Perguruan tinggi diharapkan menjadi aktor utama dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di kancah internasional. Salah satu peran strategis yang bisa dilakukan adalah memperbanyak riset dan publikasi ilmiah.
“Betapa pentingnya meningkatkan mutu perguruan tinggi, riset, dan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir saat memimpin upacara Hari Pendidikan Nasional 2015, di lapangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Sabtu (2/5). Upacara diikuti sekitar 250 pegawai Kemristekdikti dan lembaga di bawahnya.
Nasir mengingatkan, saat memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan terbuka tak terhindarkan. Sistem perdagangan bebas akan membuat negara yang tak memiliki sumber daya manusia unggul akan tersisih. Oleh sebab itu, perguruan tinggi sudah saatnya tampil ke depan untuk menjadi pemain utama.
Apabila selama ini penelitian perguruan tinggi hanya berakhir pada pembuatan prototipe skala laboratorium, Nasir berharap penelitian tersebut bisa dilanjutkan pada komersialisasi atau penggunaan pada dunia usaha. Dengan demikian, hasil penelitian tidak menjadi barang rongsokan hanya demi mengejar nilai dan pengakuan hak kekayaan intelektual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Makanya, anggaran penelitian tahun ini naik menjadi Rp 4,55 triliun. Hasil penelitian tidak boleh berhenti di laboratorium,” ujarnya.
Nasir menegaskan, Kemristekdikti bertanggung jawab mendorong peningkatan mutu pendidikan perguruan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Jumlah perguruan tinggi Indonesia yang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia sedikit. Begitu juga dengan jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan.
Mengacu pada data publikasi ilmiah terindeks Scopus, publikasi ilmiah Universitas Kebangsaan Malaysia mencapai 18.000, sementara jumlah publikasi ilmiah gabungan 10 perguruan tinggi Indonesia hanya 14.000 yang terindeks Scopus. Sementara perguruan tinggi Indonesia yang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia hanya Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung (Kompas, 25/4).
Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Ravik Karsidi mengemukakan bahwa Hari Pendidikan Nasional harus menjadi momentum kebangkitan perguruan tinggi. Dengan adanya Kemristekdikti, riset-riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi akan mendapatkan dukungan lebih besar, terutama anggaran. “Hilirisasi hasil riset itu sangat penting sehingga hasil riset dapat digunakan untuk pengembangan ekonomi bangsa,” katanya.
Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) ini mengakui, mutu pendidikan tinggi di Tanah Air masih agak tertinggal dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Namun, dia melihat Indonesia punya peluang untuk bersaing dan menjadi yang terdepan.
Petugas merapikan ruang kerja Ki Hadjar Dewantara yang kini digunakan sebagai Museum Dewantara Kirti Griya di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, Sabtu (2/5). Museum tersebut tetap sepi pengunjung saat Hari Pendidikan Nasional untuk memperingati hari lahir Ki Hadjar Dewantara setiap tanggal 2 Mei.—Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Menurut Ravik, perguruan tinggi menghasilkan dua riset, yaitu riset keilmuan dan riset terapan. Riset keilmuan berupa pengembangan ilmu pengetahuan, sementara riset terapan dapat digunakan oleh industri. Kedua jenis riset tersebut penting dilakukan.
“Hingga sekarang, belum ada satu orang Indonesia pun yang mendapatkan Nobel internasional dalam bidang ilmu pengetahuan. Ini menjadi tantangan besar bagi perguruan tinggi,” tutur Ravik.
UNS sendiri dalam setahun dapat menghasilkan sekitar 830 riset. Namun, riset terapan yang dikomersialkan masih sedikit, baru tiga riset.
Tanggapan di media sosial
Berbagai tanggapan dan komentar terkait peringatan Hari Pendidikan Nasional terpantau riuh di media sosial. Pengguna Twitter bahkan menggunakan sebuah tagar khusus, yakni #Hardiknas untuk menandai sejumlah kicauan yang terkait dengan Hari Pendidikan Nasional.
Sepanjang Sabtu (2/5) pagi, tagar tersebut terpantau memuncaki daftar trending topic Twitter di Indonesia. Layanan aplikasi Topsy mencatat bahwa dalam satu jam terakhir sejak sebelum pukul 09.58 terdapat 5.212 kali tagar tersebut lalu lalang dipergunakan di linimasa Twitter.
Sebagian mengunggah cuitan dengan konten ucapan selamat atas peringatan tersebut. Ini seperti dilakukan Cucu Yunita dengan akun @cucuyunitta14 saat ia menulis, “Selamat hari pendidikan nasional mkin smngat blajarnya 😀 #Hardiknas”.
Atau juga dilakukan pemakai akun @ninawidiaan yang mengatakan, “selamat hari pendidikan nasional. alhamdulillah masih bisa merasakan pendidikan di indonesia. #Hardiknas”.
Sementara sebagian pengguna akun lainnya menggunakan momentum ini untuk mengingatkan makna peringatan tersebut. Misalnya seperti dilakukan pengguna akun @ss3m yang menulis, “Jangan pernah berhenti untuk belajar. Belajar apapun. #hardiknas”.
Adapun Sari Septia Ningrum yang memakai akun ?@sseptian_ mengatakan, “selamat hari pendidikan nasional. semoga kita selalu mampu mjdi guru yg memberikan pengajaran dn pendidikan tanpa perlu menggurui #Hardiknas”. (B04/Ingki Rinaldi)
Sumber: Kompas Siang 2 Mei 2015