Murid Sekolah Menengah Kejuruan Masih Rakit SUV dan Pikap
Produksi mobil Esemka yang bermula dari upaya mengembangkan potensi sekolah menengah kejuruan program otomotif masih berjalan. Meski demikian, program perakitan mobil dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah berhenti.
Perakitan mobil Esemka kembali diperbincangkan seiring dengan kehadiran Presiden Joko Widodo dalam penandatanganan kerja sama antara Proton dan PT Adiperkasa Citra Lestari di Malaysia. Nama Joko Widodo terangkat antara lain ketika memberikan dukungan kepada produk mobil rakitan dalam negeri, mobil Esemka.
Guru program teknik kendaraan ringan di SMKN 2 Solo, Jawa Tengah, Dwi Budhi Martono, mengatakan, Selasa (10/2), meskipun program perakitan mobil di sekolah menengah kejuruan (SMK) dari pemerintah sudah tidak ada, SMK tidak terkendala untuk memberikan pelajaran berbasis industri kepada murid. SMK dengan program otomotif digandeng PT Solo Manufaktur Kreasi (didirikan gabungan pengusaha dan koperasi SMK) untuk mengembangkan mobil Esemka. Mobil tersebut sudah dipasarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sabar Budhi, dari Humas PT Solo Manufaktur Kreasi, yang dihubungi dari Jakarta, mengemukakan, produksi mobil Esemka jenis sport utility vehicle (SUV) dan pikap terus berjalan. Keterlibatan SMK dalam pengembangan mobil Esemka dengan cara menggandeng koperasi-koperasi SMK dalam PT Solo Manufaktur Kreasi yang berkantor pusat di SMK Pancasila di Solo. Produksi melibatkan SMK dengan program otomotif di seluruh Indonesia. Pekerjanya melibatkan murid SMK hingga alumni SMK otomotif. Jumlah koperasi SMK yang terlibat sekitar 11.000 sekolah.
”Mobil rakyat”
Menurut Sabar, mobil Esemka lebih cocok disebut sebagai mobil untuk rakyat Indonesia daripada mobil nasional. Sampai saat ini belum jelas definisi mobil nasional. ”Namun, secara bertahap, nanti harus terus ditingkatkan supaya komponen-komponen mobil diproduksi di dalam negeri, juga dengan melibatkan SMK. Saat ini, kami juga berkolaborasi dengan asing, seperti Tiongkok dan Jerman. Nanti akan dikembangkan titik-titik perakitan di berbagai tempat,” tutur Sabar.
Menurut Sabar, jika mobil Esemka terus dikembangkan, peluang usaha juga terbuka bagi SMK dan masyarakat. Nanti di SMK juga bisa dikembangkan layanan purnajual, yakni bengkel untuk perawatan mobil Esemka yang telah dipasarkan ke daerah-daerah.
”Yang penting masyarakat ada kepercayaan bahwa mobil Esemka ini sebagai karya anak bangsa. Sekarang ini, mobil Esemka masih berproses untuk juga nantinya bisa alih teknologi untuk produksi komponen-komponen yang bisa diproduksi di dalam negeri,” ujar Sabar.
Tempat belajar
Bagi guru SMK seperti Dwi Budhi, para murid SMK butuh media untuk bisa praktik dan belajar produksi. Sekolah tidak mampu untuk terus-menerus membeli komponen-komponen untuk bongkar-pasang mobil.
”Namun, dengan terus berjalannya produksi mobil Esemka, murid terlibat praktik yang langsung terkait dengan produksi,” kata Dwi, yang juga tim teknis PT Solo Manufaktur Kreasi.
Selain itu, para murid tidak hanya dapat memahami produksi, tetapi juga bisa belajar kewirausahaan. Kelak murid bisa terinspirasi bahwa untuk menjadi wirausaha di bidang otomotif tidak mesti dimulai pengusaha besar, tetapi juga bisa mulai dengan terlibat dalam produksi komponen-komponen yang jumlahnya puluhan ribu.
Dwi menambahkan, potensi sumber daya manusia Indonesia, terutama alumni SMK otomotif, dapat diandalkan dalam pengembangan industri otomotif di Tanah Air. Sebagian besar alumni SMK otomotif inilah yang mengisi tenaga di industri otomotif.
”Pengembangan mobil nasional itu wilayah pemerintah. Kami tidak berpikir ke sana. Namun, kami harap pemerintah bisa mendukung program-program pengembangan SMK otomotif untuk menghasilkan sumber daya manusia yang baik untuk kelak alih teknologi,” tutur Dwi Budhi. (ELN)
Sumber: Kompas, 11 Februari 2015
Posted from WordPress for Android