Wabah Korona Tak Menunda Rencana China ke Mars

- Editor

Selasa, 17 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

In this image provided on Jan. 3, 2019, by China's Xinhua News Agency, a simulated landing process of Chang'e-4 lunar probe is seen through the monitor at Beijing Aerospace Control Center in Beijing. A Chinese spacecraft on Thursday, Jan. 3, 2019, made the first-ever landing on the far side of the moon, state media said. (Jin Liwang/Xinhua News via AP)

In this image provided on Jan. 3, 2019, by China's Xinhua News Agency, a simulated landing process of Chang'e-4 lunar probe is seen through the monitor at Beijing Aerospace Control Center in Beijing. A Chinese spacecraft on Thursday, Jan. 3, 2019, made the first-ever landing on the far side of the moon, state media said. (Jin Liwang/Xinhua News via AP)

Wabah penyakit Covid-19 yang disebabkan virus korona baru tak menyurutkan niat China menjelalah antariksa menuju Planet Mars. Misi itu sekaligus menandai 100 tahun Partai Komunis China.

Di tengah serangan wabah Covid-19, penyakit yang disebabkan virus korona (corona) baru, Pemerintah China tak mengendurkan niat mereka melakukan misi luar angkasa ke Mars yang dijadwalkan Juli 2020. Padahal, sejumlah negara lain menunda rencana ke Mars.

AFP/STR–Pekerja medis (kanan) memeriksa pasien yang pulih dari Covid-19 yang disebabkan virus korona baru saat mereka tiba untuk dites ulang di rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (14/3/2020). China melaporkan 11 infeksi baru virus korona pada Sabtu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Laporan dari sejumlah media Pemerintah China, yang dikutip Nature pada 13 Maret 2020, menyebutkan, wabah korona itu tidak akan memengaruhi peluncuran misi luar angkasa pada Juli mendatang. ”Peluncuran ini sangat penting secara politis sehingga mereka akan mewujudkannya,” kata Raymond Arvidson, ahli geologi planet dari Universitas Washington di St Louis, Missouri, yang telah terlibat dengan beberapa misi Mars AS.

”Seratus tahun berdirinya Partai Komunis China akan jatuh pada tahun 2021, dan peluncuran yang sukses akan menjadi hadiah ulang tahun ke-100,” kata Wang Chi, fisikawan ruang angkasa dan Direktur Jenderal Pusat Ilmu Luar Angkasa Nasional (NSSC) di Beijing, yang bertanggung jawab atas muatan ilmiah yang terlibat dalam misi.

Dua tim internasional lainnya juga merencanakan peluncuran ke Mars pada Juli nanti. NASA berencana meluncurkan misa bersama Perseverance, dan Uni Emirat Arab akan mengirimkan penyelidikan yang disebut Hope. Sementara itu, Badan-badan antariksa Eropa dan Rusia berencana mengirim penyelidikan ke Mars tahun ini, tetapi baru-baru ini mengumumkan peluncuran akan ditunda dua tahun lagi, sebagian karena pandemi virus korona.

In this image provided on Jan. 3, 2019, by China’s Xinhua News Agency, a simulated landing process of Chang’e-4 lunar probe is seen through the monitor at Beijing Aerospace Control Center in Beijing. A Chinese spacecraft on Thursday, Jan. 3, 2019, made the first-ever landing on the far side of the moon, state media said. (Jin Liwang/Xinhua News via AP)

JIN LIWANG/XINHUA/AP–Simulasi saat wahana pendarat Chang’e-4 mendarat di permukaan Bulan dipertontonkan di Pusat Kendali Antariksa Beijing, China. Wahana Chang’e-4 menjadi teknologi manusia pertama yang mendarat di bagian belakang Bulan, Kamis (3/1/2019).

Tetap di jalur
Misi luar angkasa China, yang disebut Huoxing, akan mencakup pengorbit, pendarat, dan penjelajah ini memiliki 13 muatan ilmiah, termasuk beberapa kamera, pencitra radar bawah permukaan dan penganalisis partikel, serta magnetometer dan detektor medan magnet. Tujuan ilmiah misi ini termasuk mempelajari morfologi Mars, geologi, serta distribusi tanah dan air es.

Wang mengatakan, wabah korona telah memengaruhi cara kerja timnya, tetapi belum menyebabkan penundaan. Beberapa hari lalu, tim harus memindahkan enam muatan ilmiah untuk pengorbit dari Beijing ke Shanghai, tempat mereka akan berkumpul.

Untuk membatasi kontak fisik antarkaryawan, NSSC mengeluarkan kebijakan kerja fleksibel yang memungkinkan para peneliti dan insinyur datang ke kantor hanya pada pagi hari atau sore hari. Ilmuwan dasar dapat bekerja dari rumah. ”Kami hanya ingin mengurangi populasi di pusat,” kata Wang.

Perjalanan telah diminimalkan, tetapi para peneliti yang perlu mengunjungi NSSC untuk pengujian proyek penting dapat memperoleh persetujuan untuk menginap di kamar-kamar pusat layanan tanpa mengarantina diri selama dua minggu yang diperlukan. ”Karena ini adalah proyek nasional besar, biasanya kantor pemerintah setempat memberi kita lampu hijau,” kata Wang.

Lebih dari 20 tim peneliti dan sekitar 70 ilmuwan di seluruh China terlibat dalam pengembangan instrumen kerajinan dan penyelidikan ilmiah, kata Wang. Untuk memastikan komunikasi di antara tim ini selama wabah korona, evaluasi teknis telah dilakukan melalui pertemuan virtual.

”Dampak lain wabah itu adalah bahwa tidak ada tamu yang akan diizinkan untuk menghadiri peluncuran pada Juli,” kata Wang.

Oleh AHMAD ARIF

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 16 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB