Karta Pustaka; Pemda Yogyakarta Beli Sebagian Koleksi

- Editor

Jumat, 5 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah rencana penutupan Pusat Kebudayaan Indonesia-Belanda di Yogyakarta, Karta Pustaka, diumumkan, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DI Yogyakarta berencana mengambil alih sebagian buku koleksi lembaga itu. Kebijakan itu guna menyelamatkan buku-buku yang dinilai penting bagi pengembangan kebudayaan.

”Kami sudah berbicara dengan pengelola Yayasan Karta Pustaka dan mereka menyetujui niat kami untuk membeli sebagian koleksi buku yayasan tersebut,” kata Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo, di Yogyakarta, Kamis (4/12).

Yayasan Karta Pustaka berdiri sejak 1968 di Yogyakarta dengan tujuan menjalin persahabatan Indonesia dan Belanda melalui kebudayaan. Awalnya, yayasan itu didirikan sebagai tempat kursus bahasa Belanda antara lain oleh Nyonya E Th Simadibrata-Piontek, budayawan Dick Hartoko, dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) kala itu, Soepojo Padmodipoetro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada masa lalu, Karta Pustaka menjadi ruang bagi para seniman Yogyakarta untuk mengembangkan diri. Namun, pada 2014, pengurus Yayasan Karta Pustaka mengumumkan rencana penutupan lembaga itu karena sudah berhasil menjalankan visi-misinya, yakni terjalinnya hubungan baik Indonesia-Belanda.

Mulai Senin (1/12), ribuan buku koleksi Karta Pustaka dijual kepada masyarakat umum.

Budi menuturkan, Yayasan Karta Pustaka memiliki buku-buku kebudayaan yang penting bagi masyarakat Indonesia. Karena itu, koleksi harus diselamatkan.

”Pengambilalihan koleksi Karta Pustaka oleh BPAD DIY dilakukan agar buku-buku yang bisa berguna untuk anak cucu kita bisa terselamatkan,” ujarnya.

Tidak semua koleksi Karta Pustaka akan diambil alih BPAD DIY. Pengurus yayasan itu menjalin kesepakatan dengan lembaga lain, misalnya Indonesian Visual Art Archive, Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan Jogja Heritage Society, untuk membeli sebagian buku koleksi Karta Pustaka.

Direktur Yayasan Karta Pustaka Anggi Minarni mengatakan, pengambilalihan koleksi buku oleh lembaga lain bertujuan untuk merawat semangat Karta Pustaka. ”Walaupun lembaga ini sudah ditutup mulai 1 Desember 2014, semangatnya tetap hidup karena koleksi buku-buku Karta Pustaka tetap bisa diakses masyarakat,” kata Anggi. (HRS)

Sumber: Kompas, 5 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB