Batan dan Universitas Tsinghua Kembangkan Teknologi Reaktor

- Editor

Senin, 26 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Tenaga Nuklir Nasional bersama Universitas Tsinghua, China mengembangkan riset bersama untuk mengembangkan teknologi reaktor gas pendingin bertekanan tinggi atau HTGR. Kerja sama itu diharapkan mempercepat kemampuan Indonesia menguasai teknologi reaktor dan mempersiapkan diri mendesain pembangkit listrik tenaga nuklir komersial di Indonesia.

Perjanjian kerja sama antara Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Universitas Tsinghua, China itu ditandatangani di Denpasar, Bali, Jumat (23/11/2018). Kerja sama pengembangan teknologi reaktor pendingin gas bertekanan tinggi (HTGR) itu akan berlangsung selama tiga tahun dan dimulai pada 2019.

Kepala Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) Batan Geni Rina Sunaryo mengatakan, Indonesia bersedia menjadi mitra China dalam pengembangan teknologi HTGR karena saat ini China telah memiliki dan mengoperasikan reaktor HTGR.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Laboratorium bersama reaktor gas pendingin bertekanan tinggi Indonesia-China yang dibangun di Kawasan Nuklir, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan.

Kerja sama ini akan bermanfaat bagi Batan yang akan membangun Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Kawasan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan pada 2021. RDE dengan kapasitas 10 megawatt termal atau berdaya 3 megawatt elektrik itu akan menggunakan reaktor HTGR, reaktor generasi keempat atau terbaru dan memiliki tingkat keselamatan tinggi karena bersifat pasif dan melekat.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto menambahkan, laboratorium bersama itu akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak dalam membuat desain reaktor, pembuatan perangkat lunak untuk pengoperasian reaktor, regulasi reaktor HTGR dan manufaktur atau pembangunan reaktor HTGR.

“China merupakan negara yang maju dan serius di bidang energi nuklir. Dengan kerja sama ini, kita bisa belajar banyak hal terkait dengan penguasaan teknologi HTGR,” katanya.

Salah satu fokus riset dalam laboratorium bersama ini adalah pengembangan reaktor HTGR dengan kapasitas 150 megawatt termal. Ini akan jadi program lanjutan dan program pembangunan RDE berkapasitas 10 megawatt termal yang sedang dilakukan.

“Kerja sama ini akan memberi jawaban atas kritikan sejumlah pihak bahwa program RDE akan terhenti tanpa ada kelanjutan scale-up atau diperbesar kapasitasnya,” tambah Djarot.

Pembangkit listrik
Peningkatan skala RDE menjadi lebih tinggi diperuntukkan sebagai pembangkit listrik sekaligus menopang keperluan industri, seperti pengolahan dan pemurnian (smelter), pabrik pupuk, pabrik pengolahan logam tanah jarang dan industri lainnya yang memanfaatkan panas dari proses reaktor nuklir.

KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Rancangan Kompleks Reaktor Daya Eksperimental yang dibangun Badan Tenaga Nuklir Nasional di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan. Reaktor berkapasitas 10 mega watt termal atau setara 3 mega watt elektrik ini akan menggunakan teknologi reaktor generasi terbaru dengan tingkat keselamatan tinggi. Diharapkan, reaktor sudah mulai dibangun pada 2021.

Peneliti Batan sekaligus kontributor simulator Muhammad Subekti menjelaskan, penelitian bersama ini akan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“Kerja sama ini akan mempercepat tugas Batan dalam mendesain PLTN komersial pertama di Indonesia,” katanya.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 24 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 15 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB