Gunung Lokon di Sulawesi Utara meletus pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 1991, dan baru reda pada tanggal … Oktober 1991. Meskipun letusan yang terjadi tidak dahsyat sekali, namun letusan itu mengingatkan kita kepada letusan dari tiga gunung api yang telah terjadi beberapa waktu sebelumnya, yaitu letusan G. Soputan di Sulawesi Utara pada akhir Mei 1991, G. Unzen di Pulau Kyushu, Jepang pada awal Juni 1991, dan G. Pinatubo di Pulau Luzon Filipina pada pertengahan Juni 1991. Apakah semua letusan yang terjadi mempunyai keterkaitan?
Hadi S. (Kompas, 24/6/1991) dengan memakai teori tektonik lempeng telah menjelaskan tentang adanya keterkaitan antara letusan G Unzen di J epang dengan G. Pinatubo di Filipina. Dalam alinea terakhir tulisan itu Hadi mempertanyakanapakah aktivitas tektonik yang menyebabkan letusan G Unzen dan G. Pinatubo hanya sekedar ”bolak-balik” antara Jepang-Filipina, ataukah indikasinya sudah merasuk ke wilayah Indonesia Timur?
Pertanyaan di atas merupakan suatu tantangan yang menarik. Dan, tulisan ini salah satu tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apabila kita memperhatikan Peta Tektonik Dunia, akan tampak jelas bahwa antara Jepang (Pulau Kyushu), Filipina, dan Indonesia (Sulawesi Utara dan Maluku Utara) mempunyai persamaan, di antaranya adalah sama-sama dilalui oleh jalur penunjaman, yaitu jalur penunjaman tempat Lempeng Filipina bertemu dengan Lempeng Eurasia (lihat gambar).
Dalam teori tektonik lempeng, daerah-daerah tempat lempeng-lempeng kulit bumi saling bertemu adalah daerah yang sangat labil. Di daerah-daerah tersebut banyak terjadi gempa bumi dan banyak terdapat gunung api, yang merupakan pencerminan dari adanya gerakan lempeng-lempeng kulit bumi yang saling mendekat (aktivitas tektonik). Kondisi seperti itu sangat jelas baik di Jepang, Filipina maupun Indonesia.
Dengan berpegang pada teori tektonik lempeng, seperti disebutkan oleh Hadi, para ilmuwan Cina telah berhasil menduga gempa yang bakal terjadi dan berhasil menyelamatkan sekitar 100.000 jiwa penduduk dari gempa yang terjadi tanggal 4 Februari 1975 di Heicheng. Dan berdasarkan pada teori tektonik lempeng itu pula Hadi menerangkan keterkaitan antara gempa-gempa yang terjadi di Jepang, Taiwan dan Filipina, dan letusan G. Unzen di Jepang dan G. Pinatubo di Filipina; yaitu akibat dari aktivitas tektonik di sepanjang jalur penunjaman mulai dari Jepang sampai Filipina.
Apakah masuk ke Indonesia
Aktivitas tektonik di tepi barat Samudera Pasifik yang disebutkan oleh Hadi sebagai ”boIak-balik” antara J epang-Filipina, sepertl disebutkan pada awal tulisan ini, sebenarnya telah masuk ke Indonesia sebelum letusan G. Unzen maupun G. Pinatubo terjadi. Hal itu ditunjukkan oleh terjadinya gempa di Kalimantan Utara (Sabah, Malaysia Timur) tanggal 26 Mei 1991 (Suara Pembaruan, 31/5/1991), dan meletusnya G. Soputan di Sulawesi Utara pada akhir Mei 1991 (Kompas dan Suara Pembaruan, 31/5/1991). Sayang, data tersebut tidak teramati oleh Hadi.
Berdasarkan data gempa dan aktivitas vulkanisme yang terjadi itu, pada bulan Juni 1991 yang lalu penulis pernah menduga bahwa aktivitas vulkanisme yang terjadi di Jepang dan Filipina yang ditunjukkan oleh G. Unzen dan G. Pinatubo akan terus berlanjut masuk ke Indonesia Timur (Sulawesi Utara dan Maluku Utara). Dugaan dari penulis itu sekarang terbukti kebenarannya, yaitu dengan terjadinya letusan G. Lokon di Sulawesi Utara pada tannggal 24 Oktober 1991 yang lalu. Letusan G. Lokon itu juga mempertegas bahwa aktivitas tektonik yang terjadi di Jepang dan Filipina juga masuk ke Indonesia, menjawab pertanyaan dari Hadi dalam Kompas tanggal 24 Juni 1991 itu.
Secara berurutan, bukti-bukti yang menunjukkan adanya aktivitas tektonik di Indonsia Timur yang merupakan rangkaian dari akitivitas tektonik di Jepang dan Filipina itu adalah (1) gempa di Sabah, Kalimantan Utara pada tanggal 26 Mei 1991 yang menurut kajian dari Jawatan Kajibumi Sabah adalah gempa tektonik yang terjadi karena pergeseran antara Lempeng Filipina dengan Lempeng FiIipina dengan Lempeng Eurasia (Suara Pembaruan, 31/ 5/1991) (2) letusan G. Soputan di Sulawesi Utara pada akhir Mei 1991 (Kompas dan Suara Pembaruan, 31/5/1991), (3) gempa tektonik di Gorontalo, Sulawesi Utara pada tanggal 20 Juni 1991 (Kompas, 24/6/1991), dan (4) letusan G. Lokon di Sulawesi Utara pada tanggal 24 Oktober 1991 (Kompas, 25/10/1991).
Yang sebenarnya
Yang sebenarnya terjadi di antara Jepang, Filipina dan Indonesia pada akhir-akhir ini, menurut teori tektonik lempeng, adalah pelepasan energi yang terjadi karena akumulasi tegangan yang telah melebihi batas sebagai akibat dari interaksi antara Lempeng Filipina dengan Lempeng Eurasia. Pelepasan energi yang secara tiba-tiba menyebabkan gempa di pulau Kyushu, Luzon, Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara. Panas yang timbul akibat meningkatnya tegangan menyebabkan meningkatnya mobilitas magma dalam dapur magma beberapa gunung api sehingga terjadi letusan dari gunung-gunung yang bersangkutan, yaitu G. Unzen, Pinatubo, Soputan, dan Lokon.
Wahyu Budi Setyawan, bekerja pada Balitbang Sumber daya Laut Puslitbang Oseanologi LIPI
Sumber: Kompas, Kamis 14 November 1991