Obat Ebola Diuji Coba di Liberia

- Editor

Jumat, 9 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Obat bagi orang terinfeksi virus ebola diuji coba Dokter Lintas Batas (MSF) di Liberia, satu dari tiga negara dengan sebaran ebola terbanyak di Afrika Barat selain Guinea dan Sierra Leone. Antivirus brincidofovir ditargetkan diuji coba kepada 100 pasien sukarela.


Para ilmuwan Universitas Oxford, Inggris, yang memimpin riset berharap hasilnya diketahui beberapa bulan ke depan. Terapi sejenis menggunakan obat yang mirip, favipiravir, dimulai di Guinea Desember 2014. Upaya internasional yang melibatkan WHO, MSF, perusahaan obat, dan organisasi kesehatan bertujuan menemukan terapi yang pas bagi wabah ebola yang telah membunuh lebih dari 8.000 orang. ”Kami mencoba beberapa pendekatan berbeda secara simultan di tengah peluang singkat mengatasi virus selama kejadian luar biasa ini,” kata Prof Peter Horby, salah satu investigator utama dari Universitas Oxford, seperti dikutip BBC News, Rabu (7/1). Brincidofovir dipilih karena efektif melawan sel-sel yang terinfeksi ebola di laboratorium. (BBC/GSA)
——————
Kehamilan Tidak Diinginkan Menguat

Kasus kehamilan tidak diinginkan di Indonesia kian menguat. Kasus terbesar terjadi pada anak dengan usia rata-rata 17 tahun. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jumlah kehamilan tidak diinginkan pada anak dengan rentang usia sekitar 10 tahun mencapai 240.000 kasus atau 4,8 persen dari 5 juta kelahiran per tahun. Kasus kebanyakan menimpa anak di jenjang pendidikan sekolah dasar. ”Tren kehamilan tidak diinginkan ini harus dilakukan antisipasi. Di dalamnya termasuk terjadinya kasus kehamilan yang disebabkan incest (termasuk oleh orangtua kandung terhadap anaknya),” ujar Khofifah saat berkunjung ke Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (7/1). Berdasarkan data Kemensos, kasus kehamilan tidak diinginkan terbanyak terjadi pada umur 17 tahun. Jumlahnya mencapai 2,09 juta atau sekitar 41,8 persen dari rata-rata jumlah kelahiran 5 juta per tahun di Indonesia. Kehamilan tidak diinginkan akan melahirkan anak yang tidak diinginkan. Anak-anak tersebut ditemukan di tempat-tempat tak seharusnya, seperti tempat sampah, saluran air, dan sebagian berakhir di panti asuhan yang dikelola pemerintah ataupun swasta. (NIK)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sumber: Kompas, 9 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB