Kementerian Lingkungan Hidup menyiapkan kualitas bahan bakar minyak berstandar Euro IV bagi kendaraan bermotor. Di Asia Tenggara, Indonesia bersama Myanmar, Laos, dan Kamboja, yang belum menerapkan standar Euro IV, sedangkan Vietnam mulai menggunakan tahun ini.
Meski terlambat, kebijakan itu dinilai patut didukung karena berimplikasi pada persaingan industri otomotif ataupun perbaikan kualitas lingkungan. ”Kebijakan penggunaan bahan bakar standar Euro IV ini akan diatur dalam Peraturan Menteri,” kata Novrizal Tahar, Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian LH, Rabu (28/5), di Jakarta.
Bensin dan solar Euro IV punya kandungan sulfur kurang dari 50 bagian per juta (ppm). Sejak Agustus 2013, bahan bakar untuk sepeda motor menggunakan standar Euro III, sedangkan mobil Euro II dengan kandungan sulfur di atas 100 ppm. Adapun Singapura sudah menggunakan bahan bakar Euro V dengan kandungan sulfur 10 ppm.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di Indonesia, solar bersubsidi memiliki kandungan sulfur hingga 3.500 ppm, sedangkan solar nonsubsidi sekitar 200 ppm.
Peningkatan kualitas bahan bakar menjadi Euro IV disepakati dalam Mutual Recognition Agreement ASEAN yang pada 2012 memulai standar Euro IV dan pada 2016 seluruh ASEAN menerapkannya.
Kandungan sulfur pada sarana transportasi memengaruhi kualitas kesehatan manusia dan lingkungan. Sebanyak 90 persen pencemaran udara di perkotaan disebabkan emisi transportasi.
Akibat paparan karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, sulfur oksida, dan materi pencemar lain muncul berbagai penyakit. Itu memicu berbagai penyakit pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut. Laporan Program Lingkungan PBB (UNEP 2012), pencemaran udara di Jakarta merenggut biaya kesehatan Rp 38,4 triliun.
Secara terpisah, Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Nasional Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, mengatakan, peningkatan kualitas bahan bakar Euro IV tak hanya menguntungkan kualitas lingkungan. ”Dari sisi ekonomi, produksi otomotif yang menggunakan standar Euro IV di Indonesia akan mampu menembus ekspor,” ujarnya. (ICH)
Sumber: Kompas, 30 Mei 2014