Di Era 4.0, Prodi Sains Masih Kurang Diminati

- Editor

Kamis, 4 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam revolusi industri 4.0, pesatnya perkembangan teknologi membutuhkan dukungan ilmu sains teknologi. Namun, faktanya minat calon mahasiswa ke bidang ini masih kurang.

Minat mahasiswa untuk mendalami bidang sains dan teknologi lebih kecil dibandingkan sosial dan humaniora. Meskipun program studi sains teknologi di perguruan tinggi tumbuh, namun jumlah mahasiswanya tak sebanyak program studi sosial humaniora. Padahal, dalam revolusi industri 4.0 ini, perkembangan teknologi yang pesat membutuhkan dukungan keilmuan sains teknologi.

Merujuk dari paparan tentang Arah kebijakan, Strategi, dan Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tinggi Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024 dari Bappenas, sejak 2010 ada tren program studi sains teknologi (prodi saintek) meningkat. Di tahun 2021, komposisi prodi saintek 43 persen dan sosial humaniora (soshum) 57 persen dari total 29.618 prodi. Namun, untuk program S1/D4 soshum, jumlah mahasiswanya mencapai 67,9 persen, sedangkan saintek hanya 32,1 persen. Sementara itu, di jenjang S2/S2 terapan hingga S3 juga jumlah mahasiswa prodi soshum juga lebih banyak dibanding saintek. Dari seluruh jenjang perguruan tinggi, hanya diploma 1-3 dan profesi yang jumlah mahasiswa sainteknya lebih tinggi dibanding soshum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Bidang Kemahasiswaan yang juga Pembantu Rektor 3 Universitas Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur Siprianus Suban Garak mengatakan, tahun ini pun calon mahasiswa Undana lebih banyak memilih prodi soshum. “Ini berlangsung setiap tahun,” kata dia, Kamis (16/6/2021).

Menyadari pentingnya menyediakan sumber daya manusia yang dapat mengoptimalkan tantangan revolusi industri untuk kebaikan umat manusia, sejumlah perguruan tinggi negeri membuka program saintek baru. Revolusi industri keempat saat ini dipenuhi kemajuan teknologi dalam otomatisasi, robotika, big data, internet, dan kecerdasan buatan yang membutuhkan penguasaan saintek.

Buka prodi baru
Rektor Universitas Airlangga Mochamad Nasih mengatakan, Unair membuka lima prodi baru yakni teknik industri, teknik elektro, rekayasa nanoteknologi, teknik robotika dan kecerdasan buatan, serta teknik sains data.

Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Mochamad Ashari mengatakan, tahun ini ITS membuka dua prodi baru yakni teknik lepas pantai dan teknik pangan untuk menjawab tantangan masa depan. Di ITS, prodi saintek terfavorit yakni teknik informatika, lalu teknik elektro dan teknik mesin.

Kepala Bidang Humas Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Ratna Permata Sari menilai, banyaknya jumlah mahasiswa prodi soshum dibanding saintek terjadi karena prodi soshum bisa menerima lulusan SMA dari jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maupun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sementara itu, kebanyakan prodi sains tidak bisa menerima lulusan SMA dari jurusan IPS.

“Kalau di UII biasanya ada tiga pilihan saat tes masuk. Nah lulusan SMA dari IPA itu biasanya pilihan pertamanya prodi sains, tapi pilihan kedua dan ketiganya prodi sosial. Prodi-prodi sosial itu kan bisa nerima dari jurusan IPA sehingga yang kuliah di prodi sosial biasanya banyak,” ungkap Ratna.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Djagal Wiseso Marseno, mengatakan, tahun ini ada 2.069 calon mahasiswa yang lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di UGM dan sebanyak 1.440 orang di antaranya diterima di saintek. Peminat terbanyak adalah Farmasi, Kedokteran, Teknologi Informasi, Teknik Sipil, dan Ilmu Komputer. Sama seperti di universitas lain pada umumnya, jumlah mahasiswa prodi sains di UGM juga lebih sedikit dibanding soshum.

Meningkat
Meski peminat prodi soshum masih mendominasi, namun tren kenaikan minat calon mahasiswa ke prodi sains mulai tampak. Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Rina Indiastuti mengungkapkan, di Unpad, prodi yang dekat dengan dunia digital seperti teknik informatika dan bisnis digital cukup diminati dan memiliki persaingan yang tinggi.

“Kami melihat ada kebutuhan di dunia digital sehingga prodi bisnis digital dan teknik informatika diserbu calon mahasiswa. Bisnis digital bahkan menjadi program dengan peminat yang terus meningkat padahal baru tiga tahun dibentuk,” ujarnya.

Direktur Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Tatang Muttaqin mencontohkan, ketika Indonesia hendak mengembangkan energi baru dan terbarukan, maka ahli dan peneliti yang menghasilkan riset harus tersedia. Dan, ketika sudah diimplementasikan, maka dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak di bidang vokasi, juga soshum seperti pemasaran.

“Jadi harus membangun ekosistem dari saintek yang bisa menghasilkan inovasi dan produk, lalu menggerakkan juga keterlibatan prodi lain,” kata Tatang.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengatakan, sejak 15 tahun lalu, perguruan tinggi didorong memperkuat sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) karena dunia industri membutuhkan fondasi keilmuan saintik. Ada kompetensi spesifik yang dikuasai dengan mendalami prodi saintek. Sebagai contoh, ahli teknik kimia tidak bisa dari lulusan sastra.

Menurut Nizam, dengan kebijakan Kampus Merdeka, maka kolaborasi multidisiplin ilmu semakin dibutuhkan. Mahasiswa saintek misalnya, mereka tak lagi kaku dalam berkomunikasi karena bisa menambah kompetensi komunikasi. Sebaliknya, mahasiswa soshum juga bisa mengambil ilmu teknik, misalnya untuk bekal terjun di bidang pemasaran teknik. (ELN/HRS/BRO/KOR)

Oleh TIM KOMPAS

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 18 Juni 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB