Banyaknya merek ponsel yang bersaing di pasaran Indonesia memaksa para produsen untuk memberikan pembeda pada produknya. Di semua segmen pasar, baik segmen premium maupun pemula, produsen menyematkan berbagai teknologi dan inovasi agar ponselnya bisa diterima konsumen.
Di pasar premium, Huawei pun coba mendobrak sejumlah nama lain seperti Apple, Samsung, dan LG yang memiliki sejumlah produk flagship seperti iPhone X, Galaxy S9, dan LG G7 ThinQ. Huawei P20 Pro menjadi markah awal bagi Huawei untuk mengidentifikasikan dirinya kepada publik Indonesia sebagai merek segmen premium yang mengedepankan teknologi dan inovasi.
Ponsel pintar terbaru Huawei yang akan dijual dengan harga Rp 11,9 juta ini adalah ponsel pintar pertama di dunia yang menggunakan tiga lensa kamera di belakang. Huawei P20 Pro merupakan lanjutan dari Huawei P10 yang diluncurkan pada 2017, juga Huawei P9 pada 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lonjakan angka dari 10 ke 20 itu untuk menunjukkan besarnya peningkatan kualitas dan kemampuan Huawei P20 Pro dibandingkan pendahulunya, terutama dari segi kamera. Tiga lensa kamera merupakan fitur yang paling dikedepankan oleh Huawei P20 Pro. Ketiga lensa itu memiliki fungsi yang berbeda dan bekerja sama utuk menghasilkan foto yang menangkap lebih banyak detail dan cahaya.
KOMPAS/AYU PRATIWI–Huawei P20 Pro tampak dari depan, Kamis (28/6/2018). Melalui produk ini, Huawei mengawali langkah untuk mengidentifikasikan dirinya kepada publik Indonesia sebagai merek premium.
Kamera pertama memiliki resolusi 40 megapiksel dengan aperture f/1.8 berfungsi untuk menghasilkan gambar dengan warna, kontras, dan detail yang tajam. Kamera kedua, 8 megapiksel telefoto dengan aperture f/2.4 memberikan kemampuan pada kamera untuk lakukan zoom tanpa mengurangi kualitas gambar. Terakhir, kamera 20 megapiksel monochrome dengan aperture f/1.6 digunakan untuk menangkap foto hitam-putih secara detail.
Kamera Huawei P20 Pro juga diunggulkan dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mampu mendeteksi 19 obyek foto, kemudian secara otomatis menyesuaikan setelan warna paling pas untuk foto itu. Teknologi AI tersebut juga mendukung sistem fokus kamera agar mampu mengidentifikasi obyek foto yang bergerak, juga memprediksi pergerakan obyek itu.
Fitur tiga lensa itu merupakan hasil kerja sama dengan Leica, perusahaan kamera asal Jerman. Keduanya mulai kerja sama sejak 2016 dan telah mendirikan kantor pusat bernama Leitz Park di Wetzlar, Jerman, di mana keduanya berkolaborasi untuk mengembangkan teknologi kamera.
Menargetkan fotografer
Lo Khing Seng, Deputy Country Director Huawei Device Indonesia, percaya peluang Huawei P20 Pro untuk masuk ke dalam pasar ponsel pintar segmen premium di Indonesia sangat besar. Baginya, ponsel pintar itu paling cocok untuk pengguna yang gemar fotografi. ”Saingan kami baru ada dua, yaitu Samsung dan Apple. Jadi, peluang kami untuk masuk ke dalam pasar itu tinggi,” katanya, Kamis (28/6/2018), di Jakarta.
Enche Tjin, fotografer dan Duta Besar Leica di Indonesia, telah mencoba kamera Huawei P20 Pro dan mengaku, kapasitas kamera itu setahap lebih atas dibandingkan kamera Samsung Galaxy S9. ”Dengan tiga lensa kamera, Huawei P20 Pro mampu menghasilkan foto dengan lebih banyak detail dibandingkan Samsung Galaxy S9,” ujarnya.
Menurut Enche, untuk penggunaan sehari-hari, kualitas foto yang dihasilkan Huawei P20 Pro tidak jauh berbeda dibandingkan kamera foto profesional. Namun, untuk fotografi yang lebih kompleks dan memerlukan berbagai macam lensa, seperti pemotretan jarak jauh atau obyek yang bergerak cepat, ia tetap memilih kamera foto profesional.
Memosisikan ”brand”
Direktur Marketing dan Komunikasi PT Erajaya Swasembada Tbk Djatmiko Wardoyo mengatakan, perusahaan ponsel pintar biasanya menargetkan konsumen segmen menengah ke bawah untuk dapat bertahan secara kontinu di pasar Indonesia. Fitur kamera pun menjadi salah satu faktor utama konsumen saat membeli ponsel pintarnya.
”Bisnis mereka dipertahankan dengan menggenggam pangsa pasar segmen menengah ke bawah. Di Indonesia, pasar ponsel pintar didominasi oleh produk seharga Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta. Setelah menguasai pangsa pasar itu, mereka bisa meningkatkan nilai mereknya dari menengah ke atas dengan meluncurkan produk flagship atau premium,” katanya.
Sebelumnya, Huawei telah meluncurkan ponsel pintar kategori menengah ke bawah, seperti seri Nova dan Y, yang berada di kisaran harga Rp 2 juta-Rp 3 juta. Berdasarkan laporan dari International Data Corporation (IDC), Huawei belum masuk lima besar di Indonesia. Kelima perusahaan ponsel pintar yang memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia adalah Samsung, Oppo, Asus, Advan, dan Lenovo. (Kompas, 10/4/2018)
Lo mengatakan, produk Huawei masih dipandang sebagai merek segmen menengah oleh publik di Indonesia. ”Konsumen di Indonesia belum memahami bahwa Huawei merupakan merek premium. Saya berharap Huawei P20 Pro ini menjadi awal perubahan brand image Huawei di Indonesia. Kami ingin Huawei dilihat sebagai brand yang premium,” katanya.
Sasaran konsumen dari atas ke bawah itu menjadi strategi yang dipercayai Lo mampu mempertahankan Huawei di Indonesia selama jangka waktu yang panjang. Baginya, pandangan konsumen terhadap merek penting untuk membangun kepercayaan dan loyalitas merek.
Segmen pemula
Di segmen pemula atau entry level, Infinix, brand ponsel pintar asal China, juga mulai menegaskan keberadaan dirinya di Indonesia. Akhir juni lalu, Infinix merilis Hot 6 Pro, ponsel berkamera ganda dengan harga di bawah Rp 2 juta. Dengan demikian, dalam semester pertama 2018 saja, Infinix telah merilis dua ponsel kelas pemula setelah sebelumnya merilis Hot S3 pada Maret lalu.
Hal ini menunjukkan keseriusan Infinix menggarap pasar kelas pemula di Indonesia. Fitur utama yang menjadi andalan Hot 6 Pro adalah kamera ganda. Setelah dipopulerkan oleh Apple iPhone 7 Plus, kamera ganda dan efek bokeh layaknya hasil foto kamera profesional menjadi tren di media sosial. Fitur ini menjadi senjata dalam merebut perhatian generasi muda.
Kamera ganda pada sisi punggung Hot 6 Pro memiliki resolusi 13 megapiksel dan 2 megapiksel. Fitur kamera ganda ini ditawarkan untuk menjawab keinginan dari generasi muda yang hobi berbagi di media sosial.
”Mereka ingin foto-foto yang diunggah itu stunning (menakjubkan), ala ’selebgram’. Daripada ribet harus bawa kamera profesional, dengan ponsel sendiri mereka dengan lebih ringkas bisa mendapatkan gambar yang bagus untuk diunggah ke media sosial,” kata Jefry Sinaga, Digital Marketing Specialist Infinix Indonesia.
Hot 6 Pro dengan RAM 2 gigabit dijual seharga Rp 1,6 juta, sedangkan untuk yang memiliki RAM 3 gigabit dibanderol Rp 1,9 juta. Padahal, secara umum, ponsel berkamera ganda ditemukan pada kelas yang lebih tinggi dengan harga Rp 2 juta ke atas, seperti Asus Zenfone 4 Max Pro (Rp 2,2 juta) atau Redmi Note 5 (Rp 2,5 juta).
Daya tarik semacam ini diperlukan sebab segmen kelas pemula di Indonesia masih sangat menarik. Berdasarkan data IDC, sejak 2015, pangsa kelas menengah ke bawah (Rp 1,4 juta-Rp 2,8 juta) menunjukkan tren meningkat. Pada 2015, jumlah ponsel yang terjual 2,5 juta unit, tahun 2016 sekitar 3,1 juta unit, dan 2017 sebanyak 3,4 juta unit.–AYU PRATIWI/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Sumber: Kompas, 17 Juli 2018