Berbagai Efek Biologi oleh Ultrasonik

- Editor

Minggu, 26 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ultrasonik adalah suatu gelombang suara dengan frekuensi di atas 20 kilohertz (kHz), jadi bukan sebagai radiasi pengion (seperti sinar-X). Sedangkan gelombang suara yang dapat kita dengar berfrekuensi antara 20Hz dan 20 kHz. Ultrasonik dibuat pertama kali dengan piezoelectric transducer oleh Helmholtz seorang ahli fisika gelombang pada abad 19.

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pemanfaatan ultrasonik dalam bidang kedokteran. Misalnya untuk diagnosa, berkas ultrasonik dipancarkan ke dalam tubuh pada daerah yang diinginkan. Sebagai gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke permukaan tubuh. Karena struktur dalam tubuh kita tidak homogen, maka gelombang pantulnya juga tidak homogen. Sinyal-sinyal geIombang pantul tersebut, setelah diolah oleh seperangkat peralatan elektronik, selanjutnya dItayangkan pada layar monitor. Dengun prinsip ini, struktur bagian dalum tubuh dapat dilihat dan diamati tanpa harus operasi.

Penggunaan USG di Indonesia saat ini suduh menjamur (Kompas, 2 September 1990), bahkan klinik-klinik swasta pun telah banyak memanfaatkannya. Kecanggihan peralatan modern ini memang tak diragukan lagi. Apalagi denagn ditunjang kemajuan pesat dalam bidang computer, hal ini semakin menambah kecanggihan USG.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

USG dengan menggunakan azas efek Doppler dapat digunakan untuk “real time imaging”, seperti untuk melihat fungsi krja jantung ataupun aliran darah. Data yang telah diambil kemudian dapat disimpan dalam disket-disket kecil yang sewaktu-waktu dapat dibuka kembali. Hal ini tentu akan memberikan ketepatan dalam diagnosa, karena seorang dokter dapat dengan tenang melihat dan mengamati hasil rekaman tadi.

Akan tetapi, kita tentu setuju bahwa setiap aksi akan menimbulkan suatu akibat. Pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah apakah diagnosa USG juga akan menimbulkan efek sampingan pada pasien. Karena, seperti yang disebutkan dalam National Council on Radiation Protection and Measurements (NCRP Report No. 74), Bethesda (AS), dokter-dokter tidak pernah melaporkan adanya efek terhadap pasien akibat USG dan selalu mengatakan bahwa USG adalah “bebas risiko”.

Bagaimanapun juga, belum pernah ada bukti-bukti bahwa USG betul-betul bebas risiko. Walaupun kecil sekali kemungkinannya, risiko tersebut akan menjadi penting dan berarti jika melibatkan bnnyak orang, karena mengingat semakin populemya USG khususnya untuk mungetahui perkembungan janin waktu kehamilan.

Sifat-sifat fisik ultrasonik memang berbeda dengan sinar-X. Sinar-X dapat merambat di udara dan menembus jaringan tubuh. Sedangkan ultrasonik tidak dapat merambat dari udara ke jaringan tubuh, sehingga sama sekali tidak membahayakan apabila sumber ultrasonik tidak menempel tubuh.

Efek biologi dari ultrasonik pertama kali ditemukan pada kapal yang menggunakan SONAR (Sound Navigation and Ranging). Ikan-ikan kecil dan binatang-binatang laut di sekitar transducer (pemancar ultrasonik) mati. Hasil-hasil pengamatan lebih lanjut oleh dua peneliti Barat (Wood dan Loomis) menunjukkan bahwa ultrasonik dengan frekuensi 300 kHz selama beberapa menit dapat membunuh ikan-ikan kecil, katak, serta dapat merusak spirogyra.

Efek biologi
Berbagai efek biologi dari ultrasonik saat ini tengah diselidiki secara intensif di negara-negara Barat. Secara fiisik, ada tiga jenis akibat ultrasonik. Yaitu efek mekanik, termik dan cavitasi.

Efek mekanik dapat berupa tekanan maupun getaran yang dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam sistem biologi. Efek termik disebabkan oleh karena konversi tenaga mekanik yang diserap oleh medium menjadi tenaga panas, sehingga suhu naik.

Kemudian telah ditemukan bahwa ultrasonik dapat menimbulkan gelembung-gelembung gas (cavitasi) dalam cairan. Apabila gelembung-gelembung tersebut terjadi dalam darah dan terangkut sumpai ke jarigan-jaringan penting, seperti otak misalnya, tentu akan dapat menimbulkan akibat lebih serius. Neppiras, dalam Physics Report 61, melaporkan bahwa cavitasi juga dapat menimbulkan radikal bebas (ion tanpa pasangan) yang mempunyai toksisitas tinggi dan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan kimiawi.

Karena ibu-ibu semakin gemar, pada saat kehamilan, memeriksakan kandungannya dengan USG, maka perhatian para ilmuwan kini tertuju pada bayi-bayi yang sebelum lahir telah mendapatkan paparan ultrasonik. Di Amerika Serikat, hampir 50 persen bayi telah mendapatkan paparan ultrasonik sebelum Iahir. Sejauh ini belum ditemukan abnormalitas pada anak-anak akibat USG. Akan tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ, mereka terus giat melakukan penelitan tentang kemungkinan-kemungkinan efek tak terlihat (seperti perubahan kimiawi kecil), efek tertunda (kanker), dan berbagai efek genetik.

Penyelidikan terhadap hewan-hewan percobaan terus dilakukan. Curto, dalam “Ultrasound in Medicine”, telah mendapatkan bahwa kematian fetus pada tikus hamil menimbulkan akibat paparan ultrasonic, frekuensi 1 megahertz intensitas 0,12 watt/cm2 selama 3 menit.

Dalam kaitannya dengan efek USG ini dan sehubungan dengan semakin banyaknya penggunaan USG untuk diagnosa, serta untuk mengurangi kemungkinan resiko sekecil mungkin, maka NCRP menganjurkan agar penggunaan USG dilakukan sebijaksana mungkin dengan mempertimbangkan perbandingan “untung-rugi” dan mengkonsultasikannya dengan pasien.

Sumber: Kompas, tanpa diketahui tanggal terbit

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 43 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB