Siswa SD Diajak Riset Perubahan Iklim

- Editor

Senin, 9 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Finalis Olimpiade Sains Kuark 2018 diajak membuat proyek riset mini mengenai perubahan iklim. Cara ini bertujuan mengajak mereka mengenali dan mencari solusi mengenai persoalan lingkungan di sekitarnya.

Siswa SD diajak untuk memahami perubahan iklim dan melakukan aksi yang didasari riset berlandaskan sains di babak Final Olimpiade Sains Kuark atau OSK 2018 di Tangerang Selatan mulai Sabtu (7/7/2018) hingga Minggu (8/7). Isu perubahan iklim yang menjadi tantangan global saat ini perlu didukung dengan aksi nyata perilaku hidup sehari-hari dan juga penguasaan sains untuk mencari solusi yang ramah lingkungan.

Sebanyak 300 siswa kelas I-VI SD/MI dari 128 kota/kabupaten tersaring menjadi finalis OSK 2018 dari sekitar 93.000 peserta. Penyelengaraan OSK yang memasuki tahun ke-12 ini untuk membangun kecintaan pada sains sejak dini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur PT Kuark Internasional Sanny Djohan mengatakan, siswa tidak sekadar datang untuk mengikuti babak finalis (ujian tulis dan eksperimen), namun diajak untuk membawa proyek riset mini mengenai perubahan iklim dengan tema “Aksiku untuk Bumiku”.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Salah seornag finalis Olimpiade Sains Kuark (OSK) 2018 mempresentasikan riset soal kompor hibrid dengan bahan bakar gas dan sinar matahari untuk mengatasi perubahan iklim. Presentasi dilakukan di hadapan pejabat kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Sabtu (7/7/2018)

Ada 83 anak dari seluruh finalis yang membuat riset soal perubahan iklim. Kegiatan ini untuk menginspirasi anak-anak Indonesia lainnya untuk berperan aktif menanggulangi dampak perubahan iklim di lingkungan.

“Kemauan dan semangat para finalis OSK 2018 untuk mempelajari isu-isu lingkungan yang terjadi di sekitar mereka serta melakukan studi untuk mencari pemecahannya sangat layak diapresiasi,”ujar Sanny.

Kreativitas bermunculan
Kreativitas siswa dalam mencari solusi praktis dalam upaya pengendalian perubahan iklim bermunculan. Ada riset mengenai energi alternatif ramah lingkungan dengan membuat briket dari limbah cangkang kelapa sawit maupun membuat bioetanol dari pisang. Upaya untuk memanfaatkan matahari dan angin sebagai energi alternatif juga muncul dalam beragam bentuk.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Hasil riset siswa soal perubahan iklim dengan tema Aksiku untuk Bumiku dipamerkan dalam acara babak finalis Olimpeiade Sains Kuark di Tangerang Selatan, Sabtu (7/7/2018). Beragam kreativitas yang solutif untuk mengatasi perubahan iklim ditawarkan.

Yosefa Kristania Larasati, siswa kelas IV SD Wijaya Kusuma, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengatakan, dirinya tinggal di daerah perkebunan sawit. Dia melakukan riset untuk memanfaatkan cangkang kelapa sawit untuk menjadi briket. “Dari hasil briket cangkang kelapa sawit yang dibuat, ternyata kadar airnya rendah. Briket jadi mudah terbakar dan tahan lama, serta sedikit menghasilkan jelaga,” kata Yosefa.

Sementara itu, Kenzi Gerrado, siswa Kelas II SD Cahaya Nur, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, melakukan riset terhadap sampah plastik. Dari hasil surveinya di lingkungan sekolah dan pasar, ternyata jenis sampah plastik paling banyak ditemui.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Kenzi Gerrado, siswa Kelas II SD Cahaya Nur, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, melakukan riset terhadap sampah plastik. Hasil risetnya dipamerkan di acara babak final Olimpiade Sians Kuark di Tangerang Selatan, Sabtu (7/7/2018).

“Saya dibantu ibu guru ke pasar untuk tanya ke pedagang. Mereka paling banyak menggunakan plastik untuk diberikan ke pembeli,” kata Kenzi.
Dari temuan banyaknya sampah plastik, Kenzi menawarkan solusi yang sederhana. Dia mengkampanyakan “dibuang sayang” untuk sampah plastik.

“Kantong plastik kan bisa dipakai berulang. Pakai saja lagi plastik yang masih bagus di rumah jika mau belanja ke toko atau ke pasar. Ini solusi mudah untuk mengurangi jumlah sampah plastik terbuang,” kata Kenzi.

Anak-anak bisa diajak untuk mengenali persoalan lingkungan sekaligus solusi yang dilakukan sejak dini.

Ketua Yayasan Peduli Bumi Bangsa Ananda Mustadjab Latif mengatakan, kreativitas siswa SD melalui Aksiku untuk Bumiku sebagai upaya mencari solusi praktis dalam pengendalian perubahan iklim ini bisa dicontoh. “Anak-anak bisa diajak untuk mengenali persoalan lingkungan sekaligus solusi yang dilakukan sejak dini, dimulai dari lingkungan rumah dan sekolah seperti yang dilakukan siswa SD yang jadi finalis OSK 2018,” kata Ananda.

Dalam kunjungan finalis OSK 2018 ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber daya Manusia Helmi Basalamah mengatakan, persoalan lingkungan dirasakan oleh semua kalangan umur, termasuk anak-anak sekolah. Perubahan iklim dapat mengganggu aktivitas anak-anak sekolah.

Helmi mengajak anak-anak untuk melakukan aksi cinta lingkungan yang dimulai dari diri sendiri. “Tadi kan dikasih thumbler atau botol minuman. Pakai saja untuk membawa minuman sehingga bisa mengurangi sampah plastik yang jumlahnya sudah sangat banyak,” kata Helmi.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 9 Juli 2018
—————-
Siswa SD Diajak Peduli Perubahan Iklim

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Salah satu finalis OSK 2018 menampilkan riset untuk solusi perubahan iklim di babak finalis OSK 2018 di Tangerang Selatan, Sabtu (7/7/2018)

Sebanyak 300 siswa SD/MI kelas I – VI yang terpilih menjadi finalis Olimpiade Sains Kuark 2018 mengikuti ujian tulis dan eksprimen di Tangerang Selatan, Sabtu (7/7/2018). Para finalis yang tersaring dari sekitar 93.000 peserta tersebut datang dari 128 kota/kabupaten dari 34 provinsi.

Penyelenggaraan Olimpiade Sains Kuark (OSK) yang memasuki tahun ke -12 merupakan kompetisi sains yang digelar majalah Sains kuark. Peserta dibagi dalam tiga level yakni level 1 (kelas 1-2), level 2 (kelas 3-4),dan level 3 (kelas 5-6).

Di hari Sabtu ini, usai menjalani ujian, peserta berkesempatan mengunjungi pabrik tekstil. Ada juga peserta yang hadir ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonesia Ananda Mustadjab Latif mengatakan OSK tahun ini mengusung tema perubahan iklim. Ada kegiatan Aksiku untuk Bumiku yang ditampilkan dalam bentuk riset mini oleh peserta. Ada 83 finalis yang ikut menampilkan karya riset mini terkait perubahan iklim.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, KLHK, Helmi Basmalah, menyambut baik upaya untuk mengajak anak-anak mengenli isu perubahan iklim. “Anak-anak jaman sekarang tidk jeren kalau masih suka pakai plastik. Setidknyavdari diri sendiri sudah mulai mengurangi sampah plastik. Salah satunya, pakai botol minuman yang bisa berulangkali dipakai,” ujar Helmi.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Suasana kunjungan siswa SD finalis OSK 2018 ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Sejumlah riset yang ditampilkan siswa SD menunjukkan kepedulian pada masalah lingkungan, utamanya perubahan iklim. Ada yang menampilkan daur ulang sampah untuk beragam barang yang bernilai ekonomi hingga pembuatan energi alternatif dri limbah tandan sawit atau pisang.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 7 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB