Suharyo Sumowidagdo, Menyelisik Awal Mula Alam Semesta

- Editor

Kamis, 29 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Terlibat dalam pencarian partikel Higgs Boson di Laboratorium CERN.

Tak ada peralatan khas laboratorium di ruang kerjanya. Jangan berharap pula melihat jas putih panjang atau kacamata anti-radiasi. Di ruang kerja Suharyo Sumowidagdo, peneliti fisika partikel di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hanya ada seperangkat komputer.

Penelitian fisika partikel, menurut Suharyo, tak bisa dikerjakan sendirian. Para peneliti biasanya berkumpul untuk melengkapi peralatan dan mengolah data. “Saya mengolah data hasil kolaborasi dengan ilmuwan lain,” kata pria yang akrab disapa Haryo ini saat ditemui di Pusat Penelitian Fisika LIPI, Serpong, pekan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Haryo, 42 tahun, merupakan lulusan program sarjana dan master dari Jurusan Fisika Universitas Indonesia. Setelah menamatkan program doktoral di Florida State University pada 2008, dia direkrut sebagai anggota tim eksperimen Large Hadron Collider (LHC) pada Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN). Di sana, Haryo terlibat dalam perburuan partikel Higgs Boson yang sering dijuluki God Particle.

Penemuan partikel Higgs Boson pada 2012 disambut antusias fisikawan dunia. Partikel ini dipandang penting karena memberikan massa kepada materi. Massa adalah kunci pembentukan alam semesta yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Adapun gravitasi terjadi karena partikel memiliki massa.

Perburuan Higgs Boson di laboratorium CERN dilakukan lewat dua eksperimen, yaitu Compact Muon Solenoid (CMS) dan A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS). Haryo turut membuat peranti sistem kendali bagi detektor CMS yang tertanam 100 meter di bawah tanah.

Haryo menekuni fisika partikel eksperimental setelah menempuh program doktoral. Sebelumnya, ia lebih banyak mempelajari fisika partikel teoretis. Dua bidang itu saling melengkapi meski berbeda metode kerjanya. Fisikawan partikel teoretis membuat formulasi teori baru atau perhitungan matematis yang rumit. Sedangkan fisikawan partikel eksperimental mencari keberadaan partikel atau mengukur sifatnya.

Kini, Haryo bergabung dalam tim A Large Ion Collider Experiment (ALICE), masih bagian dari CERN. Dia mengerjakan eksperimen quarkgluon plasma. Eksperimen ini mempelajari keadaan materi yang terbentuk pada suhu atau kepadatan sangat tinggi (quantum chromodynamics). “Sederhananya sama seperti materi yang tercipta ketika alam semesta baru terbentuk,” ujarnya.

Haryo juga meneliti beberapa topik baru yang berkaitan dengan fisika partikel. Salah satunya pengembangan proton beam (berkas proton). Ia berharap hasil risetnya bisa dipakai untuk menghitung dosis terapi kanker yang saat ini masih menggunakan berkas elektron.

Ide lainnya, Haryo ingin menciptakan detektor muon tomography yang bisa dimanfaatkan para arkeolog untuk memetakan situs arkeologi. Detektor tersebut memanfaatkan sinar kosmik (radiasi partikel berenergi tinggi dari luar atmosfer bumi), yang juga bisa dipakai di bidang keamanan atau bea-cukai. “Untuk memindai kargo tanpa harus bongkarmuat,” kata Haryo.

Sumber: Koran Tempo, KAMIS, 16 AGUSTUS 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Berita ini 227 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 29 April 2025 - 12:44 WIB

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB