Terlibat dalam pencarian partikel Higgs Boson di Laboratorium CERN.
Tak ada peralatan khas laboratorium di ruang kerjanya. Jangan berharap pula melihat jas putih panjang atau kacamata anti-radiasi. Di ruang kerja Suharyo Sumowidagdo, peneliti fisika partikel di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hanya ada seperangkat komputer.
Penelitian fisika partikel, menurut Suharyo, tak bisa dikerjakan sendirian. Para peneliti biasanya berkumpul untuk melengkapi peralatan dan mengolah data. “Saya mengolah data hasil kolaborasi dengan ilmuwan lain,” kata pria yang akrab disapa Haryo ini saat ditemui di Pusat Penelitian Fisika LIPI, Serpong, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Haryo, 42 tahun, merupakan lulusan program sarjana dan master dari Jurusan Fisika Universitas Indonesia. Setelah menamatkan program doktoral di Florida State University pada 2008, dia direkrut sebagai anggota tim eksperimen Large Hadron Collider (LHC) pada Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN). Di sana, Haryo terlibat dalam perburuan partikel Higgs Boson yang sering dijuluki God Particle.
Penemuan partikel Higgs Boson pada 2012 disambut antusias fisikawan dunia. Partikel ini dipandang penting karena memberikan massa kepada materi. Massa adalah kunci pembentukan alam semesta yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Adapun gravitasi terjadi karena partikel memiliki massa.
Perburuan Higgs Boson di laboratorium CERN dilakukan lewat dua eksperimen, yaitu Compact Muon Solenoid (CMS) dan A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS). Haryo turut membuat peranti sistem kendali bagi detektor CMS yang tertanam 100 meter di bawah tanah.
Haryo menekuni fisika partikel eksperimental setelah menempuh program doktoral. Sebelumnya, ia lebih banyak mempelajari fisika partikel teoretis. Dua bidang itu saling melengkapi meski berbeda metode kerjanya. Fisikawan partikel teoretis membuat formulasi teori baru atau perhitungan matematis yang rumit. Sedangkan fisikawan partikel eksperimental mencari keberadaan partikel atau mengukur sifatnya.
Kini, Haryo bergabung dalam tim A Large Ion Collider Experiment (ALICE), masih bagian dari CERN. Dia mengerjakan eksperimen quarkgluon plasma. Eksperimen ini mempelajari keadaan materi yang terbentuk pada suhu atau kepadatan sangat tinggi (quantum chromodynamics). “Sederhananya sama seperti materi yang tercipta ketika alam semesta baru terbentuk,” ujarnya.
Haryo juga meneliti beberapa topik baru yang berkaitan dengan fisika partikel. Salah satunya pengembangan proton beam (berkas proton). Ia berharap hasil risetnya bisa dipakai untuk menghitung dosis terapi kanker yang saat ini masih menggunakan berkas elektron.
Ide lainnya, Haryo ingin menciptakan detektor muon tomography yang bisa dimanfaatkan para arkeolog untuk memetakan situs arkeologi. Detektor tersebut memanfaatkan sinar kosmik (radiasi partikel berenergi tinggi dari luar atmosfer bumi), yang juga bisa dipakai di bidang keamanan atau bea-cukai. “Untuk memindai kargo tanpa harus bongkarmuat,” kata Haryo.
Sumber: Koran Tempo, KAMIS, 16 AGUSTUS 2018