Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi

- Editor

Kamis, 3 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sirkuasi eddy atau pusaran angin yang kuat muncul di Kepulauan Natuna. Selain memicu gelombang tinggi, fenomena ini juga meningkatkan peluang hujan di sejumlah daerah di Indonesia.

Sirkuasi eddy atau pusaran angin yang kuat muncul di Kepulauan Natuna. Selain memicu gelombang tinggi, fenomena ini juga meningkatkan peluang hujan di sejumlah daerah di Indonesia.

Peringatan dini cuaca yang dikeluarkan Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKG) R Mulyono Rahadi Prabowo di Jakarta, Rabu (2/10/2019), menyebutkan, saat ini terdapat pusaran angin memusat atau sirkulasi eddy di Laut Natuna. Selain itu juga terjadi konvergensi angin yang memanjang dari Sumatera Selatan hingga Riau, dari Sulawesi Tenggara hingga Kalimantan Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Sejumlah wisatawan bermain air di Pantai Baron, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (30/6/2019). BMKG telah memperingatkan pada Rabu (2/10), sejumlah perairan Indonesia akan mengalami gelombang tinggi hingga tiga hari ke depan karena munculnya sirkulasi eddy di Natuna.

Daerah belokan angin terdapat di wilayah Laut Natuna dan Kalimantan bagian Utara. Dengan dinamika ini, menurut Rahardi, beberapa daerah yang berpotensi dilanda hujan lebat pada Kamis (3/10) di antaranya Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir berpeluang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Papua, dan Papua Barat.

Untuk Jumat (4/10), hujan lebat berpeluang terjadi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah. Sedangkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir berpeluang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Papua dan Papua Barat.

Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, pada tanggal 29 September 2019 terbentuk siklon Mitag di Samudera Pasifik Barat. Namun, saat ini siklon sudah bergerak semakin ke utara ke Semenanjung Korea menuju Jepang.

Menurutu Siswanto, sekalipun tidak berdampak langsung ke Indonesia, siklon ini turut membentuk jalur konvergensi angin di Sumatera Utara, Kalbar, Kalteng bagian Utara, Sulawesi bagian utara, dan Papua barat. Sebagai respon terhadap pusat pusarannya dapat menambah potensi hujan di wilayah tersebut.

Gelombang tinggi
Kepala Bidang Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari timur ke selatan dengan kecepatan 4 – 15 knot, sedangkan di wilayah selatan Indonesia bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 4 – 30 Knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian timur, Perairan barat Sulawesi Selatan, Perairan Yos Sudarso Perairan Merauke, dan Laut Arafuru bagian timur. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.

Sejumlah perairan diperkirakan akan mengalami gelombang tinggi. Sumber: BMKG

Menurut pantauan BMKG, sejumlah wilayah Indonesia juga berpotensi dilanda gelombang tinggi. Perairan dengan gelombang setinggi setinggi 2,5 meter (m) hingga 4 meter adalah sekitar Pulau Enggano, Samudera Hindia barat hingga Lampung, Samudera Hindia selatan Jawa, dan perairan Selatan Banten. Gelombang setinggi ini tidak direkomendasikan untuk kapal nelayan, kapal tongkang maupun kapal fery.

Eko Prasetyo mengatakan, gelombang tinggi di sejumlah perairan ini tidak dipengaruhi oleh siklon tropis Mitag, tetapi lebih dipengaruhi oleh sirkulasi eddy di Laut Natuna. “Posisi siklon Mitag menjauh dari perairan Indonesia, jadi tidak berdampak pada perairan kita,” kata Eko.

Oleh AHMAD ARIF

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 3 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB