Laut di Eropa Pegang Peranan

- Editor

Jumat, 1 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebuah studi internasional baru menemukan meridional overturning circulation (MOC) Atlantik didorong air pendingin di sebelah barat Eropa. Temuan ini berbeda dengan temuan metode sebelumnya bahwa fenomena sirkulasi laut berada di Laut Labrador, Kanada.

MOC merupakan sistem arus besar – seperti sabuk konveyor – digerakkan oleh perbedaan suhu dan kadar garam/kepadatan air. Ketika arus dan angin membawa air laut bersuhu hangat dari perairan tropis mengalir ke perairan di utara yang dingin, maka air mendingin dan terjadi penguapan.

WHOI MEDIA/CAROLINA NOBRE, Sebuah studi internasional baru menemukan meridional overturning circulation (MOC) Atlantik, didorong air pendingin di sebelah barat Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ini meningkatkan konsentrasi garam pada air laut yang bersuhu dingin. Kondisi air seperti ini membuat air laut menjadi lebih padat sehingga tenggelam ke kedalaman. Air ini perlahan-lahan menyebar ke selatan melalui arus Irminger dan cekungan Iceland.

Air ini akhirnya tiba kembali di perairan tropsi dan akhirnya ditarik kembali ke permukaan menghangat dalam proses yang disebut upwelling. Sirkulasi global ini berlangsung terus sehingga panas dan energi didistribusikan ke seluruh bumi sehingga berkontribusi pada iklim saat ini.

Dalam permodelan terbaru, sebagian besar overturning (jungkir balik/pembalikan) variabilitas terjadi bukan di Laut Labrador di Kanada (seperti studi permodelan sebelumnya), tetapi di wilayah antara Greenland dan Scotlandia.

Proses pembalikan di bagian timur laut ini tujuh kali lebih besar daripada di Laut Labrador. Diperkirakan, aktivitas alam ini menyumbang 88 persen total varian yang didokumentasikan di seluruh Atlantik Utara selama 21 bulan penelitian tersebut (Agustus 2014 – April 2016).

“Temuan-temuan ini, yang tidak terduga, dapat membantu para ilmuwan memprediksi dengan lebih baik perubahan apa yang mungkin terjadi pada MOC dan apa dampak iklim dari perubahan itu,” kata Susan Lozier, peneliti dari Duke University pada Sciencedaily, 31 Januari 2019.

Prediksi iklim
Hasil risetnya bersama peneliti-peneliti lain itu dimuat dalam jurnal Science berjudul A Sea Change in Our View of Overturning – First Results from the Overturning in the Subpolar North Atlantic Program.

“Untuk membantu prediksi iklim di tahun-tahun dan dekade mendatang, kita perlu tahu di mana pembalikan yang dalam ini sedang terjadi dan apa yang menyebabkannya bervariasi,” kata Lozier, yang memimpin studi internasional ini.

“Pembalikan membawa sejumlah besar karbon antropogenik jauh ke dalam lautan, membantu memperlambat pemanasan global,” kata rekan penulis, Penny Holliday dari National Oceanography Centre di Southampton, Inggris. Ia pun menyebut waduk terbesar karbon antropogenik ini berada di Atlantik Utara.

“Pembalikan juga membawa panas tropis ke utara,” kata Holliday, Artinya, perubahan apa pun bisa berdampak pada gletser dan es laut di Kutub Utara. Karena itu sangat penting memahami peristiwa alam yang terjadi, dan apa yang mungkin terjadi di tahun-tahun mendatang.

Kolaborasi 16 lembaga dalam riset ini sangat dibutuhkan. Ini karena penelitian tersebut mengukur sirkulasi di subkutub Atlantik Utara yang membutuhkan pendekatan oleh banyak pihak.

Makalah ini hasil pertama dari dana penelitian sebesar 32 juta dollar di fase lima tahun awal dari proyek penelitian OSNAP (Overturning in the Subpolar North Atlantic Program). Dalam riset ini para ilmuwan menggunakan peralatan yang ditambatkan dan mengapung di bawah permukaan di Atlantik Utara untuk mengukur pembalikan air laut dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkannya bervariasi.

“Sebagai ilmuwan, menarik untuk mengetahui bahwa ada lebih banyak potongan teka-teki terbalik daripada yang kita pikirkan,” kata rekan penulis Johannes Karstensen dari GEOMAR Helmholtz Center for Ocean Research Kiel, di Jerman.

“Meskipun pembalikan di Laut Labrador lebih kecil dari yang kami harapkan, kami telah belajar bahwa cekungan ini memainkan peran besar dalam mengangkut air tawar dari Kutub Utara,” kata Karstensen. Lebih lanjut, ia mengatakan pengukuran berkelanjutan di cekungan itu akan semakin penting karena Arktik berubah secara tak terduga.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 1 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB