Kota-kota zaman sekarang menjadi ”semakin pintar”.
Dengan meluasnya penggunaan sensor, kamera video, dan analisis data yang canggih, banyak kota—yang juga terdorong menerapkan teknologi pintar dalam mengoptimalkan layanan publik—meningkatkan produktivitas dan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada masyarakat.
Kecerdasan buatan atau lebih dikenal sebagai artificial intelligence (AI) diharapkan dapat mendorong perubahan tersebut dan bertransformasi menjadi sebuah kota pintar dalam berbagai sektor. Mulai dari perbankan, industri ritel, hingga pengaturan lalu lintas, dan keamanan publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumlah data yang dihasilkan oleh setiap kota setiap hari sangat besar. Sebagian besar dari data itu berhasil direkam melalui sensor dan sistem kamera yang ada di setiap sudut kota. AI adalah kunci dalam mengubah data tersebut menjadi informasi penting bagi mereka yang berkecimpung dalam penataan kota.
Salah satu contoh adalah proyek City Brain dari Alibaba di Hangzhou, China. Diluncurkan pada 2016, City Brain menggunakan sistem kamera dan sensor untuk mengumpulkan data kondisi jalan secara real time. Informasi kelancaran lalu lintas dan cuaca kemudian diolah oleh sebuah pusat AI yang mengatur sinyal lalu lintas pada 100 persimpangan jalan untuk menghemat waktu para pengguna jalan.
City Brain juga menerapkan algoritma simulasi lalu lintas yang dikembangkan oleh YITU Technology (YITU) untuk mengetahui perilaku kendaraan dan memprediksi kelancaran lalu lintas. Hal ini terbukti berhasil meningkatkan kelancaran lalu lintas 11 persen sehingga para pengguna jalan tidak harus menunggu terlalu lama.
YITU adalah pelopor penelitian dan inovasi AI yang belum lama ini menampilkan solusi AI miliknya pada acara Homeland Security. Potensi AI dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas sangat bermanfaat bagi banyak kota di Asia Tenggara dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kondisi jalan yang begitu padat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi banyak orang setiap hari.
AI dan proses otomasi
Melihat jumlah waktu yang terbuang dan biaya transportasi yang tinggi, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan bahwa kerugian yang timbul akibat kemacetan tersebut mencapai 2-5 persen dari produk domestik bruto (PDB) per tahun. Untuk kota Jakarta, misalnya, para pengendara kendaraan menghabiskan lebih kurang 63 jam per tahun dalam kemacetan lalu lintas jalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Inrix 2017 Traffic Scorecard, Jakarta menempati posisi ke-12 kota dengan kondisi lalu lintas terburuk di dunia. Menerapkan AI dalam sistem pengelolaan lalu lintas adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan kondisi lalu lintas dan perencanaan transportasi kota. Tidak lama lagi, kita akan melihat bagaimana kemacetan lalu lintas hanya tinggal sejarah.
Inilah masa depan dunia dan tenaga kerja dengan AI sebagai motor penggerak di belakang layar. AI dan proses otomasi mengubah dunia kerja, merombak pola berjalannya bisnis dan model bisnis. Selain itu, investasi dalam AI juga bermanfaat dalam pemberdayaan keahlian dan kemampuan tenaga kerja itu sendiri untuk memuluskan jalan bagi tenaga kerja yang siap menyambut tantangan masa depan.
Sebagai contoh, AI dapat menggantikan tugas-tugas manual dan rutin sehingga para pekerja dapat melakukan tugas-tugas lain yang lebih penting dan sulit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gartner, sebenarnya satu dari lima pekerja yang terlibat dalam tugas-tugas non- rutin akan bergantung pada AI dalam melakukan pekerjaannya pada tahun 2022.
Sebagai kekuatan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia sering dipandang sebagai pusat finansial regional yang sedang berkembang pesat. Penduduknya yang rata-rata berusia muda, dengan tingkat kesejahteraan yang semakin baik, telah mendorong perkembangan pesat e-dagang (e-commerce). Saat ini sistem pembayaran daring (online) belum terlalu lazim digunakan dan sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada mesin ATM untuk melakukan transfer secara daring.
Menurut angket yang dilakukan oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), transfer antarbank melalui mesin ATM masih tetap menjadi sistem pembayaran paling umum untuk transaksi daring walaupun banyak konsumen yang memandang cara ini cukup sulit. Dengan adanya AI, transaksi melalui ATM dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan aman.
Sejak 2015, bank-bank ritel di China telah menawarkan kepada para nasabah cara lain yang lebih aman dan nyaman untuk melakukan penarikan dan transaksi lain melalui ATM. Menggunakan teknologi pengenalan wajah dari YITU, bank memberi kemungkinan pada nasabah untuk melakukan transaksi pada ATM cukup dengan memindai wajah mereka dan mengetik PIN. Sejauh ini lebih dari 2.000 mesin ATM bank-bank ritel di China telah dilengkapi teknologi pengenalan wajah YITU, memberikan akses yang mudah dan nyaman bagi nasabah pada layanan mesin ATM, dengan tetap memperhatikan aspek keamanan.
Perbankan bukan satu-satunya industri yang menggunakan teknologi AI untuk melayani konsumennya. Industri ritel juga telah menyadari besarnya potensi AI dalam meningkatkan pelayanan konsumen dengan manfaat yang dapat dirasakan baik oleh konsumen maupun para karyawannya. Perpaduan teknologi pengenalan wajah dan analisis data membantu pelaku industri ritel memahami karakter konsumen dan melayani konsumen lebih baik dengan produk yang sesuai kebutuhannya.
Kota cerdas dan aman
Teknologi AI tak hanya menjadikan kota lebih cerdas, tetapi juga lebih aman. Dengan sistem keamanan yang menggunakan teknologi AI, petugas penegak hukum dapat mengetahui ancaman keamanan seketika sehingga keamanan pada perbatasan ataupun peristiwa penting skala besar—seperti pertandingan sepak bola dan konser—lebih terjaga. Data dan informasi yang dihasilkan oleh wadah AI akan membantu para petugas keamanan mengevaluasi risiko dan merespons dengan tepat demi menjaga keamanan.
Ada banyak lagi contoh lain yang menjelaskan kegunaan AI, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Inilah mengapa saat ini banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, memperhatikan inisiatif-inisiatif kota cerdas dan transformasi digital bahkan telah menyertakan teknologi sebagai bagian dari rencana pembangunan nasional.
Keberhasilan kota-kota di dunia di masa depan sangat ditentukan oleh keinginan mereka untuk menerapkan teknologi pintar dan kemampuannya dalam memanfaatkan potensi AI untuk menyelesaikan masalah-masalah perkotaan. Kota-kota dengan karakter seperti ini akan memperlihatkan kepada kita bagaimana AI dapat membangun sebuah dunia yang lebih cerdas dan aman.
Lance Wang General Manager YITU Technology untuk Kawasan Asia Tenggara, Hong Kong, dan Makao Indonesia 2018.
Sumber: Kompas, 19 Oktober 2018