Media Sosial; Gaul di ”Online” Sekaligus Peduli Sekitar

- Editor

Jumat, 17 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BERAPA media sosial alias medsos yang kamu punya? Setiap pagi bangun tidur, apakah kamu langsung mengecek ”update” terbaru medsos kamu? Kehidupan sehari-hari kita memang tak bisa dilepaskan dari medsos. Eits, tetapi kita harus tetap memedulikan sekitar ”loh”. Jangan sampai kita gaul di ”online”, tetapi cuek dengan orang-orang di sekitar.

Segala hal yang kita lakukan, seperti mengungkapkan perasaan sedih atau senang, dan mengomentari status orang lain, bisa dilakukan di Facebook dan Twitter. Jika ingin melontarkan pertanyaan remeh temeh, atau kalimat apa saja dengan ditambahi tanda tanya bisa dilakukan di ask.fm.

Nah, kalau di Path dan Instagram, kita bisa mengunggah foto-foto narsis. Kayaknya, lengkap banget ya yang bisa kita lakukan dengan medsos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

MuDaers yang ingin tetap eksis pasti akan membuat akun medsos sebanyak-banyaknya. Misalnya, sewaktu booming ask.fm, sebagian besar remaja mempunyai akun yang bisa bertanya dan menjawab ini.

Pertanyaan seperti ”Apa es krim favoritmu?”, ”Apa yang akan kamu tanam di taman khayalanmu?” dan yang paling sering muncul adalah ”Describe me, pleasee”. Jawabannya pun bisa ngasal. Misalnya, pertanyaan ”Pake sampo apa?” dijawabnya ”Karbol”.

Pokoknya, selama bisa eksis di dunia maya, enggak peduli apakah itu masuk akal atau enggak. Asalkan kita jangan menyakiti perasaan orang lain aja ya….

Peningkatan perangkat teknologi dan penggunaannya sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pew Internet & American Life Project pada Maret 2013 tentang remaja dan teknologi.

Riset terhadap 802 remaja usia 12-17 tahun pada 2012 itu bisa diunduh dalam laman hyperlink http://www.pewinternet.org. Situs itu menunjukkan, sebanyak 78 persen remaja memiliki telepon seluler (ponsel) dan 47 persen di antaranya ponsel pintar.

Ini berarti 37 persen dari seluruh remaja itu punya ponsel pintar, atau meningkat dari 23 persen tahun 2011. Laporan itu juga menunjukkan, konektivitas bergerak mutakhir diwakili oleh remaja dan bakal menjadi pola yang memberikan pertanda bagi perubahan pada masa depan masyarakat.
Eksistensi diri

Siswa SMA Negeri 34 Jakarta, Putri Rahayu, mempunyai akun di Facebook, Twitter, Path, Instagram, Plurk, dan ask.fm. Selain itu, Putri juga punya blog dan akun di Youtube. Belum lagi ditambah chatroom di Line, Skype, dan Whatsapp.

”Semua itu untuk komunikasi aku sama teman, ketemu teman lama dan baru. Juga media buat ngestalk (memata-matai) orang-orang yang suka eksis di medsos, selain itu, aku pengin pamer juga, he-he-he,” kata Putri.

Setiap pagi, bangun tidur, dia langsung memegang gadget-nya untuk mengetahui kabar terbaru dan update status teman-temannya.

”Udah jadi rutinitas, kalau bangun tidur langsung ngecek timeline, pengin tahu kabar terbaru. Biasanya aku memang mencari berita lewat Twitter, bukan dari website-nya,” ujarnya.

Meski kadang-kadang suka merasa serba salah di medsos, Putri tetap setia dengan medsos yang dimilikinya.

”Aku pernah twitwar gara-gara salah pengertian. Pernah juga unfollow teman-teman yang berisik di timeline, tetapi jadinya malah dianggap sombong, dibilang sok badai dan lainnya. Nah, kalau di ask.fm, itu medsos serba salah kayaknya. Kadang-kadang muncul pertanyaan anonim yang menyinggung perasaan,” cerita Putri.

Mencari follower sebanyak-banyaknya, atau kasih pertanyaan sendiri di ask.fm, dilakukan sebagian pegiat medsos biar dibilang eksis.

”Kalau follower sedikit dibilang enggak ada teman, friend sedikit dibilang cupu, kalau likes dikit dibilang enggak bijak. Wah, pokoknya seru banget deh dunia medsos,” kata Putri, yang menggunakan fasilitas report as spam untuk menghindari bullying di medsos.

Di sisi lain, siswa SMA Negeri 112 Jakarta, Oktavirani, senang jika ada yang memberinya pertanyaan di ask.fm. Kadang Okta juga bertanya kepada teman-temannya yang sudah dikenal atau baru dikenalnya.

”Setiap hari aku pasti buka medsos. Kalau membuka medsos, aku bisa berjam-jam. Medsos lebih menarik daripada yang lainnya,” ujar Okta.

Berbeda dengan Putri dan Okta, Siswa SMA Negeri 2 Tangerang Selatan, Anisah Khairiyyah, memilih untuk tidak mempunyai banyak medsos. Dia setia dengan Facebook dan Twitter. ”Ah malas punya banyak medsos, nanti malah enggak terurus,” kata Nisa, panggilan Anisah.

Dia juga tidak setiap hari membuka medsos yang dimilikinya. ”Paling hanya sesekali kalau aku ingin tahu bagaimana kabar teman-teman lewat status mereka,” ujarnya.
Interaksi sosial ”offline”

Pakar strategi media digital, Nukman Luthie, mengatakan, kehidupan remaja yang dekat dengan dunia digital tak bisa dihindarkan. Mereka yang lahir di dunia teknologi informasi yang semakin canggih tidak perlu proses belajar untuk eksis di media sosial. Semuanya tersedia dan bisa dipelajari dengan mudah.

”Pengguna terbesar sosial media adalah remaja. Apalagi sekarang, dengan ponsel murah, semua orang bisa mengakses medsos. Penawaran operator seluler yang menyediakan biaya murah internet semakin menggiurkan remaja,” kata Nukman.

Lewat medsos, menurut dia, remaja bisa mengekspresikan kreativitasnya dengan segala macam cara. ”Di medsos bukan hanya berkomunikasi dengan teman-teman, mereka juga bisa menunjukkan siapa mereka, apa saja kegiatan yang dilakukannya,” ujarnya.

Nukman meringkas arti medsos bagi remaja dengan tiga kata, yaitu: eksistensi, komunikasi, dan identitas diri. ”Mereka enggak perlu omong gue siapa, tinggal melihat di status mereka saja. Mau memamerkan karya fotonya bisa melalui Instagram, mengunggah video lewat Youtube, atau ingin suaranya didengarkan orang lain, mereka unggah di SounCloud. Semuanya bisa dipelajari dengan mudah,” kata Nukman.

Eksistensi di dunia online, ujar Nukman, sebaiknya juga diimbangi dengan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. ”Jangan tinggalkan offline-nya,” ujarnya.

Peran orangtua diharapkan bisa mengingatkan anaknya yang aktif di medsos. ”Remaja tak boleh tercerabut dari dunia offline. Misalnya, batasi penggunaan ponsel jika berkumpul dengan keluarga. Tetapi, orangtua juga jangan terlalu banyak melarang mereka, tak boleh ini-itu karena berekspresi di dunia digital juga penting,” kata Nukman.

Nah, sudahkah kita menyapa orang di sebelah? Ayo, jangan hanya memandangi gadgdet kita, tak ada salahnya sesekali menyapa dan mengobrol langsung. (SUSIE BERINDRA)

Sumber: Kompas, 17 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB