Agar lestari, dalam satu populasi minimal diperlukan 30 jerapah betina dan tiga sampai enam pejantan. Jerapah yang hidup sendirian hanya menunggu kematiannya.
Jerapah yang disaksikan masyarakat sendirian di kebun binatang adalah hewan yang rentan punah, bahkan beberapa subspesies terancam punah. Penelitian menunjukkan, agar lestari, dalam satu populasi minimal diperlukan 30 jerapah betina dan tiga sampai enam pejantan. Jerapah yang hidup sendirian di kebun binatang hanya menunggu kematiannya.
Penelitian itu berjudul ”Analisis Kelayakan Populasi Translokasi Jerapah”. Laporan penelitian dimuat dalam jurnal Endangered Species Research yang juga dipublikasikan Science Daily pada 19 Maret 2020. Penelitian dilakukan biolog Derek E Lee dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, dan rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh solusi translokasi jerapah ke lokasi baru untuk menghindari perburuan liar di Afrika. Namun, berapa jumlah pejantan dan betina yang ideal dalam satu populasi yang dipindahkan belum diketahui.
”Jerapah rentan terhadap kepunahan setelah penurunan populasi 40 persen selama tiga dekade terakhir,” kata Mara Knüsel, peneliti dari Universitas Zurich, Swiss, seperti dikutip Science Daily, 27 Februari 2019.
Derek E Lee dan rekan-rekan peneliti lainnya menggunakan teknik pemodelan yang disebut analisis kelayakan populasi untuk menentukan ukuran ideal dan distribusi jenis kelamin populasi yang baru dibentuk. Mereka menyimulasikan berbagai skenario untuk memproyeksikan kelayakan jangka panjang dan keragaman genetik yang dapat melindungi populasi terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan, populasi minimum untuk keberhasilan 95 persen bertahan selama 100 tahun adalah jika dalam satu populasi terdapat 30 betina dan tiga sampai enam pejantan. Skenario ini berhasil mempertahankan setidaknya 80 persen dari keragaman genetik populasi.
”Populasi dengan kurang dari sepuluh betina dapat berhasil dalam dekade pertama karena pertumbuhan populasi jangka pendek, tetapi tidak berhasil dalam jangka panjang. Kelompok kecil dapat menderita depresi kawin sedarah. Mereka lebih mungkin kehilangan keragaman genetik karena kejadian acak pada tahun-tahun pertama setelah translokasi,” ujar Lee.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 21 Maret 2020