Adaptif dan Fleksibel, Kunci Kaum Muda Hadapi Era Ketidakpastian

- Editor

Rabu, 17 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Generasi muda dituntut fleksibel dan adaptif. Dengan demikian, perubahan peradaban beserta kompleksitasnya dapat dihadapi dengan baik dan bijak. Termasuk di era pandemi Covid-19 ini.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA—Petugas master kontrol yang menjadi bagian penting saat acara wisuda mahasiswa di Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (16/6/2020). Teknologi mengambil alih interaksi acara wisuda dengan menyiarkan secara langsung melalui kanal internet.

Menghadapi berbagai tantangan di era yang penuh ketidakpastian, generasi muda dituntut fleksibel dan adaptif. Dengan demikian perubahan beserta kompleksitas dapat dihadapi dengan baik dan bijak guna menyongsong masa depan bangsa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Yos Johan Utama mengatakan hal itu pada wisuda daring di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (16/6/2020). Dalam acara itu, hanya para pemimpin universitas dan fakultas yang hadir di kampus Undip, sedangkan wisudawan berada di rumah.

”Wisudawan dan wisudawati akan menghadapi dunia yang penuh dengan gejolak ketidakpastian, kompleksitas, dan ambigu. Di era revolusi industri 4.0, banyak hal di luar perkiraan di segala sektor. Maka, hadapi dengan fleksibilitas, juga adaptif,” ujar Yos.

Ia menuturkan, dalam perkembangan zaman, terjadi revolusi budaya, komunikasi, termasuk pendidikan. Di tengah pandemi Covid-19, bahkan mau tak mau pola perkuliahan bergeser ke dunia maya. Hal tersebut terjadi dalam tempo yang sangat singkat.

Menurut Jos, kompleksitas pada setiap perubahan dapat dilawan dengan terus membangun koneksi. ”Persaingan SDM (sumber daya manusia) tak hanya dalam kacamata nasional, tetapi juga global. Kelincahan diperlukan dalam menghadapi perubahan yang serba mendadak,” ujarnya.

Hal senada dikatakan Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Fathur Rokhman, juga dalam pelaksanaan wisuda daring, Selasa (16/6/2020). Menurut dia, di era disrupsi, perubahan besar dan mendasar terjadi di setiap bidang kehidupan dengan proses yang cepat.

”Perubahan pada era (disrupsi) menyerupai ledakan gunung berapi yang meluluhlantakkan ekosistem lama dan menggantinya dengan eksosistem baru yang sama sekali berbeda. Kita harus cepat adaptif dan antusias dalam menghadapinya,” ujar Fathur.

Teknologi yang berkembang demikian cepat, lanjut Fathur, menawarkan berbagai kemudahan hidup. Namun, di sisi lain, perubahan tersebut menciptakan ketidakpastian sehingga masa depan justru semakin sulit diramalkan.

”Dengan modal ilmu, modal sosial, dan modal budaya yang dimiliki, kita akan adaptif untuk mempercepat, mengalihkan arah, atau bahkan menghentikan sebuah perubahan,” ujarnya.

Jarak jauh
Pada Selasa (16/6/2020), untuk pertama kali Undip menggelar prosesi wisuda secara daring atau jarak jauh. Selama tiga hari, secara bertahap, tercatat 1.548 wisudawan, terdiri dari program doktor, magister, spesialis, profesi, sarjana, dan diploma.

Para pemimpin universitas dan fakultas hadir di Gedung Prof Soedarto Undip, sedangkan mahasiswa di rumah masing-masing. Setiap nama mahasiswa dibacakan oleh masing-masing dekan. Ada yang ditemani orangtuanya, ada juga yang sendiri, seperti di tempat indekos.

Reiza Ibrahim Saleh (21), wisudawan dari Fakultas Hukum Undip salah satunya. ”Sedih karena sebenarnya berharap bisa hadir langsung, karena ini seperti titik akhir dari masa perkuliahan juga. Orangtua saya juga di Jakarta. Namun, tidak apa-apa. Ini demi kebaikan bersama,” katanya.

Sementara itu, di Unnes, wisuda diikuti oleh 627 orang yang terdiri dari program doktor, magister, sarjana, dan diploma. Ini juga merupakan pertama kalinya Unnes menggelar prosesi wisuda secara daring. Pelaksanaan wisuda secara daring dilakukan guna mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Oleh ADITYA PUTRA PERDANA

Sumber: Kompas, 16 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB