Kemarau Berakhir Awal Oktober

- Editor

Jumat, 19 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

110.000–130.000 Hektar Sawah Terdampak
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau di beberapa tempat di Indonesia berakhir awal Oktober 2014. Selain menangani dampak kekeringan yang saat ini dirasakan masyarakat di sejumlah daerah, masyarakat dan lembaga diharap mengantisipasi potensi bahaya saat musim berganti.

”Kondisi saat ini banyak waduk mengering. Bagaimana mengatasinya. Ini tidak bisa diatasi saat musim kemarau, justru sebelum kemarau datang, seperti mengatur waduk, aliran sungai, dan membuat sumur resapan,” kata Andi Eka Sakya, Kepala BMKG, Kamis (18/9), di Jakarta.

Demikian pula, untuk mengantisipasi musim hujan yang membawa ancaman banjir, sangat diperlukan pembuatan sumur-sumur resapan serta membersihkan sungai dari pendangkalan. Setidaknya, upaya itu masih bisa dilakukan dalam waktu sebulan mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prediksi BMKG, musim hujan akan mulai muncul pada awal Oktober dan November 2014. Saat itu, 72 persen wilayah Indonesia akan mulai diguyur hujan awal.

20140203_092640_gagal-panen-akibat-kemarauAdapun awal musim hujan 2014-2015 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Oktober-November. Wilayah yang lebih dulu masuk musim hujan adalah Sumatera, dari utara ke selatan. Lalu, musim hujan akan terjadi di Jawa dari barat ke timur dan terakhir di Nusa Tenggara Timur.

Awal musim hujan pada Oktober-November terjadi di daerah beriklim monsun, bagian terbesar wilayah Indonesia, seperti selatan Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan Tengah dan Selatan. Sementara di daerah lain bisa mulai terjadi pada bulan-bulan berikutnya.

Gunakan teknologi
Terkait kekeringan yang terjadi saat ini, Andi mengatakan, pihaknya telah mengembangkan aplikasi ”Kekeringan” yang bisa diunduh di Google Play Store pada ponsel cerdas/tablet berbasis Android. Lewat aplikasi itu, BMKG memberikan layanan informasi prakiraan jumlah hari tanpa hujan di berbagai lokasi. Itu bisa dimanfaatkan siapa saja yang sangat bergantung pada prakiraan cuaca.

Berdasarkan aplikasi yang menggunakan peta terbaru 10 September 2014, yang diakses pada Kamis petang, daerah yang diprediksi tidak hujan hingga 60 hari mendatang berada di Sumatera bagian selatan, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Sementara wilayah Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku, dan Papua terlihat hijau atau masih terdapat hujan.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, kemarau saat ini diperkirakan berdampak pada 110.000-130.000 hektar sawah di seluruh Indonesia. Jumlah itu dinilai sangat kecil dibandingkan total 13,5 juta hektar luas areal tanam.

Menurut Haryono, kekeringan yang terjadi saat ini masih terhitung kategori normal. Di daerah yang dilanda kekeringan, seperti Indramayu, Majalengka, Demak, Gunung Kidul, dan Lamongan, masih terdapat curah hujan meski rendah.

”Kekeringan itu dengan curah hujan rendah. Kalau dicek dengan data, sifat hujan berada di atas normal, lebih baik dibandingkan tahun lalu. Kekeringan tahun ini normal saja,” ujarnya.

Berdasarkan angka ramalan (aram) I 2014, produksi pangan nasional diprediksi turun sekitar 1 persen atau menjadi 69,71 juta ton. Prediksi produksi turun karena titik pertanian tertentu di Jabar dan Jateng turun di atas 7 persen. Namun, pada 14 provinsi penghasil beras lainnya justru mengalami kenaikan.

Selain memanfaatkan bantuan teknologi, antisipasi perubahan iklim di berbagai sektor, termasuk pertanian, bisa dilakukan memanfaatkan inovasi pada bidang bioscience dan bioengineering.

Retno Dumilah Esti Widjayanti, Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengatakan, BPPT punya beberapa usulan strategi menghadapi perubahan iklim. Salah satunya mengembangkan sistem informasi radar cuaca dan hujan angin. ”Selama ini, informasi tentang cuaca dan hujan angin yang akurat bisa diakses di internet,” tuturnya. (ICH/A01)

Sumber: Kompas, 19 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 22 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB