Pengembangan aplikasi nuklir haruslah diprioritaskan pada tiga hal yang menyentuh masyarakat banyak, yaitu pangan, energi, dan air. Itulah program yang dicanangkan Hudi Hastowo (72), Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional periode 2007-2012.
“Hudi Hastowo berhasil mensosialisasikan produk pertanian, seperti varietas padi unggulan Sidenuk, Bestari, dan Mira1,” ujar Kepala Batan Djarot S Wisnubroto setelah pemakaman almarhum Hudi Hastowo, Minggu (28/6), di Taman Pemakaman Umum Sarimulya Serpong, Banten.
Hudi yang juga pernah menjabat Sekretaris Menteri Riset dan Teknologi periode 2006-2007 itu mengembuskan napas terakhir pada Sabtu (27/6) pukul 15.20, di rumah duka di Kompleks Batan Indah Blok D-40. Menurut Kepala Bidang Promosi dan Humas Batan Eko Madi Marnanto, setelah memasuki masa purna bakti, kesehatan Hudi yang menamatkan pendidikan S-1 hingga S-3 bidang teknologi nuklir di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, terus menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelum wafat, Hudi menjalani rawat jalan untuk pengobatan penyakit kanker tulang dan saluran kemih selama beberapa tahun terakhir. Hudi meninggalkan istri dan dua putri serta satu cucu.
Dihubungi secara terpisah, Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi periode 2004-2009, mengatakan, Hudi merupakan pribadi yang bersih dan gigih mengawal Kemristek sehingga berhasil mendapat predikat laporan keuangan wajar tanpa pengecualian, riset dan teknologi bebas dari pemakaian peranti lunak ilegal, serta sukses menerapkan peranti lunak terbuka selama masa kepemimpinannya.
Saat masih menjadi Kepala Batan, Hudi juga mendorong penelitian studi tapak untuk PLTN di Bangka Belitung. (YUN)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Hudi Hastowo, Kembangkan Nuklir untuk Masyarakat”.