yang tidak terlihat selama hampir 80 tahun sejak pertama kali dikumpulkan pada 1938 oleh ahli entomologi Inggris, Evelyn Cheesman, akhirnya ditemukan kembali.

Selain itu, juga ditemukan setidaknya dua spesies Dendrobium lainnya dari bagian yang sama, yaitu Calyptrochilus dan D azureum. Spesies yang berbunga putih kemungkinan adalah D Aphanochilum Kraenzl dan yang berbunga merah cerah terbukti merupakan subspesies baru dari D lancilabium J.J.Sm.

Ciri khas dari subspesies ini dapat dikenali dari batangnya yang ramping, tidak bercabang, pendek, dan memiliki daun lebar dengan posisi yang berlawanan (kontras) di bagian atas, ada yang hanya terdapat satu daun, terkadang dua. Spesimen dari Pulau Waigeo ini memiliki bunga yang sangat mirip dari subspesies lancilabium, perbedaan detailnya relatif kecil.

Dendrobium lancilabium subsp. lancilabium adalah salah satu spesimen yang kurang terwakili di herbarium. Saat ini hanya terdapat lima koleksi yang diketahui. Tidak terdapat foto tumbuhan hidup, pertama kali dijelaskan oleh JJ Smith (1934: 198) berdasarkan satu spesimen yang dikumpulkan oleh para ahli biologi terkemuka, Ernst Mayr, pada Juli 1928 di Gunung Wondiwoi di Wandamen Semenanjung Barat laut New Guinea.

Subsp. lancilabium juga ditemukan di pegunungan Nettoti, Tambrauw, dan Tokhiri di Semenanjung Vogelkop di bagian barat New Guinea dan telah dikumpulkan di antara ketinggian 1.000 dan 1.980 meter dari permukaan laut. Anehnya, anggrek ini belum ditemukan di Pegunungan Arfak, pegunungan terbesar di daerah tersebut, meski diperkirakan terdapat di sana.

KELITBANGAN BRIDA PROVINSI PAPUA BARAT–Perbedaan subspesies baru Dendrobium lancilabium J.J.Sm. subsp.wuryae dengan subspesies lain (sumber: Kelitbangan BRIDA Provinsi Papua Barat).

Kepala Subbidang Diseminasi Kelitbangan BRIDA Provinsi Papua Barat Ezrom Batorinding dalam keterangan tertulis mengatakan, jenis anggrek baru subspesies Dendrobium lancilabium J.J.Sm hasil penemuan tim ekspedisi 2020 ini kemudian diberi nama Dendrobium lancilabium J.J.Sm. subsp.wuryae. Nama Wuryae diambil dari nama Istri Wakil Presiden Republik Indonesia, Wury Estu Handayani Ma’ruf Amin.

”Penamaan ini adalah bentuk penghormatan kepada Ibu Wakil Presiden atas kontribusinya dalam mendukung konservasi, pelestarian, pemanfaatan berkelanjutan tanaman lokal serta pengembangannya di Papua Barat, terkhususkan untuk tanaman anggrek,” tutur Ezrom.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 16 Desember 2022

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB